IM : 64

1.1K 52 0
                                    

Haiii haii assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yeeyyy akhirnya hari sabtu nih.😍😍

Gimana kabarnya semua? Semoga selalu sehat dan bahagia ya, have a nice weekend day. 🤗

Oiyaa aku mau minta komenan terbaik dong tentang cerita IM. Menurut kalian gimana? Yuk komen disini, saran kritik sini ya.🤗😘

Bismillahirrahmanirrahim
Jangan lupa sebelum baca tap bintang dulu di part sebelumnya.

*
*
*

Part 64


Di sepanjang perjalanan menuju kampus Nusa Darma, Ninda tak berhenti memuja sang suami yang hari ini tampak gagah dan ganteng.

Perempuan berjilbab pink itu sibuk merapihkan jas Alif yang sebenarnya sudah rapi. "Abang hari ini ganteng banget, pasti nanti banyak yang minta poto. Termasuk itu tuh si ulet gatel."

Alif terkekeh. "Kamu cemburu, Yank?"

"Enggak khusus hari ini, aku kasih ijin deh tuh ciwik ciwik minta poto sama kamu. Sesekali gapapa lah." balas perempuan manis itu.

Mbok Darsih tertawa pelan. "Lah si Non, kumaha ieu. Aden kasepna jadikan model."

"Sesekali, Mbok," kekeh Ninda.

Pajero Hitam itu tiba di pelataran parkiran kampus, mereka bertiga kompak turun dan berjalan beriringan menuju gedung wisuda kampus. Acara Gladi resik telah usai, berganti dengan acara inti yang akan segera dimulai.

Ninda tersenyum lebar memberikan support untuk sang suami.

Setelah Alif menghilang dari pandangan, ia mengajak Mbok Darsih untuk duduk di kursi khusus keluarga wisudawan.

Ninda memikirkan hati sang suami, sebagai seorang anak yang telah menamatkan pendidikan pastinya ia menginginkan kedua orang tuanya hadir menyaksikan. Namun, apakah Mama Laila dan Papa Herman bisa hadir?

Tepukan bahu dari seorang wanita paruh baya membuat lamunan Ninda buyar, ia membelalakkan kedua bola matanya melihat siapa yang menepuk bahunya.

"MasyaAllah, Mama, Papa."

Laila tersenyum tipis, merentangkan kedua tangannya, Ninda pun segera masuk ke dalam pelukan Mama. "Ma, Ninda kira Mama nggak bisa hadir."

"Sengaja suprise, kamu jangan bilang sama Alif ya!" balas wanita kebaya pink itu.

Ninda mengangguk paham. "Huum, Ninda masih kaget, Ma. Eh, kebaya kita kembaran," pekiknya senang.

"Iya dong, menantu mertua harus klop!" Laila terkekeh mengecup pipi sang menantu.

Ninda melepas pelukan pada Laila, ia pun bersalaman dengan Herman.

"Gimana kabarmu, Nak?" Herman tersenyum sambil mengelus kepala Ninda.

Ninda tersenyum tipis. "Alhamdulillah, aku baik, Pa,"

Herman mengangguk."Alhamdulillah, Papa bahagia mendengarnya syukurlah kalau kamu baik. Alif pun pasti baik."

"Iya, Pa, "

Imamku Musuhku [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang