IM : 75

646 37 1
                                    

Haiiii haiii assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamaat pagii prend.
Selamat hari senin.

Semoga Allah selalu menjaga kita dimanapun kita berada, aamiin ya robbal alamin.❤

Sebelum baca, seperti biasa tekan vote dan komen di part sebelumnya, ya, prend.✨

#Playlist lagu - Bahagia itu sederhana.

#Playlist lagu - Bahagia itu sederhana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
































Part 75

Keesokan hari tepat pukul tujuh Pak Hardi, Bi Ani, Bunda, Bang Bian dan Rafael langsung menuju bandara soekarno-hatta. Setelah salat subuh tadi rombongan tersebut sempat mampir ke kediaman si Bungsu untuk berpamitan.

Ninda hanya bisa terisak melepas kepergian Abangnya melamar gadis lain. Pria dua puluh enam tahun tersebut terus menenangkan Ninda dengan mengelus punggung istri tercinta.

"Sabar ya, Sayang. Nanti kalau kamu sudah free aku bakal ajuin cuti, kita liburan ke tempat Kakek sama Eyang Uti di jogja." Alif membujuk agar sang istri kembali ceria.

Perempuan dua puluh tiga tahun itu, mengusap air mata lalu menghela napas panjang sembari memandang Mini cooper hijau mint itu pergi dari perkarangan rumahnya.

Disisi lain persiapan demi persiapan di kediaman Hasna hampir mendekati sempurna. Rumah bergaya joglo modern itu tampak ramai sebab banyak orang yang hilir mudik dengan tugasnya.

Hasna sendiri sudah dipingit dadakan oleh sang ibu, tak diijinkan untuk pergi mengajar meski acara dimulai setelah jum'atan.

Meskipun dipingit ia tak ongkang kaki saja, justru membantu ibu-ibu yang memasak. Di desa ini Hasna hanya mempunyai seorang sahabat sejak kecil, dulu almarhum Ayah Hasna sangat membatasi pergaulan anak gadisnya itu.

Setiap orang tua pasti mempunyai cara masing-masing untuk menyanyangi sang anak, meski Ayahnya jarang ada waktu senggang untuk keluarga karena harus berjuang demi negara. Hasna tetap mencintai Ayahnya sepenuh hati.

Sahabat Hasna kebetulan dia adalah anak Bu Ratmi yang kini berada di kota karena bekerja sebagai teller bank.

"Haduuhh, Hasna nyapo ning kene, Nduk. Wis awakmu sana duduk manis saja." Bu Ratmi mengambil alih bawang yang sedang dikupas Hasna.

("Haduh, Hasna kenapa disini, Nduk. Sudah kamu disana duduk manis saja.")

Hasna tertawa canggung. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ndak papa, Bu Ratmi. Niki ndak berat kok, Hasna bosen kalau ndak bantu-bantu." alibinya.

Imamku Musuhku [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang