IM : 89- Hadeh, toxic people lagi.

548 29 1
                                    

Haiii bestie. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 🕊

Apa kabar semua? Semoga selalu sehat dan bahagia ya.

Jangan lupa sebelum membaca bab ini tap like n komen ya best. Tengkyuuuh. 😘😘

Playlist - Sheila on 7 > Anugerah terindah yang kumiliki.




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



















Trimester pertama kehamilan, sudah Ninda lalui dengan baik. Dimulai dari morning sickness yang parah hingga ia tak bisa mengonsumsi nasi sedikitpun, Ninda juga tidak bisa mencium masakan yang berbau bawang, kelelahan luar biasa. Kini, perlahan semuanya kembali membaik. Usia kandungan Ninda sudah beranjak enam belas minggu, genap empat bulan perutnya perlahan demi perlahan mulai menonjol.

Ninda sendiri gemas dengan perubahan bentuk tubuhnya,terkadang tanpa sepengetahuan Alif, ia mencoret-coret perutnya lalu memotret sembari mirror selfie.

Dua bulan melakukan kuliah selang-seling offline online, terkadang membuatnya sering jenuh, beruntunglah Alif sangat mengerti dengan kondisi sang istri, pria dua puluh tujuh tahun itu sering mengajak Ninda untuk ber-quality time. Meski, setelah melakukan quality time Alif harus bersiap mendengarkan seluruh keluh kesah dari bibir sang istri sembari memijat bagian tubuh mana yang terasa sakit.

Siang ini setelah menyelesaikan tugas deadline esok hari. Ninda memutuskan untuk bersiap-siap pergi ke salah satu mall. Perempuan manis itu tengah mengidam salah satu makanan yang viral di aplikasi tiktok. Namun, saat ia ingin mengeksekusi ternyata bahan yang diperlukan habis tak bersisa.
Ninda segera berpamitan pada Mbok Darsih, takut perempuan baya itu khawatir mencarinya.

Mbok Darsih tengah membersihkan ruang tamu, gegas Ninda menghampiri ibu keduanya itu.

"Mbok, Ninda pamit keluar sebentar ya. Mmm... mau cari sesuatu." pamit Ninda sembari mencium tangan Mbok Darsih.

Mbok Darsih mengernyitkan satu alis, merasa bingung dengan sikap Ninda. "Non, apa enggak Mbok aja yang belikan?"

Ninda menghela napas panjang,lalu menggeleng. "Enggak perlu, Mbok. Biar aku saja yang pergi, lagipula aku udah dandan cantik begini. Rugi dong kalau gak jadi." ucap Ninda memutar tubuh, sembari berkedip genit.

"Ya sudah, Non mau sama siapa perginya?" Mbok Darsih kembali bertanya. "Minta anter Pak Usman ya, Non."

"Pak Usman tadi nganter Abang, Mbok. Aku sudah pesan grab, tenang aja." Ninda menyahut sambil tersenyum tipis.

Perempuan baya itu kembali resah, karena baru pertama kali setelah hamil sang Nona pergi sendiri. Biasanya setiap berpergian sang Aden atau Pak Usman lah yang mengantarnya. Keresahan dan khawatir itu tampak muncul di kedua mata Mbok Darsih. Mbok Darsih takut sesuatu terjadi pada sang Nona.

Imamku Musuhku [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang