IM : 47

864 44 1
                                    

Haiii assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,💗

Syudah lama lapak ini sy biarkan berdebu, ava kabar? Semoga selalu sehat ya🤗.

H+3 lebaran,nih. Taqabballahu minna wa minkum, minal aidizin wal faidzin, mohon maaf lahir & batin temen"😁😁.

Semogaa kalian mau memaafkan kesilapan sy dgn ikhlas ya:*

Absen dulu yang kangen tokoh utama kita😍. Yuk sinii..

Seperti biasa sebelum membaca, harap vote dan komen di chapter sebelumnya ya, Bestie😚😚. Baru komen & vote disini yah🤗.

Bismillahirrahmanirrahim.






Part 47
         Waktu terus berjalan, hari terus berganti tak terasa satu purnama pun sudah berlalu sejak Alif mengutarakan keinginannya untuk menikahi Ninda secepatnya.

Pengajian empat puluh hari almarhum Rian akan dilaksanakan lusa dan mungkin pernikahan mereka akan dilaksanakan seminggu setelahnya.

Kini, Ninda dan Alif sama-sama tengah disibukkan dengan urusannya masing-masing.

Seperti saat ini Ninda tengah berada di dalam kelas mengamati materi  yang di sampaikan Pak Ardi sang dosen killer. Di sampingnya terdapat Kayla yang tetidur dengan buku yang menutup wajahnya.

Ninda tak habis pikir dengan jalan pikiran Kayla, bisa-bisanya ia tertidur pulas disaat waktu seperti ini, agaknya ia harus mengetok kepala sang sahabat agar kembali waras.

Tak jauh berbeda dari Kayla, Devina pun sama tapi bedanya ia tetap memaksakan untuk tetap fokus sembari memainkan bolpoint.

Pak Ardi membalikkan badan, ia menatap satu per satu mahasiswa mahasiswinya. Pandangannya tak sengaja melihat seseorang mahasiswi yang tertidur dengan posisi wajah di tutup buku yang tak lain adalah Kayla.

Pak Ardi menghela napas lalu meletakkan spidol di meja, dan berjalan menuju meja Kayla, semua netra pun tak luput memandang Pak Ardi yang tengah bersiap membangunkan Kayla.

"Oh, Kayla yang tidur, enaknya kita bangunin pake cara halus atau kasar, gais?" tanya Pak Ardi meminta pendapat pada mahasiswa mahasiswinya.

"Kasar aja, Pak," Celetuk seorang mahasiswa.

Ninda berdecak kesal, "halus, Pak,"

Pak Ardi berdeham pelan. "Baik, kita pake cara keduanya,"

Ninda membulatkan matanya. "Pak, jangan begitu, " pintanya

"Protes akan beri saya tugas tambahan," Pak Ardi bersedekap dada dan memasang wajah dingin.

Ninda mencebik pelan. "Kampret," umpatnya.

"Zyan, tolong ambilkan spidol saya di meja," titah Pak Ardi kepada Zyan salah satu mahasiswa sekaligus teman Ninda.

Zyan berdiri lalu melangkahkan kaki menuruti perintah sang dosen, lalu Zyan kembali ke mejanya dan menyerahkan spidol kepada Pak Ardi.

"Thanks," ucap Pak Ardi.

Zyan mengangguk sebagai balasan.
Pak Ardi menyingkirkan buku yang menutupi wajah cantik Kayla, dan ia menyibak poni Kayla lalu gegas ia mulai melancarkan aksinya yaitu mencoret-coret abstrak pada pipi dan jidat Kayla,

Pak Ardi mengulum senyum, senang melihat mahakarya yang ia buat sekaligus menatap wajah seseorang gadis yang selalu menganggunya.  Geleyar anehh menyapu dada Ardi. Namun, dengan cepat ia tepis lalu menormalkan kembali eskpresi wajahnya seperti biasa dingin.

Imamku Musuhku [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang