IM : 83 - Mendadak Reuni

779 46 0
                                    

Haii haiii selamaat malaaam

Apa kabar kalian? Mohon maaf baru posting aku lagi sibuk bener-bener sibuk di duta. Semoga kalian ngerti ya dan tetap stay cerita ini❤❤❤❤

Seperti biasa jangan lupa follow, share, like, komen ya. Agar aku semangaaat terusss buat nerusin cerita ini. 😘😘😘

Bismillahirrahmanirrahim

Selmaaat membaca.










Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Armand menghela napas kasar. "Manusia bisa berubah kapan saja, Pak, hanya sebuah ambisi. Hati mendadak tidak berfungsi.Tertutup demi kegiuran nikmat duniawi."

Herman mengangguk pasrah. Pria baya itu mengiyakan argumen Armand. Orang yang sudah dipercaya bertahun-tahun belum tentu akan setia. Dari hal ini Herman belajar dan menerapkan sikap waspada pada orang kepercayaannya.

"Betul, Andri memang keterlaluan! Lihat saja, Ndri! Saya akan memenjarakan kau!" geram Herman emosi.

Herman melirik arloji di pergelangan tangan, waktu sudah menunjukkan pukul empat sore lebih tiga puluh menit. Ia meminta Armand untuk beristirahat sejenak lelah menghadapi manusia dakjal seperti Toni.

Mereka berdua meninggalkan ruangan meeting dan berjalan masuk ke ruangan Alif.

Ceklek.

Herman langsung mengempaskan bokongnya di sofa, ia meraih sebotol air mineral di meja lalu meneguknya hingga tandas tak bersisa.

"Ar, saya sebenarnya penasaran dengan kronologi kecelakaan kalian. Kamu bisa ceritakan sedetail-detailnya?" pinta Herman duduk bersandar sembari menyilangkan satu kaki.

Armand menghela napas dalam lalu seperkiandetik mengangguk mengiyakan permintaan sang Tuan Besar.

Flashback on

Siang itu setelah melaksanakan salat jum'at, Alif berencana ingin menjemput sang istri. Lelaki kharismatik itu berencana ingin memberikan sebuah surprise kecil untuk Ninda, maka Alif segera mengerjakan seluruh pekerjaannya dengan cepat berharap bisa tuntas.

Setengah jam berkutat dengan kertas dan layar laptop. Alif selesai Armand ikut dalam perjalanan sebagai teman Alif. Ninda sendiri sudah memperingati sang suami untuk berpergian kemana pun harus bersama seseorang tidak boleh sendirian.

Sebelum berangkat sebenarnya Alif sudah merasakan Pajero hitam itu tidak beres. Namun, ia mengabaikan dan memilih melanjutkan perjalanan.

Di sepanjang perjalanan Alif mengajak Armand untuk bercerita, raut bahagia terpancar sangat jelas di wajah lelaki dua puluh enam tahun tersebut, pikiran Alif sudah membayangkan bagaimana ekspresi terkejut dari sang istri mendapatkan mini surprise darinya.

Imamku Musuhku [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang