IM : 81 - Rasyad Al-Kahf

791 47 0
                                    

Haiii haiiiii guysss.
Selamaat pagiii.

Semoga hari ini mood kalian bagus yaa. Jangan lupa jaga kesehatan<3

Seperti biasa jangan lupa vote dulu di bab sebelumnya biar enggak anjlok, ☺

Siapkan tissu yang banyak yagesya.
Ikut deg deg an baca judulnya

#Playlist Wali- Dik.
























Part 81

Ninda menangis sesegukan memeluk erat pinggang sang Ayah, melarang tegas Rian pergi sebab ia baru sebentar bertemu. Namun, Rian tetap tersenyum sembari melepaskan tangan Ninda. Perlahan pria baya itu melangkah meninggalkan sang putri.

"Ayaaaaaah..hugh, jangan pergi! Ayaaah."

Rian membalikkan badan dan melambaikan tangan. Senyum manis terukir jelas dibibirnya.

"Ayaaah, Ninda mohon, Ninda ikut hugh...,"

Pyarrr!

Mata Ninda terbuka sempurna, mimpi tadi terasa sangat nyata Ayahnya kembali dan memeluk dirinya. 

Perlahan, kesadaran Ninda terkumpul ia sedikit  bingung melihat atap plafon serba bewarna putih perasaan gadis manis tadi masih ada di dalam mobil, duduk berdua dengan Aminah. Namun, mengapa sekarang ia bisa disini?

"Alhamdulillah... ya gusti, akhirnya cucuku sadar. Nin, ini Uti, Nduk," Aminah memeluk Ninda.

Ninda meringis ngilu perutnya kembali terasa diremas-remas, ya Tuhan sebenarnya ada apa dengan dirinya ini.

Ninda memegang tangan Aminah yang memeluknya. Wanita sepuh itu tampak sekali khawatir dilihat dari raut wajahnya. "Uti, Ninda sekarang di mana?"

"Kamu di rumah sakit, Sayang. Kamu tadi pingsan di mobil, Uti panik ternyata kamu pendarahan."

Ninda shock ia segera melepaskan tangan Aminah lantas menyibak selimut yang membalut, benar darah masih mengalir deras dari paha. Bedanya kini Ninda sudah berganti pakaian rumah sakit.

Buliran cristal bening mulai meluruh membasahi pipi cubi, Ninda tak sanggup membayangkan harus kehilangan janinnya. Aminah kembali memeluk Ninda yang histeris, Aminah turut merasakan kepedihan yang dialami sang cucu.

"Uti... aku takut, hugh, aku enggak mau kehilangan calon anakku. Hugh, hugh...," jerit Ninda histeris meraung-raung sambil memukul kepalanya. "Ninda bodoh Ninda gak menyadari kalau dia sudah hadir, ya Allah. Aaaaaaaa..."

Aminah mengusap sudut mata yang basah, mental Ninda benar-benar diuji dihajar habis-habisan hingga membuat Ninda seperti ini.

"Insyaallah dia akan bertahan demi Mami dan Abinya, Nduk. Istighfar sayang," ujar Aminah mengusap punggung Ninda lembut,menyalurkan kekuatan pada gadis rapuh ini.

Imamku Musuhku [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang