IM : 69

752 46 3
                                    

Haiii haiii assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apa kabarrr?? Semoga selalu sehat ya, dan yang sakit segera pulih, aamiin ya rabbal alamin.

Mohon maaf bukan berniat ngeghosting kalian🙈alhamdulillah aku udah ada kesibukan di duta. Aku harap masih ada yang nunggu AlNind ini ya.

Sebelum baca silahkan tap like n komen di part sebelumnya ya. Lopyuuh. 💕

Oiya satu lagi bila ada yang plagiat cerita ini dan kalian tahu tolong komen atau DM aku di ig ya, Bestie. Karena cerita ini udah ada hak cipta, jangan main-main pokoknya. 😁😁😁

Serem amat kak?
Oh enggak kok, antisipasi aja. 😅😅

*playlist - Rossa - Cinta dalam hidupku.

Bismillahirrahmanirrahim.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





























Part 69

Alif mencubit hidung Ninda gemas. "Ya kamu Mami dari anak-anak kita, bagus 'kan Abi Mami? Tinggal nunggu anak-anaknya aja,"

"Anak-anak kita?" tanya Ninda yang masih tak paham.

Alif tersenyum gemas, ingin rasanya mengecup bibir tipis itu. Namun, ia sadar bahwa saat ini tubuhnya sedang drop.
"Jelas anak-anak kita, emangnya anak siapa lagi?"

'Anak-anak kita?' Ninda kembali membatin.
'Abi Mami?'

Eh,berarti tandanya...Ninda memalingkan wajahnya tersipu dan menelan salivanya susah payah, menghindari tatapan Alif yang gemas padanya.

Alif terkekeh lantas mengulurkan tangan meraih dagu Ninda, membuat mereka saling menatap.

"Ish, pipi kamu merah, ciee salting," goda Alif menaikkan satu alisnya.

Reflek! Ninda menyentuh kedua pipinya dan menggeleng keras. "Enggak kok, siapa juga yang blushing. Abang tidur lagi gih,"

"Kamu nanti dianter sama Pak Zaki ya, atau sama Pak Hardi? Aku telponin,"

"Aku enggak berangkat, istri macam apa aku. Suami lagi sakit nggak ada yang urus, aku keluar rumah, mau izin aja." tegas Ninda mengenggam tangan Alif sambil tersenyum.

"Berangkat aja, kan ada Mbok Darsih yang bisa urus aku-

Ninda mendengkus kesal. Ia mengerucutkan bibir tipisnya. "Istri kamu siapa sih? Kamu bukan bujangan lagi, terus andai nanti Mama tahu kamu sakit aku gak urus, bisa dicap jelek. Udah deh pokoknya kamu istirahat, nanti siang aku telfon dokter Sekar buat priksa kamu,"potongnya cepat.

Alif mengulum senyum lalu memejamkan mata. "Hmm, iya deh," gumamnya.

"Kalian kok malah ribut-ribut to, masih tengah malem. Kalau kedengeran tetangga kan gak enak," Mbok Darsih datang membawa secangkir wedang jahe, gegas perempuan baya itu menaruhnya di nakas berdampingan dengan baskom kompresan.

Imamku Musuhku [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang