Happy reading guys!
Setelah membaca tinggalkan jejak kalian ya!
Hargai penulisnya dan jangan jadi pembaca gelap.
●●●
Husna duduk dibawah lantai dapur, ia menumpahkan cairan bening yang berada di mata indahnya. Ia tidak sanggup, ia takut tidak bisa menjadi seorang istri yang baik. Seperti yang dikatakan oleh Gaffi, ia tidak bisa menjadi apa yang Gaffi inginkan.
"Hiks... hiks... Husna gak bisa jadi istri dan ibu yang baik. Hiks... hiks... Husna gak sengaja buat nafsu makan mas Gaffi menjadi hilang, Husna memang gak bohong, kalau bubur tadi memang antri, dan... ah, iya... kakiku saja sampai terluka," Husna melihat kakinya yang sudah terluka karena sendal tadi yang putus dan ditambah dengan luka baru yang diberikan oleh Gaffi tadi, pecahan mangkuk tadi memang sedikit membuat Husna merasa ngilu.
"Maaf, Mas Gaffi, Husna sudah berusaha untuk jadi istri yang baik."
Saat ini Riana mempunyai rencana untuk berkunjung kerumah anaknya, ia juga sudah rindu dengan menantu dan cucu kesayangannya itu.
Seperti saat ini, Riana sudah berulang kali mengetuk pintu kediaman Gaffi, tetapi tidak ada satu orang pun yang menunjukkan batang hidungnya. Riana sendiri mengernyit bingung, batinnya bertanya-tanya dengan apa yang terjadi.
Tangan Riana memegang kenop pintu yang ternyata tidak dikunci. Ia menoleh kearah kanan-kiri untuk memastikan bahwa pemilik dirumahnya itu ada didalam.
Riana kembali melangkah untuk memasuki rumah, baru saja ingin membuka suara agar bisa menyapa orang didalam rumah, ia sempat mendengar suara tangisan yang memang berasal dari arah dapur.
Wanita itu sempat mendengarkan suara itu, ya, ia yakin kalau itu suara menantunya--- Husna.
Buru-buru ia mengarah ke dapur, betapa terkejutnya Husna saat melihat keadaan menantunya itu. Keadaan yang memang sangat buruk, dan.... apa ini? Mengapa kaki Husna berdarah? Mata Riana menelisik dan ....... ia langsung menutup mulutnya karena melihat sisa-sisa beling yang memang masih menancap dibagian kulit Husna.
Wanita itu langsung menghampiri Husna, tanpa ada basa-basi. Ia memeluk Husna, mendekap erat untuk memberikan kekuatan. Suara tangisan yang begitu memilukan saat Riana mendengarkannya.
"Hiks... hiks... Husna gak bisa jadi istri dan ibu yang baik. Hiks... hiks... Husna gak sengaja buat nafsu makan mas Gaffi menjadi hilang, Husna memang gak bohong, kalau bubur tadi memang antri, dan... ah, iya... kakiku saja sampai terluka,"
"Maaf, Mas Gaffi, Husna sudah berusaha untuk jadi istri yang baik."
Ucapan-ucapan itu yang masih teringat jelas dalam benak Riana, wanita itu bertanya-tanya dalam hati, mengapa ini bisa terjadi? Dan kemana Gaffi?
"Ya Allah sayang, kamu kenapa bisa gitu? Bilang sama Mami, siapa yang sudah melakukan ini sama kamu, Husna?" Riana tidak bisa menahan tangisnya yang sedari ia tahan, ia sempat terisak. Dalam keadaan seperti ini, Husna masih bisa tersenyum, ia hanya ingin menunjukkan bahwa ia baik-baik saja.
Husna mencium punggung Riana, sedikit senyum tipis yang ia tampilkan diwajah sendunya. "Mami sejak kapan disini? Kok Husna gak tahu, kalau Mami bilang, Husna bisa masakkan kesukaan Mami,"
Riana kembali memeluk Husna, "Siapa yang tega buat kamu seperti ini, Husna?"
Sedangkan Husna menggeleng, berusaha untuk menyembunyikan semuanya. Batinnya itu seakan berteriak untuk memberitahukan apa yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAFNA
ДуховныеNote : setelah membaca cerita ini, silahkan ambil sisi baiknya saja! Ini kisah dua insan yang harus menikah saat Riana--- selaku majikan Husna memintanya untuk menikah dan menjadi istri dan ibu sambung untuk Dafi. "Kamu yakin mau jadi istri dan ibu...