Happy Reading Guys!
Tinggalkan jejak setelah baca ya!
Hargai penulisnya dan jangan jadi pembaca gelap.
■ ■ ■
"Saya terima nikah dan kawinnya Raifa Husna binti almarhum Hendra Arifa dengan maskawin tersebut dibayar tunai!"
"bagaimana para saksi, SAH?"
"SAHHHHHHHH!"
Dihadapan Tuhan, Saksi dan Pak Penghulu, Gaffi telah mengucapkan ijab kabul dengan begitu lancar. Meski dirinya dilanda gugup juga, tapi, tidak membuat dirinya goyah untuk sebatas mengucapkan ijab kabul dengan lancar.
Semua orang yang ikut hadir didalam gedung mewah itu ikut berbahagia atas kedua mempelai pengantin yang baru saja resmi menyandang suami istri.
Husna, gadis itu masih tergugu saat mendengar kalimat begitu lantang yang telah resmi menyandang resmi istri sah dari majikannya. Ya, Husna sudah jadi istri dari Gaffi Ekbal Putra.
"Silahkan sang istri mencium tangan suami nya," Husna masih diam, dia sendiri tak bergeming. Riana sebagai ibu mertuanya pun menuntun sang menantu untuk mengikuti perintah Pak Penghulu.
"Nak, ayo.... salim sama suamimu," Riana menuntun sang menantu untuk segera menyalami Gaffi. Akhirnya Husna mengikuti Riana.
Pelan tapi pasti, Husna mencium punggung tangan suaminya. Bergetar hatinya saat air matanya kembali menetes untuk sekian kalinya. Gaffi memegang kedua pipi Husna lalu mendekatkan pada wajahnya lalu mencium kening istrinya. Ah, istri?
"Silahkan kedua mempelai untuk memasangkan cincin pernikahannya," mereka berdua saling bertukar cincin dan Husna kembali menunduk.
Acara ijab kabul sudah selesai dilaksanakan, tinggal menunggu waktu resepsi yang akan dilaksanakan sore hari. Jam menunjukan pukul 10 pagi. Masih ada waktu untuk beristirahat untuk menunggu resepsi.
"Selamat ya sayang sekarang kamu sudah masuk kedalam bagian keluarga besar Ekbal. Mami bukan sekedar mertua kamu, tapi sekarang Mami itu ibu kamu juga. Jadi, jangan sungkan ya kalau ada apa-apa untuk cerita sama Mami." Ujar Riana dengan tulus.
Husna mendongak, lalu perlahan bibirnya membentuk bulan sabit. "Terima kasih ya, Bu,"
"No.... No... No... Jangan panggil ibu lagi, panggil Mami sekarang ya, karena kamu sekarang menantu mami, bukan pengasuh Dafi lagi." Husna mengangguk kaku. "i---iya, Mi."
Gaffi sudah lebih dulu kedalam kamar hotel, ia bilang ada urusan pekerjaan yang belum diselesaikan. Riana dan Zidan yang melihat kelakuan sang anak hanya bisa geleng-geleng kepala dibuatnya. Riana berharap agar anaknya itu bisa mencintai sang istri, meski ia tahu itu sulit.
"Yasudah kamu istirahat ya, nanti sore acara resepsinya. Nanti Mami bantu kalau kamu memang belum siap." Husna mengangguk lagi, "i-iya, Mi."
■ ■ ■
Husna memilih duduk dipinggir ranjang saat melihat sang suami duduk di sofa. Dia sedang memegang laptop dengan jari-jari tangan yang bergerak untuk mengetikkan sesuatu diatas keyboard.
Saat Husna membuka pintu, Gaffi sempat menoleh lalu tak lama kembali dengan aktivitasnya. Husna dibuat tersenyum saat melihat Dafi yang sedang tertidur diatas kasur hotel. Kini, Dafi sudah Husna anggap seperti anak sendiri. Bahkan sebelum dirinya menikah, dia sudah lebih dulu menganggap Dafi sebagai anaknya.
Husna memang tidak pernah terpikir untuk menikah diusia muda. Umur 19 tahun seharusnya masih giat-giatnya dalam mencari uang, tapi dirinya sudah menjadi istri dan ibu. Tidak apa, Husna mensyukuri apa yang sudah diberikan oleh Sang Pencipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAFNA
SpiritualNote : setelah membaca cerita ini, silahkan ambil sisi baiknya saja! Ini kisah dua insan yang harus menikah saat Riana--- selaku majikan Husna memintanya untuk menikah dan menjadi istri dan ibu sambung untuk Dafi. "Kamu yakin mau jadi istri dan ibu...