Selamat membaca!
Votement jangan lupaaa! Semakin banyak votement, semakin cepat up nyaaa😁😄
***
Sedari tadi gadis berusia 19 tahun itu hanya merenung saja saat tiba di Bandara. Baru saja mereka berdua sampai di Bandara Soekarno - Hatta dan saat ini mereka sedang menunggu supir pribadi Zidan untuk menjemput mereka berdua di Bandara.
Kilasan balik Husna berpamitan pada ibu kost dan Wiwin cukup membuatnya berat hati meninggalkannya. Bagaimana tidak? Selama beberapa bulan, Husna tinggal bersama orang asing yang baru ia kenal, kemudian perlahan mulai akrab dan saat inilah ia kembali berat meninggalkan orang-orang baru yang kini menjadi bagian dalam hidupnya.
Tapi, Husna sudah berusaha untuk ikhlas. Mau bagaimanapun kedepannya, berarti ini yang terbaik untuknya. Dan saat inilah hal yang sangat ia nantikan yaitu bersatu kembali bersama orang terkasih.
"Hei, kenapa melamun?" Ujar Gaffi seraya menggenggam tangan sang istri yang terasa dingin.
Buru-buru Husna tersadar dari lamunannya, ia baru menyadari bahwa suaminya sudah bersimpuh di depannya. "Ah, tidak, Mas." Jawabnya.
Gaffi mengusap ujung kepala Husna, kemudian memberikan kecupan singkat yang membuat Husna membeku seketika. Apa ini? Kenapa hatinya seperti dag-dig-dug seperti ini?
"Jangan terlalu banyak pikiran, katakan pada saya kalau kamu tidak suka atau tidak nyaman. Akan saya coba untuk menghargai pendapatmu." Ucap Gaffi yang sudah berdiri saat melihat supir pribadinya datang untuk menjemputnya.
Baru saja ingin menjawab, perkataan Husna sudah lebih dulu dipotong oleh Pak Arman --- supir pribadi Zidan. Zidan memang yang menyuruh Arman untuk menjemput anak dan menantunya di Bandara. Gaffi bisa saja menyuruh orang suruhannya untuk membawa mobilnya agar Gaffi bisa membawa mobil sendiri, tetapi Zidan sudah lebih dulu melarang dan membuat Gaffi mau tidak mau harus mematuhi perintah sang Papi. "Selamat sore, Aden, Nona, saya ditugaskan oleh Tuan Besar untuk menjemput Aden dan Nona," ucap pria paruh baya yang bernama Arman --- pria yang sudah mengabdi pada keluarga Ekbal.
Pria itu mengangguk sekilas lalu mendorong kursi roda yang Husna gunakan, sedangkan Pak Arman membantu membawakan koper pasutri itu untuk dimasukan kedalam bagasi mobil.
"Barang-barangnya sudah saya masukan, apa ada yang kurang, Den?" Tanyanya saat hendak menutup bagasi mobil.
Gaffi menggeleng, barang mereka berdua memang tidak terlalu banyak. Terlebih Gaffi yang hanya niat datang untuk menjemput sang Istri --- ternyata mendapat musibah yang mengharuskan dia menetap sebentar di Kota tersebut untuk menunggu masa pemulihan sang Istri. "Tidak ada pak."
***
Tiba di depan pelataran rumah keluarga Ekbal. Tempat dimana ia mencari sumber mata pencaharian sebagai pembantu dan pengasuh. Rumah ini juga yang mempertemukan Husna dengan Dafi.
Husna masih terpaku, bahkan ia tidak sadar bahwa sedari tadi Gaffi sudah membuka pintu mobil untuk membantu dirinya berjalan.
Lagi-lagi Husna terperanjat kaget saat mengetahui Gaffi sudah ada dihadapannya dengan memasang muka datar. Husna buru-buru menunduk, ia sangat takut suaminya akan marah karena sedari tadi ia tercyduk sedang melamun.

KAMU SEDANG MEMBACA
GAFNA
SpiritualNote : setelah membaca cerita ini, silahkan ambil sisi baiknya saja! Ini kisah dua insan yang harus menikah saat Riana--- selaku majikan Husna memintanya untuk menikah dan menjadi istri dan ibu sambung untuk Dafi. "Kamu yakin mau jadi istri dan ibu...