GAFNA • [4]

11.1K 598 1
                                    

Happy Reading Guys!

Tinggalkan jejak setelah baca ya!

Hargai penulisnya dan jangan jadi pembaca gelap.

■ ■ ■

Suara kicauan burung terdengar sangat jelas ditelinga Husna yang baru saja bangun dari tidurnya. Wanita itu melihat suaminya yang masih bergelung dengan selimutnya, badan yang tanpa atasan itu terlihat sangat jelas. Apalagi posisi tidur Gaffi itu membelakangi Husna, dan membuat punggung lebar itu terlihat. Baru Husna sadari bahwa Gaffi memiliki tatto pada bagian depannya, bertulis nama panjang anaknya, Dafi.

Ya, mereka berdua memang tidak satu ranjang. Husna yang tidur di sofa, sedangkan Gaffi tidur di kasur. Semalam pria itu memang tidak mengizinkan Husna--- yang notabenenya istri sah nya untuk tidur seranjang dengannya. Husna yang dengan baik hati dan sangat pengertian itu akhirnya memilih untuk mengalah. Baginya, Gaffi mau memberi izin untuk menjalankannya sebagai seorang istri dan ibu saja sudah sangat bersyukur bagi Husna. Tidak apa, nanti perlahan Husna akan mencoba lagi agar suaminya mau menerima dirinya penuh.

Husna sedikit mengumpulkan nyawanya, setelah itu melihat jam yang terpasang di dinding menunjukkan pukul 6 pagi. Meski menjalani hari-harinya terasa sulit, tetapi Husna mencoba agar bisa menjalaninya dengan kuat. Ya, Husna pasti bisa.

"Bangun, Mas. Hari ini ngantor, kan?" tanya Husna sembari mengguncang bahu suaminya dengan pelan.

Pertama kalinya Husna memegang tubuh lawan jenis seperti saat ini. Dirinya selalu menghindar bila ada seseorang yang mendekatinya, ia hanya tidak ingin merasa kehilangan setelah berharap lebih terhadap seseorang. Berhubung Gaffi adalah suaminya sendiri, jadi Husna tidak perlu sungkan.

Percobaan Husna untuk membangunkan suaminya itu rupanya tidak berhasil. Bahkan Gaffi memilih menutup seluruh tubuhnya dengan selimut tebalnya itu. Husna menghela nafas sabar, melihat jam yang menunjukkan pukul 6 pagi, berarti masih ada waktu untuk membuatkan sarapan. Nanti setelah semuanya beres, Husna akan membangunkan suaminya kembali.

Sebelum dirinya memasak, dia akan mencuci muka dan menggosok gigi terlebih dahulu agar terlihat semakin segar, setelah itu melihat anaknya dulu yang masih tertidur apa sudah bangun.

Meskipun didalam rumah saja, Husna masih memakai jilbab instannya, dirinya masih belum siap untuk memperlihatkan rambut aslinya dihadapan Gaffi. Meski Gaffi tidak menyuruh.

Ketika Husna memasuki kamar penghubung, senyumnya selalu mengembang saat melihat anaknya itu. Dafi sudah Husna anggap seperti anak kandung sendiri, meski dirinya masih terbilang sangat muda, tetapi jiwa keibuannya itu sudah terlihat jelas. Maka dari itu, Riana dan Zidan mempercayakan dirinya.

Melihat Dafi yang masih terbengong sembari duduk diatas kasur itu membuat Husna buru-buru mendekatinya. Saat melihat Bundanya mendekat, Dafi merentangkan tangannya seolah meminta untuk di gendong. "Dafi sudah bangun, ya?"

Seolah mengerti dengan pertanyaan Husna, Dafi hanya menggangguk sembari mendusel-dusel leher sang ibu. Husna hanya mengelus punggung kecil itu dengan penuh sayang. "Ikut Bunda masak, ya. Papa masih bobok," Dafi hanya diam, Husna seakan paham pun langsung melangkahkan kakinya kearah dapur.

Pada saat Husna mendudukan Dafi di baby chair, balita itu enggan untuk duduk dibangku itu, dia malah mengeratkan pelukannya dileher Husna. Melihat anaknya yang tidak mau ditinggal, akhirnya Husna membawa Dafi untuk ikut memasak. Dengan menggendong balita itu, meski terlihat kesusahan, Husna berusaha untuk mencoba.

GAFNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang