Selamat membaca!
Mohon maaf untuk chapter ini di update secara pendek saja. Untuk chapter ini dan selanjutnya akan ditulis secara pendek ya 😊🙏
Xxx
Gaffi melangkahkan kakinya menuju ruang tengah. Dia sendiri habis dari kantor, rasanya lelah sekali saat tahu istrinya bernama Nisa masih sibuk bekerja walaupun dalam keadaan mengandung. Gaffi sendiri sudah mencoba untuk melarangnya, tetapi tolakan demi tolakan yang Gaffi dapatkan. Istrinya itu masih kekeh untuk tetap bekerja.
Ia bersender pada kursi sofa yang sangat empuk. Dia memegang kepalanya sendiri, lalu memijatnya dengan pelan. Ia tahu bahwa Nisa bekerja hanya demi hobinya saja. Padahal tanpa wanita itu bekerja sebagai model, wanita itu tetap tidak akan kekurangan apapun. Gaffi sanggup untuk menghidupi anak dan istri.
Gaffi melangkah menuju dapur. Melihat meja makan yang kosong membuat kekesalannya semakin bertambah. Dia mau makan, tadi siang karena banyak klien, dia tidak sempat makan. Lagi dan lagi dia mengumpat.
Tak lama terdengar suara orang melangkah. Dia adalah Nisa. Terlihat lelah sekali wajahnya. "Kamu baru pulang?"
"Iya. Kenapa?"
"Kenapa kamu bilang? Saya lelah, butuh sandaran disaat saya lelah bekerja seharian. Kamu bilang kenapa?"
"Yaudah sih, jangan marah. Kamu kalau lapar bisa masak sendiri atau suruh saja bik yayuk."
"Masak sendiri? Lalu guna nya kamu apa?"
"Aku ini lelah. Kamu gak pernah ngerti!"
"Sudah berapa kali saya bilang, BERHENTI UNTUK BEKERJA SEBAGAI MODEL. Asal kamu tahu, tanpa kamu bekerja, saya masih bisa menafkahi kamu."
Nisa bangkit dari duduknya dan mulai menjauh dari Gaffi. Ia malas untuk berdebat.
Gaffi mengusap wajahnya dengan gusar. Ia tahu akan ada bahaya apabila istrinya terlalu banyak bekerja. Anak di dalam kandungannya itu butuh ketenangan. Ia takut anak di dalam kandungan sang ibu rentan keguguran.
Xxx
Husna sedang menyiapkan makanan yang lebih banyak karena hari ini adalah hari yang spesial. Iya, tadi malam orang tua Zidan datang untuk berkunjung. Katanya juga ingin melihat Husna yang sebagai istri dari Gaffi.
Pagi ini Husna sangat semangat. Karena ini pertama kalinya Husna bertemu dengan kedua orang tua Zidan alias mertuanya sendiri.
"Selamat pagi, Oma." Sapa Husna.
"Pagi." Jawab Oma Sina.
"Oma mau langsung makan?"
"Nanti saja, bareng-bareng. Ini kamu semua yang siapin?"
"Iya betul, Oma. Husna melakukan kesalahan ya?"
Oma Sina menggeleng, dia tersenyum. Riana memang tidak salah pilih menantu yang akan dijadikan istri untuk cucunya. Riana sudah menceritakan semua mengenai pertemuan hingga permasalahan yang mereka hadapi saat itu. Sina tentu marah kepada Gaffi, tapi mau semarah dirinya, Gaffi tetap jadi cucu kesayangannya Sina.
"Terima kasih ya Husna sudah menyiapkan makanan yang begitu banyak ini."
Husna mengangguk patuh. "Sama-sama, Oma."
Xxx
Suasana menjadi ramai, tetapi Husna hanya diam saja. Bukannya dia tidak bisa berbaur, tetapi dirinya sedang mengalami pusing dan mual yang datang secara tiba-tiba.
"Kamu kenapa?" Tanya Gaffi. Pria ini sudah menyadari gerak-gerik Husna yang sedari tadi hanya memijat pelipisnya.
"Aku pusing, mual juga." Jawab Husna.
Gaffi mengubah wajahnya menjadi raut khawatir. Ia tahu masa-masa sekarang adalah masa tersulit. "Kamu kenapa tidak bilang? Ayuk ikut saya ke kamar."
Husna menolak dengan gelengan. "Nggak, Mas. Gak enak sama yang lain, masa aku di kamar." Tolak Husna.
Gaffi menghela nafas. Ia harus berusaha untuk membujuk istrinya yang lumayan susah apabila sedang menginginkan sesuatu. "Tidak apa-apa. Nanti saya yang bilang."
"Tapi aku---," belum sempat berbicara, Husna sudah lebih dulu di bawa Gaffi dengan cara di gendong. Mau tidak mau dirinya mengalungkan kedua tangannya agar tidak jatuh.
Sesampainya di dalam kamar, Husna dituruni di atas kasur. Sekarang Gaffi yang duduk di bawah lantai. Ia secara terus menerus memandangi wajah tanpa polesan itu. "Kamu cantik."
"Mas Gaffi!"
"Kenapa? Saya benar kok!" Jawab Gaffi tak kalah sewot.
"Ish! Kenapa bilang gitu? Aku malu tahu!"
Gaffi terkekeh. "Kenapa?"
"Ya---pokoknya jangan gitu lagi! Maluuuuu!" Husna menutup matanya serta wajahnya.
"Saya serius, kamu cantik!"
"Terima kasih." Jawab Husna dengan senyum tipis.
"Sekarang kamu istirahat ya. Saya akan temani kamu di sini,"
Gaffi membuka bed cover lalu dibentangkannya untuk menyelimuti Husna. Sebelum Husna menutup matanya, dia merasakan ada benda kenyal yang berasal dari keningnya. Ia sudah menebak kalau itu Gaffi yang sedang mencium keningnya.
"Selamat tidur, istriku."
Xxx
KAMU SEDANG MEMBACA
GAFNA
SpiritualNote : setelah membaca cerita ini, silahkan ambil sisi baiknya saja! Ini kisah dua insan yang harus menikah saat Riana--- selaku majikan Husna memintanya untuk menikah dan menjadi istri dan ibu sambung untuk Dafi. "Kamu yakin mau jadi istri dan ibu...