GAFNA • [16]

9.5K 429 7
                                    

Selamat membaca!

Votement nya dong guys sebagai bentuk menghargai karyaku!

□ □ □

Husna terbangun saat melihat jam yang menunjukkan pukul dua pagi. Ia akan melakukan shalat tahajud. Sebelumnya, ia sempat merapikan selimutnya dan bergegas kearah kamar mandi.

Melihat suaminya yang masih tidur diatas kasur dengan nyaman membuat dirinya enggan untuk membangunkannya. Ia sendiri belum pernah shalat jamaah bersama sang suami.

Selesai berwudhu, gadis itu mulai membentangkan sejadahnya dan memakai mukenanya. Setelah itu ia mulai melakukan shalatnya dengan khusyu.

Selesai mengucapkan salam, kedua tangan Husna mengadah keatas seperti orang yang sedang berdoa. Ia mulai berdoa dengan suara yang sangat pelan, hingga tanpa sadar ia menitihkan air matanya. Tempat ternyaman dan merasa sangat damai ialah shalat dan berdoa. Saat berdoa seperti ini rasanya merasa sangat nyaman sekali.

"Ya Rabb, kuatkanlah hamba untuk menjalani ujianmu. Tegarkan hamba untuk tetap bertahan menjadi istri dari Mas Gaffi. Hari ini hari yang sangat menakjubkan bagi hamba, suamiku sudah mau mencoba memakan masakanku, tanpa berakhir ditempat sampah. Bukakan pintu hati suamiku agar mau menerima kehadiranku sebagai istrinya. Jikalau menurutMu, Mas Gaffi memang bukan suami yang baik untukku, maka kuatkanlah aku supaya bisa menerimanya dengan lapang dada dan ikhlas. Aamiin..." Do'a Husna.

Gaffi, pria itu sedari tadi mendengarkan do'a dari gadis itu dengan rasa yang amat bimbang. Ia memang tidur, tetapi saat mendengar pintu kamar mandi tertutup membuat tidurnya agak sedikit terganggu. Tetapi, bukannya bangun melakukan shalat tahajud, ia malah berdiam diri dan melanjutkan untuk tidur walaupun hanya pura-pura.

"Apakah saya sudah keterlaluan dengan sikap saya selama ini? Dia masih mau melakukan kewajibannya dengan baik walau sudah di hina." Batin Gaffi bertanya-tanya.

Selesai shalat, Husna kembali merapikan sejadah serta mukenanya. Ia sempat melirik suaminya yang masih tertidur, ia sempat mendekat kearah suaminya, walaupun hanya melihat punggung polosnya.

"Mas Gaffi, terima kasih sudah menghargai aku dengan memakan bekal nya kemarin. Aku sempat berfikir bahwa Mas Gaffi tidak akan sudi untuk makan masakanku. Ah, ternyata aku salah, maafin aku ya yang sudah su'udzon sama kamu. Husna paham kalau Mas Gaffi belum menerima Husna sebagai istri Mas Gaffi, tetapi sampai kapan Mas? Mas Gaffi malu ya punya istri yang masih belasan tahun? Atau memang malu punya istri yang hanya sebatas pendidikan SMA saja? Husna masih tetap berusaha untuk jadi istri dan ibu yang baik. Begitu besar rasa sayang Husna untuk Dafi, walaupun bukan terlahir dari rahim Husna, Dafi sudah seperti anak kandungku, Mas. Kalau memang Mas Gaffi masih tidak percaya dengan Husna, apa perlu nyawa Husna yang menjadi taruhannya? Kalau memang itu yang buat Mas Gaffi yakin dan percaya, maka Husna siap. Kalau suatu saat kita memang dipisahkan, Mas Gaffi jaga diri baik-baik ya, jangan terlalu di forsir untuk masalah pekerjaan, makannya tetap dijaga, jangan terlalu banyak minum soda dan kurangi juga untuk merokok, bahaya untuk kesehatan Mas Gaffi. Oh iya Husna belum sempat cerita sama Mas tentang teman baru Dafi itu. Mas tahu gak, sewaktu aku main sama Dafi di Taman, ternyata dari situ Dafi punya teman. Namanya Arza, anaknya Mbak Zahra yang kebetulan jadi tetangga kita. Waku itu Dafi lihat Arza yang dijemput ayahnya di Taman sehabis pulang kerja, Mas tahu? Aku langsung lihat wajah Dafi yang terlihat sedih. Lalu dia langsung sebut-sebut nama Mas Gaffi, mungkin kangen ya sama kamu. Hal yang paling menyakitkan untukku melihat Dafi yang tidak bisa seperti anak lain yang bisa bermain setiap saat bersama Papanya, walaupun hanya di hari weekend juga tidak masalah. Kalau di izinkan untuk meminta satu permohonan Husna minta Mas Gaffi tolong luangkan waktunya untuk Dafi. Haduh... Maaf kalau aku nangis sambil cerita, aku cengeng ya Mas? Maaf, Husna Cuma berani bilang diwaktu Mas tidur saja, lagi pula kecil harapan untuk mengobrol dengan Mas Gaffi, meskipun sama suami sendiri." Cerita Husna.

GAFNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang