GAFNA • [43]

7K 381 20
                                    

Selamat membaca!

Maaf baru up ya teman-teman.

Xxx

Terdengar suara langkah gontai dari lantai rumah sakit untuk menemui seseorang. Nafasnya sungguh tidak beraturan, bahkan keringatnya sudah memenuhi area kening pria itu.

Dia adalah Gaffi. Iya, suami dari Husna. Baru saja mendapat kabar kalau Husna mengalami pendarahan dan langsung dilarikan ke Rumah Sakit saat itu juga. Gaffi yang mendapat kabar seperti itu pun langsung bergegas menuju lokasi. Seketika dia langsung terbayang-bayang wajah Nisa saat melahirkan Dafi pada saat itu.

Berulang kali Gaffi menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pemikiran buruknya mengenai Husna. Sesampainya di ruang operasi, Gaffi melihat kedua orang tuanya dengan raut wajah cemas.

"Mi, Pi, gimana Husna?" Tanyanya dengan gelisah. 

"Cepat masuk, Nak. Husna butuh kamu," ucap Riana.

Tanpa bertanya lagi, Gaffi masuk keruang operasi dengan menggunakan baju rumah sakit. Melihat sang istri yang sedang merintih kesakitan membuat Gaffi langsung panik dan langsung menghampirinya.

"Pembukaan sudah sepenuhnya siap. Ikuti perintah saya ya, Bu." Ucap Dokter Tiara.

"Ayo mengejan. Sedikit lagi, Bu."

Tarikan nafas terakhir membuat bayi kecil yang cantik itu akhirnya terlahir ke dunia. Anak Gaffi dan Husna berjenis kelamin perempuan.

Oek.. oek.. oek..

Sekali lagi Husna dapat mendengar suara tangis anak bayi. Satu tetes air mata mengalir begitu saja dan buru-buru Gaffi menghapusnya. Ia tahu bahwa ini adalah kabar baik untuk mereka, terutama untuk keluarga.

"Anak kita sudah lahir sayang. Dia perempuan. Cantik seperti ibunya. Terima kasih sudah mau bertahan."

Husna dapat melihat aura bahagia yang terpancar dari wajah milik Gaffi. Ia sendiri pun sungguh bahagia. Tangisan ini adalah tangisan bahagia. Meski Husna harus pendarahan membuat seisi rumah menjadi panik.

Husna menghapus jejak air mata sang suami. Kali ini Husna bisa melihat suaminya sedang menangis. "Sudah jadi ayah dua anak kok nangis," ucap Husna.

Buru-buru Gaffi berpaling lalu mengusap kedua matanya yang terasa berair. "Saya terharu tahu, sekarang saya jadi bapak dua anak." Ujar Gaffi.

Xxx

"Cantiknya cucu Oma. Namanya siapa?"

Husna melirik kearah Gaffi. Ia sendiri pun belum menyiapkan sebuah nama yang cocok untuk sang buah hati. Tetapi Husna tidak tahu kalau Gaffi ternyata sudah mempersiapkan sebuah nama untuk anak perempuannya.

"Azizah Alia Ekbal. Azizah artinya terhormat, berharga dan di sayangi. Alia artinya mulia. Ekbal artinya nama besar keluarga dari Gaffi. Panggil saja Alia."

"Sangat indah namanya. Halo Alia." Ucap Riana dengan gembira.

Riana berjongkok untuk menyamakan tinggi Dafi. Bisa Riana lihat bahwa Dafi masih melihat wajah adiknya tanpa ada satu kata pun. Mungkin bocah itu sedang bingung kenapa Oma-nya itu mengajak bicara sembari memberitahu bahwa Alia adalah adiknya.

"Halo abang, ini adik Alia, adiknya abang Dafi." Ucap Riana pada Dafi.

Dafi menoleh kearah Riana seakan meminta penjelasan dari maksud ucapan Riana tadi. Riana pun paham pasti Dafi masih belum mengerti kalau dirinya sudah mempunyai adik perempuan.

"Abang mau cium adiknya?" Gaffi menggendong Dafi untuk mencium sang adik. Lama kelamaan Bocah itu sudah mulai terbiasa dan mulai terlihat begitu antusias saat di dekat adik barunya.

"Halo adik, ini abang." Sapa Dafi dengan gemas.

Xxx

Gaffi berusaha untuk menggendong Alia dengan cara yang benar. Awalnya memang masih takut-takut untuk menggendong Alia, tapi lama kelamaan pria itu belajar untuk menggendong sang anak.

Seperti saat ini Gaffi sedang menggendong Alia. Oh iya mereka sudah pulang dari rumah sakit tadi sore. Sekarang sudah pukul sebelas malam, mendengar suara Alia menangis membuat Gaffi terbangun.

"Sttt... anak Papa kenapa belum tidur? Masih mau main ya?"

Bayi itu masih membuka matanya kemudian memperhatikan wajah Gaffi. Gaffi sendiri tidak tega membangunkan Husna. Wanita itu pasti sudah sangat lelah. Jadi biarkan Gaffi yang begadang untuk malam ini.

Gaffi berusaha membuat Alia tertidur, waktu sudah menunjukkan pukul dua pagi. Kedua matanya sudah tidak kuat untuk tidak tidur.

Tak lama kemudian Gaffi melihat ke arah Alia, ternyata bayi itu sudah kembali tertidur. Akhirnya Gaffi bisa bernapas lega, ia taruh di tengah-tengah mereka agar suatu saat Alia menangis, mereka bisa langsung menenangkan.

"Tidur yang nyenyak ya sayangnya Papa." Ucap Gaffi saat mencium kedua pipi anak perempuannya.

Xxx

GAFNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang