GAFNA • [45]

11.6K 405 16
                                    

Selamat membaca!

Xxx

Pagi hari saat Husna selesai membereskan peralatan shalat subuh. Ia kembali duduk di atas ranjang kasur dan mengelus rambut anaknya, Dafi. Tapi, tunggu dulu, Husna terkejut saat merasakan telapak tangannya hangat yang menjalar membuat dirinya bisa menebak bahwa Dafi sedang demam tinggi.

Husna langsung berlari mengambil air hangat, baskom kecil dan sapu tangan untuk mengompres tubuh Dafi agar panasnya kembali turun. Setelah itu ia memasukkan sapu tangan ke dalam baskom kecil kemudian memerasnya dan menaruhnya di atas kening Dafi.

Hari ini Gaffi sudah mulai masuk kerja. Menjaga dua anak dan anak yang satu sedang demam tinggi membuat dirinya khawatir. Walaupun ini bukan pertama kalinya Husna merawat anak yang sedang sakit, tetapi ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah bisa menjaga anak dua dalam sekaligus?

Sesaat ia melihat suaminya yang baru saja selesai dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah lengkap setelan kerja seperti biasa, kemeja putih dan jas berwarna hitam.

Gaffi kembali melangkah mendekati dua insan yang sedang di atas ranjang. Melihat tindakan Husna ke anaknya itu membuat dirinya tidak bisa menebak sedang apa istrinya lakukan.

"Ada apa? Kenapa kok Dafi di kompres?"

"Dafi demam, Mas. Saat aku menyentuh keningnya tiba-tiba sudah panas saja." Jawab Husna dengan raut wajah yang khawatir.

Sama halnya dengan Husna, Gaffi pun ikut panik. Buru-buru ia mengecek suhu tubuh anaknya, dan benar saja ternyata Dafi mengalami demam tinggi.

"Ya ampun panas sekali. Kenapa aku baru tahu? Papa macam apa aku ini! Ngurus anak saja tidak bisa!" Ucap Gaffi menyalahkan dirinya sendiri.

"Mas tenang ya. Jangan khawatir, aku yang akan menjaga Dafi, bahkan akan aku temani dia hingga demamnya turun."

Sebenarnya berat bagi Gaffi untuk berangkat ke kantor hari ini. Jika saja tidak ada meeting dari kolega bisnisnya, sudah pasti ia tidak akan pergi ke kantor. Satu hal lagi, di rumah ini tidak ada asisten rumah tangga, semua pekerjaan di kerjakan sendiri oleh Husna. Tanggungan Husna semakin bertambah dengan kehadiran putri kecil mereka.

"Maaf, Mas gak bisa bantu kamu untuk kali ini. Jika hari ini tidak ada meeting dadakan, sudah pasti Mas tidak akan ke kantor dan akan memilih untuk menjaga anak kita. Tapi saya janji kalau semuanya sudah selesai, saya pulang secepatnya!"

Husna mempercayainya dengan menjawab sebuah anggukan. "Iya tenang saja."

Xxx

Sore hari Husna sudah buatkan bubur ayam untuk Dafi agar mau makan. Sejak tadi bocah itu sulit sekali untuk menerima makanan yang akan masuk ke dalam mulutnya. Husna membuat bubur ayam ini penuh dengan perjuangan, bagaimana tidak? Di saat seperti ini kedua anak-anaknya sedang membutuhkan dirinya. Mana mungkin akan meninggalkannya meskipun hanya ke dapur untuk membuatkan makanan.

Akhirnya Dafi mau menerima makanan yang dibuat oleh Husna. Walaupun di awal agak sulit, tetapi dengan bujukan sang ibu membuat bocah itu luluh.

"Abang harus makan yang banyak supaya bisa sembuh, nanti kalau abang masih sakit pasti Papa dan Bunda akan sedih."

Dafi yang mendengar pernyataan itu langsung meneliti wajah sang ibu yang terlihat agak muram. Bocah itu menyentuh wajah sang ibu lalu perlahan mengelus pipi Husna secara pelan.

GAFNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang