GAFNA • [6]

10.4K 534 2
                                    

Happy reading guys!

Tinggalkan jejak setelah membaca ya!

Hargai penulisnya dan jangan jadi pembaca gelap.

■ ■ ■

Husna menatap jarum jam yang menunjukkan pukul dua pagi, ia bangkit dan sempat menyender sebentar pada sofa. Ia ingin melaksanakan shalat tahajud, setelah dirasa nyawanya sudah terkumpul. Husna melangkah menuju kamar mandi yang memang ada di kamar mereka berdua.

Selesai berwudhu, wanita itu menggelar sejadahnya setelah memakai mukena nya, ia memulai shalatnya dengan penuh khidmat.

"Ya Allah, tabahkanlah hati hamba, beri hamba ketegaran dalam menjalani hidup ini, luluhkan lah hati suami hamba, hanya Engkau lah yang dapat membolak-balikkan hati seseorang. Bila memang Mas Gaffi yang terbaik menurut Engkau, maka buat suami hamba menerima kehadiran hamba sebagai istrinya. Jika memang Mas Gaffi bukan takdir hamba, maka jangan buat hamba jatuh kedalam pesonanya yang membuat hamba tidak bisa pergi meninggalkannya. Aamiin..."

Setelah selesai berdo'a kepada sang pencipta, Husna merapikan kembali peralatan solatnya. Ia sendiri ingin tidur kembali, tetapi melihat suaminya yang sempat menyebut-nyebut nama 'Dafi' membuat Husna mendudukan dirinya dibawah ranjang.

Husna sempat terkejut saat menempelkan telapak tangannya diatas kening Gaffi, badannya terasa panas. Rupanya Gaffi sedang demam, lalu mengapa Gaffi tidak mau memberi tahu dirinya agar bisa merawat suaminya sendiri?

"Mas Gaffi badannya panas, sebentar ya, Husna ambil kompresan dulu," Husna segera mengambil baskom kecil yang sudah berisi air dan ada sapu tangan yang ia ambil dari lemari baju.

Husna menaruh sapu tangan yang ia jadikan kompresan itu di atas kening Gaffi, ia mengambil kaos kaki milik Gaffi dan dipasangkan untuk suaminya yang sedang sakit. Setelah itu ia mengambil selimut miliknya yang tergeletak diatas sofa. Selimut milik Husna sudah diberikan untuk Gaffi agar pria itu tidak kedinginan.

"Dafi," racau nya seraya menutup matanya.

Wanita itu melirik jam yang sudah pukul tiga pagi, dirasa suaminya sudah tenang, akhirnya Husna mengambil karpet kecil kemudian ia gelar untuk ia tidur. Ia hanya ingin menjaga suaminya yang sedang sakit, kalau ia tidur di sofa, pasti tidak akan terdengar jika suaminya membutuhkan sesuatu.

Setelah dirasa sudah cukup untuk tidur kembali, Husna mulai merebahkan tubuhnya. Ia tidur tepat dibawah ranjang milik mereka berdua. Meski terasa dingin hingga tubuh wanita itu sempat menggigil, tetapi Husna tetap tidur dibawah hanya beralas karpet kecil, bahkan karpet kecil itu mungkin tidak berguna untuk membuat tidur Husna kembali nyaman. Rasa khawatir untuk suaminya yang sedang sakit itu membuat dirinya lupa sama diri Husna sendiri. Padahal Husna tidak berfikir, bagaimana bila dirinya lah yang sedang sakit, apakah Gaffi--- yang jelas-jelas suaminya itu mau melakukan yang sama seperti dirinya? Mustahil rasanya, tetapi hati seseorang itu memang tidak ada yang tahu dan sulit juga untuk di tebak.

"Cepat sembuh suamiku," gumam Husna.

■ ■ ■

Di pagi hari, Husna sudah bangun lebih dulu, bahkan ia rela bangun pagi-pagi buta hanya untuk menyiapkan sarapan untuk suaminya. Dan satu lagi, ada jahe hangat yang mungkin bisa membuat suaminya menjadi lebih baik.

Nampan itu berisi sarapan pagi yaitu bubur, air putih, air jahe dan obat. Husna menyiapkan itu semua untuk kesembuhan suaminya.

Husna duduk dibawah ranjang, ia sempat menaruh nampan nya didekat meja kecil samping ranjang. "Bangun, Mas Gaffi,"

GAFNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang