Selamat membaca!
Vote dan komentar yaaa!
x x x
Pekerjaan sudah selesai semua, kini Husna bingung sendiri. Biasanya ia menonton Tv apabila pekerjaan rumah sudah selesai semua. Mana mungkin ia tidur di jam segini. Ia baru ingat bahwa persedian bahan makanan sudah mulai habis, ia berinisiatif untuk belanja ke minimarket dengan berjalan kaki.
Ia buru-buru bersiap dengan mengambil cardigan rajut dan mengambil dompet. Setelah siap, Husna akan pamit pada Gaffi.
"Mas Gaffi, aku mau keluar sebentar untuk belanja bulanan."
"Naik apa?"
"Jalan kaki,"
Saat itu juga Gaffi berdiri, kemudian meninggalkan Husna yang masih mematung. Gadis itu sempat mengucek matanya, baru menyadari bahwa suaminya itu mau mengantar dirinya.
"Ayo kenapa diam saja? Kamu mendadak bisu, ha?"
Seketika lamunan Husna buyar, "Mas mau kemana?" tanya balik Husna.
"Menurutmu saya mau kemana?"
"Cepat bersiap atau saya tinggal!" titah Gaffi. Husna sudah sedari tadi mengekori suaminya.
Gaffi membuka pintu pagar dengan lebar agar mobilnya itu bisa keluar. Sedangkan Husna hanya diam sambil memandang pintu mobil suaminya. Gaffi melirik sebentar sebelum akhirnya ia menyuruh Husna untuk masuk duluan.
"Dari tadi kamu melamun terus, cepat masuk!"
Husna membuka pintu mobil itu dengan ragu. Baru kali ini ia memiliki waktu berdua bersama suami. Biasanya ada Dafi yang selalu bersama mereka bertiga.
Selesia menutup pintu pagar, Gaffi mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Suasana didalam mobil sangat hening, tidak ada suara radio yang bisa membuat mereka tidak canggung seperti ini.
Sedari tadi gadis itu hanya memandang lurus jalanan, sesekali ia menoleh kesamping untuk melihat jajanan yang berada dipinggir jalan.
Minimarket yang biasa Husna kunjungi sudah terlewat, ia ingin memberitahu Gaffi bahwa Minimarket-nya sudah kelewat jauh. "Mas, Minimarket-nya kelewat," beritahu Husna.
Gaffi melirik sekilas, sebelum ia fokus mengendarai. "Sengaja,"
"T-tapi biasanya aku beli kebutuhan rumah disana, Mas,"
"Kalau saya tidak mau belanja disana, kamu mau apa?" tantang Gaffi.
Seperti sebuah ancaman yang membuat Husna menundukkan kepalanya. Kalau sudah begitu, Husna tidak akan berani untuk menjawab. Takut dosa.
x x x
Ternyata Gaffi membawa Husna kedalam Mall besar yang juga menyediakan supermarket yang terletak dilantai bawah.
Husna semakin tidak percaya diri saat suaminya mengajaknya ke pusat perbelanjaan yang kini ramai dikunjungi. Apalagi ia hanya memakai baju rumah yang dibalut dengan cardigan serta jilbab segitiga yang panjang. Berbeda dengan Gaffi, walaupun pria itu hanya memakai pakaian santai, tetapi tetap saja terlihat tampan.
Melihat Gaffi yang berjalan lebih dulu membuat Husna hanya mengikutinya dari belakang. Mungkin orang-orang yang melihat mereka berdua bukan seperti layaknya pasutri, tetapi seperti majikan dan pembantu.
Sebelum mereka kelantai bawah untuk belanja bulanan, Gaffi sedikit berjalan-jalan lebih dulu. Langkah Husna berhenti pada salah satu tokoh baju yang menyediakan pakaian gamis yang menurutnya sangat indah. Ah, ingin rasanya membeli gamis indah itu, Husna baru menyadari bahwa gamis itu tidak akan murah harganya, lagipula uang tabungannya hanya cukup beli baju yang ada di Pasar saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAFNA
EspiritualNote : setelah membaca cerita ini, silahkan ambil sisi baiknya saja! Ini kisah dua insan yang harus menikah saat Riana--- selaku majikan Husna memintanya untuk menikah dan menjadi istri dan ibu sambung untuk Dafi. "Kamu yakin mau jadi istri dan ibu...