Chapter 1 : The Beginning

447K 30.3K 966
                                    

Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

🔸🔸🔸

Di sebuah dek kapal pesiar, raut bahagia tercetak jelas diwajah Leandra. Memandang keindahan laut malam ditemani suara debur ombak. Leandra merangsek untuk memeluk suaminya, mencari perlindungan dari dinginnya angin laut yang menerpa kulit.

Pria itu hanya diam tanpa membalas perlakuan manis dari Leandra, Ia menatap hamparan laut didepannya dengan raut datar dan mata menajam.

"Aku mencintaimu, Dion." Ujar Leandra dengan tulus. Bibirnya terus mengukir senyuman manis. Tadi pagi dirinya resmi melangsungkan pernikahan dengan Dion, pria yang ia perjuangkan selama ini.

Senyum tipis tersungging dari bibirnya, "Apa yang kau harapkan, Lea? Kau pikir selama ini aku tulus padamu?" Dion tidak menutupi lagi.

"Aku tau kau suka bercanda, Dion." Leandra tertawa kecil menanggapinya.

"Apa aku terlihat sedang bercanda?" Desis Dion penuh penekanan, seakan melemparkan bom untuk Leandra, menghancurkan kepercayaan yang sudah Leandra berikan padanya selama ini.

Tubuh Leandra menegang mendengar penuturan Dion barusan, nada yang dikeluarkan Dion juga terdengar begitu serius. Perlahan ia mendongak untuk melihat wajah Dion. Pria tersebut tidak menatapnya, pandangannya terpaku ke laut depannya. "A-apa maksudmu?" Leandra melepaskan tangannya yang sebelumnya melingkari pinggang Dion.

"Aku hanya ingin menguasai hartamu." Dion berkata tanpa ekspresi dan tanpa menatap lawan bicaranya.

Dengan raut kaget dan tidak percaya, Leandra terhuyung ke belakang. "Kau...kau hanya berpura- pura selama ini?" Tanyanya dengan tercekat, seakan ada tangan tak kasat mata yang mencekik lehernya mendapati kenyataan ini.

"Yang kau tanda tangani barusan adalah surat pemindahan seluruh harta milikmu ke tanganku." Apa yang telah menjadi tujuannya telah tercapai, ia tidak perlu lagi beracting didepan Leandra.

Entah bodoh atau bagaimana, Leandra begitu mempercayakan segalanya pada Dion. Bukan hanya kepercayaan bahkan hatinya hanya terpaku pada satu pria yaitu Dion.

"Aku berani menentang kakekku demi kau, jadi ini tujuanmu sebenarnya?" Matanya berkaca-kaca, Leandra merutuki kebodohannya yang tidak menghiraukan perkataan kakeknya.

Dion tidak menjawabnya, hanya melirik Leandra sekilas, wanita tersebut terlihat putus asa dan terluka atas kejujurannya.

Seorang wanita cantik berpakaian seksi mendekat, melingkarkan tangannya ke pinggang Dion. Leandra mengenal wanita tersebut, terluka? Jelas itu dirasakan olehnya ketika melihat pria yang ia cintai bermesraan dengan wanita lain. Selama ini Leandra menutup telinga mendengar kabar kedekatan keduanya, dan kini ia melihat dengan mata kepalanya sendiri.

"Hai, Lea." Bukan sapaan ramah dari seorang teman, namun sapaan mengejek karena merasa dirinya menang.

Leandra tertawa renyah disertai lelehan air mata, namun tawa yang keluar dari bibirnya sarat akan kesedihan. "Jadi wanita seperti itu seleramu? Kau mengkhianatiku!?"

Dion memusatkan seluruh perhatiannya pada Leandra. "Ya, pria mana yang tidak tertarik dengan Vivi?" Dion menatap Vivi dan memberikan senyuman. "Tidak sepertimu, sama sekali tidak menarik." Ia menatap Leandra dari atas hingga bawah, Leandra hanya mengenakan celana jeans dan kaos, rambut di kucir asal dan wajah tanpa polesan sedikitpun.

Pria yang Leandra pikir bisa menerima dirinya apa adanya, berperilaku manis dengan selalu memuja dirinya, mencurahkan kasih sayang padanya, ternyata semua hanya kepura-puraan. "Lalu apa yang akan kau lakukan selanjutnya? Apakah kau akan melenyapkan wanita yang tidak menarik ini?"

Tidak ada ketakutan dari wajah Leandra, ia tampak siap jika harus menemui ajalnya sekarang, menyusul kakeknya yang 3 bulan lalu pergi meninggalkan dunia ini. Ia pikir setelah kematian kakeknya, Dion adalah orang yang tepat untuk menemaninya.

"Ya. Aku sudah merencanakan ini sejak lama." Dion berujar masih dengan raut datarnya.

"Kau akan membusuk dipenjara karena telah menguras hartaku dan melenyapkanku." Umpat Leandra meluapkan kebenciannya.

"Kau tidak perlu repot-repot memikirkan hal itu." Dion sudah menyusun rencana ini sedemikian rupa. Ia akan memastikan tidak ada bukti yang mengarah padanya. Yang terpenting, dirinya bisa menguasai harta Leandra, melenyapkan Leandra tanpa meninggalkan jejak yang bisa memberatkannya.

"Aku menyesal telah mempercayaimu selama ini!" Leandra berkata disertai raut kekecewaan yang begitu kental.

Dengan langkah tenang, Dion mendekati Leandra, keduanya saling beradu pandang sejenak dalam jarak yang begitu dekat. Leandra tahu apa yang akan Dion lakukan, ia tidak mencoba lari atau meminta pertolongan. Lagi pula ia hanya sebatang kara di dunia ini setelah kakeknya meninggal. Jika ia hidup, ia tidak akan sanggup menjalani kehidupan ke depannya.

Jatuh cinta membuat seseorang tidak waspada, Leandra telah terperosok ke dalam pesona pria yang penuh tipu daya didepannya ini, kepribadian hangat Dion padanya selama ini hanyalah fana.

"Selamat tinggal." Setelah mengucapkan kata perpisahan, Dion mengangkat tubuh Leandra dan melemparnya ke laut dengan mudah.

Byurrr....Air laut terlihat beriak ketika tubuh Leandra jatuh kebawah.

Tidak ada perlawanan, jeritan atau makian dari Leandra. Begitu tubuhnya masuk ke dalam lautan luas tersebut, otaknya tidak merespon bahwa ia berada dalam keadaan berbahaya, tidak ada rasa panik ataupun takut. Dinginnya air laut seakan menyayat kulit, hatinya semakin membeku melihat Dion sedang berciuman dengan Vivi.

Di atas kapal, ciuman Dion dengan pasangannya terlihat menggelora, namun pusat perhatiaan Dion tertuju pada Leandra yang hampir tidak terlihat di bawah sana.

Leandra telah melakukan kesalahan besar dengan meletakkan seluruh hatinya pada Dion, pria yang belum genap satu hari menjadi suaminya.

Napas Leandra terhenti, tubuh kakunya mulai tenggelam ke dasar perairan. Semakin lama, semakin sedikit oksigen yang mengalir ke otaknya. Penyesalan selalu datang terlambat. Jika penyesalan datang diawal, maka tidak akan ada orang yang membuat kesalahan, seperti apa yang di alami Leandra sekarang.

It's My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang