Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙
🔸🔸🔸
Nora semakin mempercepat laju kendaraannya. Usai mengantarkan kedua orangtuanya ke bandara dan menuju pulang ke rumah, tapi sebuah mobil terlihat mengikuti mobil yang ia kendarai.
Sungguh sial dirinya justru memilih jalan yang cukup sepi demi untuk memotong jalan menuju rumahnya. Masih memusatkan pandangannya ke jalan, tangannya meraih ponsel di dalam tas.
Menelepon seseorang yang dapat membantunya, feelingnya tidak baik, ia yakin mobil yang mengikutinya berniat buruk kepadanya.
Refleks, kaki Nora menginjak rem ketika mobil yang mengikuti berhasil menghadang mobilnya. Kepanikan menderanya, ketika dua pria yang di tutup wajahnya berjalan ke arah Nora.
"Buka!" Kaca mobil Nora di gedor dengan keras.
"Apa mau mereka." Seru Nora dalam hati, mengira-ngira apakah mereka perampok atau memiliki tujuan lain.
Dengan gemetar, Nora masih mencoba menghubungi seseorang.
Pyar...
Nora terhenyak ketika kaca mobilnya di pecah oleh pria bertopeng dan berbadan kekar. Ponsel di tangannya terjatuh karena kekagetannya.
Pria yang memecah kaca mobil Nora, menyeret Nora keluar.
"Mau apa kalian?!" Pekik Nora dengan nada yang sarat akan ketakutan.
Nora terus memberontak agar tangannya di lepaskan. "Berapapun yang kalian minta akan aku berikan, kumohon lepaskan aku."
Penculik Nora tidak menghiraukan kicauan targetnya.
Nora menjerit dan meminta pertolongan, berharap ada seseorang yang menyelamatkannya dari penjahat ini. Ia memberontak dengan memukul dan menendang pria yang menyeretnya, namun usahanya hanya sia-sia karena tenaganya tidak sebanding dengan mereka.
Pria satu lagi memberikan kode kepada temannya agar membius targetnya. Walau tempat ini sepi, mereka tidak ingin mengambil resiko jika saja permintaan tolong targetnya di dengar oleh orang lain.
Sebuah sapu tangan yang telah di beri obat bius membekap mulut Nora, membuat tubuh Nora melemah dan tidak sadarkan diri seketika itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's My Destiny
General FictionTidak ada perlawanan ketika tubuhnya dihempaskan ke lautan luas tersebut. Otaknya tidak merespon bahwa ia berada dalam keadaan berbahaya, tidak ada rasa panik ataupun takut. Dinginnya air laut seakan menyayat kulit, hatinya semakin membeku melihat s...