Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙
🔸🔸🔸
"Kakek?" Leandra menghampiri sosok yang ia panggil kakek.
Haris menoleh, "Kemarilah."
"Aku sangat merindukan kakek." Leandra memeluk Haris dengan lelehan air mata.
"Kakek tidak bisa menjagamu lagi, Lea." Haris berucap dengan sendu. "Kakek harap kau mau menuruti permintaan kakek untuk menikah dengan pria pilihan kakek. Hanya dia yang bisa aku percaya untuk menemanimu setelah kakek tiada."
Leandra mendongak untuk menatap Haris. "Kakek, kenapa kakek memilihkan pria yang cacat untukku?" Rengek Leandra.
Haris tersenyum, "Kau harus menuruti permintaan terakhir kakek, supaya kakek bisa tenang berada disini."
"Iya kakek."
Haris mengurai pelukannya, mengusap surai panjang Leandra. "Selamat tinggal, cucuku."
"Kakek?" Tubuh kakeknya tiba-tiba menghilang dari dekapan Leandra.
"Kakek??" Leandra terduduk dari tidurnya. "Kakek?" Lirih Leandra. Mimpinya terasa begitu nyata. Leandra mengusap air matanya yang menetes, dibawah alam sadarnya pun Leandra merasakan kesedihan dan kerinduannya pada sang kakek.
Pintu kamar Leandra terdengar di ketuk dari luar.
"Masuk." Perintah Leandra.Mira masuk ke dalam begitu di persilahkan oleh majikannya. "Nona, Tuan Dion ada di bawah ingin bertemu dengan anda." Mira menyampaikan maksud kedatangannya ke kamar Leandra.
Leandra mengerutkan dahi, "Mau apa dia kemari."
"Aku akan menemuinya." Ucap Leandra pada Mira.
"Baik, Nona." Mira keluar dari kamar Leandra.
Sebelum Leandra menemui Dion, ia ke kamar mandi untuk sekedar mencuci mukanya.
Saat menuruni tangga, Leandra melihat Dion duduk di sofa dengan menyilangkan satu kakinya dan tangannya sibuk bermain ponsel.
Dion mengalihkan atensinya ketika mendengar langkah mendekat ke arahnya. Dion bangkit dari duduknya, tidak lupa memberikan senyuman pada Leandra.
"Silahkan duduk." Ucap Leandra ketika Dion ingin memberikan pelukan padanya.
Dion mengamati perubahan Leandra, "Masih marah?" Tanya Dion pada Leandra, ia duduk kembali ke tempatnya, berhadap-hadapan dengan Leandra.
"Apa yang membuatmu datang kesini?" Leandra tidak menghiraukan pertanyaan Dion sebelumnya.
Dion terdiam sejenak, dengan mata terus terpaku pada wajah Leandra. "Sedari kakekmu meninggal hingga sekarang, kau tidak pernah menghubungiku atau menjawab telepon dan pesan dariku. Apa yang membuatmu berubah?" Dion bertanya dengan serius, namun tidak menghilangkan kelembutannya. "Aku yakin bukan karena kejadian di cafe yang membuatmu bertingkah seperti ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
It's My Destiny
General FictionTidak ada perlawanan ketika tubuhnya dihempaskan ke lautan luas tersebut. Otaknya tidak merespon bahwa ia berada dalam keadaan berbahaya, tidak ada rasa panik ataupun takut. Dinginnya air laut seakan menyayat kulit, hatinya semakin membeku melihat s...