Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙
🔸🔸🔸
"Nona Lea?" Ken menyapa Leandra, sedikit menundukkan kepalanya.
"Ken, apa kau memberitahu Elliot tentang foto yang di kirim ke nomormu?" Tanya Leandra to the point.
"Ya, Nona." Ken mengakuinya.
Leandra meremas-remas kedua tangannya karena gelisah, ia tahu jika Ken pasti akan memberitahukannya pada Elliot. "Dimana Elliot? Aku harus berbicara dengannya."
"Sebaiknya anda membersihkan diri terlebih dahulu, Nona." Saran Ken kepada Leandra karena Leandra baru saja pulang.
"Nanti saja. Aku harus menemui Elliot sekarang. Dia di kamar?" Leandra berjalan menuju kamar Elliot.
Ken mengikuti langkah Leandra, "Di dalam, Tuan Elliot sedang melakukan terapi, Nona. Sebaiknya anda membersihkan diri terlebih dahulu, setelah itu anda bisa menemui Tuan Elliot." Ujar Ken pada Leandra.
Leandra menghentikan langkahnya sebelum sampai di kamar Elliot, "Terapi?"
"Ya, Nona." Singkat Ken menanggapinya.
Leandra tidak bertanya lebih lanjut. Mungkin Elliot sedang terapi untuk kakinya atau terapi agar dapat berbicara kembali. "Ya sudah. Aku ke kamar dulu." Leandra memilih untuk membersihkan diri terlebih dahulu, lagi pula Elliot juga masih melakukan terapi.
Ken menatap kepergian Leandra, setelah memastikan Leandra masuk ke dalam kamar, ia masuk ke dalam kamar Elliot.
Ken mengamati apa yang di lakukan oleh Elliot saat ini. "Tuan, sampai kapan anda harus beracting seperti ini?"
Elliot melirik asistennya. "Aku yang beracting kenapa kau yang terlihat keberatan?" Elliot duduk di sofa, tangannya sibuk dengan ponselnya.
Di depan Leandra, Elliot berpura-pura menjadi pria cacat. Ada alasan tersendiri kenapa ia melakukannya.
"Bukan begitu maksud saya, Tuan." Sahut Ken.
"Apa Lea sudah pulang?" Elliot bertanya pada Ken.
"Sudah, Tuan. Nona Lea sedang membersihkan diri." Ken menjawab pertanyaan Elliot.
"Apa kau sudah mencari tau pria itu?" Elliot bertanya pada Ken apakah asistennya sudah melaksanakan apa yang ia perintahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's My Destiny
General FictionTidak ada perlawanan ketika tubuhnya dihempaskan ke lautan luas tersebut. Otaknya tidak merespon bahwa ia berada dalam keadaan berbahaya, tidak ada rasa panik ataupun takut. Dinginnya air laut seakan menyayat kulit, hatinya semakin membeku melihat s...