Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙
🔸🔸🔸
Selesai perkuliahan, Leandra tidak ingin berlama-lama di kampus. Ia tidak ingin bertemu dengan Dion.
"Ayo kita belanja." Nora yang duduk di bangku penumpang terdengar bersuara.
Leandra yang sedang mengemudikan kendaraan, melirik sekilas ke arah Nora. "Ingin belanja apa?" Ujar Leandra menanggapi.
"Bukan aku tapi kau." Jawab Nora.
"Aku?"
"Apa kau lupa dengan perdebatanmu dengan Vivi di kampus?" Nora sudah mendengarkan keluhan Leandra jika temannya tersebut merasa tersinggung atas perkataan Vivi. "Aku ingin merobek mulutnya." Kesal Nora saat mengingat bagaimana Vivi mempermalukan Leandra melalui ucapan pedasnya. "Dia pikir, dia wanita tercantik di jagad ini!?" Nora kembali meluapkan kekesalannya.
Leandra hanya diam mendengarkan ocehan Nora, "Kembali ke intinya, Nora."
"Kau harus mengganti isi lemarimu dengan pakaian yang feminim. Ayo belanja." Nora memberikan saran. Keseharian Leandra, dia selalu memakai kaos oversize dan celana jeans. Jika ingin menyaingi Vivi, Leandra juga harus merubah gaya berpakaiannya.
"Baiklah." Leandra menyetujuinya.
Tidak lama berselang, keduanya sampai ke salah satu pusat perbelanjaan disana.
"Kesini saja." Nora menarik Leandra untuk memasuki salah satu butik yang menjual dress.
Leandra justru menarik tangan Nora agar mengikutinya, "Diam dan ikuti aku."
Nora mendengus sembari mengekori Leandra, padahal toko yang ia sarankan menjual pakaian yang sedang hits saat ini.
"Butik ini mahal. Lebih murah yang aku sarankan tadi?" Celetuk Nora saat Leandra masuk ke dalam butik yang ia maksud.
"Ada harga, ada kualitas." Sahut Leandra menanggapi.
"Nona Lea?" Suara salah satu karyawati butik terdengar begitu melihat Leandra.
Leandra mengangguk dan tersenyum mendengar sapaan ramah tersebut.
"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" Tanya karyawati tersebut.
"Tidak perlu. Kau bisa melayani pengunjung yang lain atau melakukan tugasmu yang lain." Leandra menjawab karyawati tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's My Destiny
General FictionTidak ada perlawanan ketika tubuhnya dihempaskan ke lautan luas tersebut. Otaknya tidak merespon bahwa ia berada dalam keadaan berbahaya, tidak ada rasa panik ataupun takut. Dinginnya air laut seakan menyayat kulit, hatinya semakin membeku melihat s...