Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙
🔸🔸🔸
Sosok rupawan tersebut mengenakan pakaian serba hitam. Tidak terlihat sorot mata yang di tampakkan dari sosok itu karena kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya.
Yang ada di hadapan Elliot adalah makam yang diyakini adalah makam ibu kandungnya. Bertahun-tahun Elliot mencari informasi tentang kedua orangtuanya dan ternyata ibu kandungnya meninggal tidak lama setelah menaruhnya di panti asuhan.
Orang lain melihatnya baik-baik saja tapi tidak dengan jiwanya. Elliot tumbuh dengan baik dan fisik yang sehat, serta tidak kekurangan makanan sedikitpun. Kakek yang mengadopsinya pun menyayanginya dengan sangat, seolah menganggap dirinya sebagai keluarga kandungnya sendiri.
Kakeknya hidup sebatang kara setelah istrinya meninggal. Selama menikah hingga istrinya meninggal, kakeknya belum di karuniai keturunan. Elliot dan kakeknya saling mengasihi. Tak kurang kasih sayang yang kakeknya berikan pada Elliot. Kakeknya memanjakan dirinya sebagaimana anak kecil yang dimanjakan orang tuanya. Kakeknya memenuhi setiap kebutuhannya, mendidiknya dengan seimbang antara dunia dan akhirat.
Namun sesungguhnya jiwa Elliot cacat. Hidupnya bagaikan tanpa ruh. Hatinya terluka. Yang orang tahu, ia baik-baik saja karena apa yang tampak di depan belum tentu itu yang dirasakan hatinya. Keterpurukannya semakin bertambah kala kakeknya meninggal. Tapi kehidupan tidak sampai disitu saja bukan?
Tapi setelah kehadiran Leandra dalam hidupnya, menjalin ikatan suci demi terbentuknya sebuah keluarga, sedikit demi sedikit luka itu memudar digantikan oleh kebahagiaan dan keceriaan.
Leandra seolah menjadi penyembuh jiwanya yang cacat, menambahkah kobaran semangat di hidupnya. Keluarga adalah rasa bahagia yang tak akan sirna, tempat yang nyaman untuk berbagi canda tawa dan suasana terbaik yang pernah ada, hal itu Elliot dapatkan setelah menikahi Leandra.
"Aku sudah berdamai dengan hatiku dan sembuh dari lukaku. Aku sudah bersih dari noda amarah dan rasa benci yang terus menggerogoti karena kau meninggalkanku sejak bayi. Dan salah satu caranya ialah dengan memaafkanmu ibu. Dan semoga kau memaafkan diriku yang egois, yang tak pernah memahami dan mau tahu perasaanmu karena berpikir kau tidak menginginkan kelahiranku." Elliot menyentuh batu nisan yang tertera nama Marissa disana.
"Karena bagaimanapun hebatnya aku, aku terlahir dari rahimmu. Yang engkau bawa kemanapun sembilan bulan lamanya dengan susah payah. Aku doakan semoga kau tenang di sisi-Nya." Elliot meletakkan sebuket bunga yang ia bawa.
"Lain kali aku akan mengajak istriku kesini." Elliot mengusap batu nisan tersebut sekali lagi sebelum beranjak dari sana.
"Kita kemana, Tuan?" Tanya Ken begitu Elliot masuk ke bangku penumpang.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's My Destiny
General FictionTidak ada perlawanan ketika tubuhnya dihempaskan ke lautan luas tersebut. Otaknya tidak merespon bahwa ia berada dalam keadaan berbahaya, tidak ada rasa panik ataupun takut. Dinginnya air laut seakan menyayat kulit, hatinya semakin membeku melihat s...