Aku Bianca camilla lady of Winchester putri satu satunya Marquess dan Marchioness of Winchester.
Kakakku Edmund joshep Winchester, seorang ksatria kerajaan,5thn lebih tua dariku.
Taukah kalian,walau aku bereinkarnasi dan menjalani hidup keduaku ini tapi masih tersimpan jelas memori kehidupanku dulu.
Tempat yang kukira surga ternyata adalah rahim ibu keduaku Clara Winchester.
Memang rasanya seperti surga, tidak ada orang yang bisa menyakiti kalian disana.
Tidak merasakan dingin atau panas, pegal ataupun sakit.
Tak perlu menghawatirkan apapun.
Ayahku William flint seorang pedagang, kehidupannya mulai berubah sejak membeli tanah berupa hutan belantara,niat hati ingin membangun kerajaan bisnisnya justru menemukan tambang berlian yang membuatnya semakin kaya raya.
Lalu dengan hartanya ia membeli gelar Marquess yang disandangnya.
Bahkan wilayah miliknya juga diberi nama sesuai gelar yang ia peroleh.
Ya...dikerajaan ini jika rakyat biasa ingin mendapatkan gelar bangsawan maka paling tidak, kau harus menjadi seorang pahlawan besar yang menyelamatkan
seluruh negri atau lebih mudahnya beli gelar yang kau inginkan.Uang bisa membeli segalanya.
Keluarga kami memang bukan murni darah bangsawan tapi tak seorangpun yang berani meragukan kekayaan keluarga Winchester.
Karena ayahku penyokong pajak terbesar dikerajaan.
Bisnis yang merambah keberbagai benua dan semakin banyak tambang yang kami miliki,membuat para bangsawan lain tidak berani meremehkan kami.
Tuhan memang adil,dulu ia memberiku kehidupan yang sulit,sekarang semua berubah 360 derajat.
Sekarang tidak perlu pusing memikirkan bisa makan apa tidak,apa upah bulan ini cukup,bagaimana kebutuhan orang rumah dan masih banyak lagi tentunya.
Hidup bagai putri,anak kesayangan seorang konglomerat hanya perlu mengucapkan sepatah dua patah kata semua tersedia didepan mata.
Itu benar...
tapi..
Ada masalah lain,
"Nona jadwal anda hari ini pelajaran tata krama,lalu dilanjutkan menari,kemudian pelajaran menyulam bersama lady Rose".
Suara Jenya membuyarkan lamunanku."Hah...Aku lelah".
"Apa anda merasa tidak enak badan?".
"Sepertinya".
Sungguh lelah,setiap hari harus berurusan dengan segala macam hal yang berhubungan dengan etiket bangsawan.
Bagaimana menjadi seorang lady yang baik dan anggun.
Karena kami bukanlah bangsawan murni jadi ibuku memaksaku mempelajari semua hal yang harus dipelajari semua lady.
Diusiaku yang kini baru menginjak 8th.
Harusnya sekarang ini aku bermain bersama teman seusiaku.
Bahkan lebih menyenangkan saat masih disekolah dasar.
Jangan mimpi kehidupan di masa ini berbeda,tidak sebebas masa depan.
Ibuku takut aku akan dikucilkan dan dipandang sebelah mata.
Hei ibuku tersayang, itu tidak mungkin ayah akan menutup mulut semua orang yang berani menghinaku dengan batangan emas miliknya.
Hahahahaha...
Bukankah ini yang namanya crazy rich.
Oh Tuhan jangan biarkan mataku silau akan semua harta yang kami miliki.
Akan tetapi saat itu pasti tiba, derita dan kepedihan menghampiri kami.
Usiaku menginjak 14thn ketika
Ibuku Marchioness Winchester meninggal dunia, wabah malaria melanda kerajaan sebelah.Wilayah kami yang merupakan perbatasan antar dua kerajaan sehingga tak luput dari terjangan wabah.
Banyak korban berjatuhan termasuk ibuku.
Kedua kalinya aku melihat wanita yang sangat menyayangiku terbaring tak bernyawa.
Hatiku hancur, dulu walau aku tak begitu dekat dengan ibuku yang jarang sekali pulang, tapi rasa kehilangan tetap ada.
Tapi sekarang wanita yang selalu ada untukku,memberiku kasih sayang sejak dalam kandungan, rasa sakitnya berbeda.
Rasanya seluruh kabahagiaanku direnggut paksa, sakitnya meremas jantung.
Bernafaspun terasa sesak.
Aku menyadari dikehidupan manapun kesedihan dan kekecewaan pasti selalu menghampiri.
Butuh waktu untukku dapat bangkit dari keterpurukan.
Ayah,orang yang sekarang selalu menemaniku, aku bersyukur dikehidupanku kali ini aku memilikinya.
Walau pada awalnya aku juga bingung harus bersikap seperti apa pada seorang yang dipanggil ayah.
Sekarang tinggal kami bertiga, aku kakak dan ayahku,bagiku sudah cukup tolong jangan ambil lagi kebahagiaan ini.
Ayahku Marquess Winchester tidak pernah memaksaku mempelajari apa yang wajib dipelajari para bangsawan.
Dimatanya aku hanyalah gadis kecil yang lemah,apalagi sejak kematian ibu, Marquess memperlakukanku seperti kaca yang mudah pecah jika ditekan.
Aku bukannya mengambil keuntungan dari kematian ibuku,tapi hanya ingin merasakan sedikit kebebasan.
Hari hariku tidak lagi dipenuhi jadwal yang begitu padat,ayahku menyerahkan semua keputusan ditanganku.
Apa yang ingin kupelajari dan apa yang tidak ia tak ambil pusing,asal aku bahagia.
Tapi aku juga tak ingin menjadi gadis bodoh yang tak mengetahui apa apa,dunia bangsawan itu kejam.
Para bangsawan agung itu memang tidak serta merta menyerangmu secara langsung,tapi dengan cara yang lebih halus.
Kata kata tajam mengalir seperti air bahkan kau tak akan mengetahui maksud mereka jika tidak pandai membaca situasi.
Sebenarnya aku tidak perduli dengan kehidupan para bangsawan, toh nama lady didepan namaku hanyalah hasil transaksi.
Ayahku pun berpendapat sama tidak penting mengikuti alur para bangsawan.
Wilayah kami jauh dari ibu kota,hanya beberapa bulan sekali kami mengunjungi mansion yang ayah beli dipusat kota,saat berhubungan dengan urusan bisnis tentu saja .
Kami tidak memiliki keterikatan dengan pihak istana,lain halnya dengan bangsawan lain yang wilayahnya merupakan pemberian dari kerajaan secara turun temurun.
Wilayah milik Winchester adalah milik kami sendiri,walau tidak luas tapi siapapun tidak bisa mengusik keberadaan kaluarga kami.
Ya...Yang terpenting mereka tidak mengusik kami.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku ingin bahagia✔️ (28/02/2022)
RomanceKehidupan pertamanya,bisa dikatakan kurang beruntung, hidup sebagai anak pertama ia dituntut harus hidup mandiri,dewasa sebelum waktunya. Lahir dalam keluarga broken home tidaklah mudah. Lalu ia lahir kembali. Sebagai Bianca Camilla Winchester. Pu...