Masalah pertama

286 40 0
                                    

"Nona apa anda yakin akan melakukan ini?".

"Sstt... Diamlah ikuti saja atau kau tinggal dimansion".

Saat ini Bianca dan Jenya tengah berjalan menuju 'kampung pencuri' sebutan Edgar.

Dengan pakaian lusuh sederhana dan membawa sekeranjang kue buatannya sendiri Bianca berencana menyusup ke perkampungan tersebut.

"Apa lewat sini, Edgar bilang tempat itu masuk kedalam".

Kedua gadis itu menyusuri gang kecil.

"Nona tempat ini menyeramkan, sepi dan kumuh".

"Diamlah".

Ughh...

Seseorang menabrak Bianca hingga gadis itu jatuh kebelakang.

"Nona!,anda tidak apa apa?".

Jenya bergegas membantu Bianca berdiri .

"Hei siapa kalian kenapa bisa berada disini". Kata anak kecil yang menabrak Bianca tadi.

"Dasar, seharusnya kau minta maaf karena menabrak". Hardik Jenya.

"Jenya,hentikan".

"Hei adik kecil,apa kau tau ini dimana? kami tersesat". Tanya Bianca.

"Ini jalan  menuju kampung Polpeeron, kalian bukan orang dari dekat sini?".

"Bukan, kami dari panti asuhan diujung kota, ibu panti menyuruh kami berjualan dikota tapi sayangnya kami tersesat".

"Berjualan?".

"Benar,lihatlah ini kue yang kami jual kami sudah berkeliling sejak pagi dan rasanya kaki kami sudah mau patah".

Anak itu memandang kami cukup lama lalu..

"Ayo ikut kerumahku,disana kalian bisa beristirahat".

Anak itu berjalan mendahului kami.

"Hei...siapa namanmu?".

"Simon,ayolah kalian mau ikut atau tidak?".

Bianca dan Jenya mengikuti anak didepan mereka, semakin masuk kedalam gang akhirnya mereka sampai disebuah perkampungan yang memang terlihat kumuh.

'Desa Polpeeron dulu tidak seperti sekarang,desa ini sangat indah dan penduduknya hidup dengan bahagian tapi sejak perang pecah dan para suami turun kemedan perang hidup para wanita dan anak anak menjadi sulit, ladang ladang kami sekarang sudah berubah menjadi gedung gedung,kami terpaksa menjualnya karena butuh makan hingga akhirnya desa kami yang cantik kini jadi tersembunyi, lihatlah nona disini hanya ada para wanita dan anak anak kecil".

"Benar sejak tadi kami hanya melihat anak anak kecil berlarian".

"3tahun yang lalu, para anak berusia 14th keatas mendapat tawaran untuk bekerja ditambang milik seorang bangsawan akan tetapi sejak saat itu mereka tidak pernah kembali".

Air mata mulai mengalir dari sudut mata wanita paruh baya itu.

"Lebih dari 10 anak tidak kembali, kami sudah kehilangan sosok kepala rumah tangga dan Tuhan masih mengambil anak anak kami,dosa apa yang telah kami lakukan hingga memberikan hukuman seperti ini".

Bianca dan Jenya yang mendengarkan cerita wanita itupun ikut menangis,, betapa bertubi tubi derita yang mereka alami.

"Apa tidak ada yang meminta pertolongan pada penjaga atau siapapun?".

"Percuma, kami sudah berulang kali mengatakannya pada penjaga tapi mereka tidak perduli, bahkan ketika mencoba mendekati seorang bangsawan kami diusir dengan kasar".

"Jangan pernah percaya pada bangsawan dan istana nona,mereka semua monster, kami hanya bisa bertahan hidup dari kerja serabutan, anak anak terkadang membawa barang yang cukup bernilai kami tahu mereka mencurinya tapi karena keadaan kami tidak dapat berbuat apa apa,mereka butuh makan agar tetap hidup, kami tidak akan sanggup bertahan jika terjadi sesuatu pada anak anak ini".

'oh Tuhan, apa ini? kenapa kau tunjukan hal yang begitu menyesakkan kepadaku' air mata Bianca mengalir begitu derasnya, ia jadi mengingat bagaimana nasib kakek dan neneknya.

Bianca dan Jenya meninggalkan Desa itu dengan hati yang pedih, dapat mereka fahami bagaimana perasaan warga Polpeeron.

Kehilangan suami dan anak yang seharusnya dapat membantu menyokong kehidupan mereka.

Disana hanya tinggal beberapa wanita,orang tua dan belasan anak anak kecil, para wanita yang sudah beranjak dewasa pergi mencari peruntungan menjadi seorang pelayan dan buruh diperkebunan, sayangnya terkadang mereka pulang dengan keadaan hamil hasil perbuatan bejat sang majikan.

Tidak heran jika bangsawan menjadi orang yang paling mereka hindari.

Bianca merenung didalam kamarnya, memikirkan bagaimana cara menolong warga desa,jika mereka tau latar belakangnya pasti mereka akan segera mengusirnya.

Uang bukan masalah baginya tapi memperoleh kepercayaan mereka pasti akan sulit.

***

"Edgar,kudengar kau dekat dengan lady Winchester?". Tanya Richard penuh curiga.

"Hmmm.. kau kenal lady Winchester?".

" kami sudah mengenal sejak beberapa tahun yang lalu,lalu kau?".

"Aku mengenalnya sejak di pesta awal musim dingin,kau membuatku penasaran dengan menceritakan rencanamu". Edgar berbohong, dia dapat melihat kilatan cemburu dimata Richard ketika membicarakan Bianca.

"Hanya itu?".

"Aku bertemu lagi dengannya ketika selesai memeriksa mansionnya, lalu ketika berkeliling kota hanya itu tidak ada yang spesial". Ucapnya dingin tanpa ekspresi.

"Benarkah?, Aku sudah mengincarnya sejak lama". Peringatnya secara jelas.

"Bukankah kau sudah memiliki istri dan 2 oh maksudku 3 selir? Usiamu sudah tidak muda lagi Richard kerajaan membutuhkan pewaris".

"Kita keluarga kerajaan memiliki darah yang terkutuk Edgar,kita bisa memiliki banyak wanita tapi hanya satu yang akan selalu berbeda".

"Lalu kau memilih lady Bianca?".

"Kemungkinan besar". Seringai Richard.

"Kau akan menyiksanya dengan hidup diistana,lagi pula aku yakin wanita seperti dia tidak akan mau".

"Aku akan memaksanya". Ucapnya tenang walau didalam hatinya ia juga bingung bagaimana membuat Bianca berada disisinya.

Edgar terdiam mendengar rencana kakak sepupunya itu.

Dia tidak bisa membiarkan wanita yang ia cintai jatuh kedalam genggaman saudaranya sendiri.

Tapi disisi lain kerajaan membutuhkan pewaris.

Aku ingin bahagia✔️ (28/02/2022)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang