Kembali ke Desa Polpeeron

258 31 0
                                    

Anak anak yang selama ini disekap didalam gua dikembalikan kepada keluarganya,termasuk kakak Simon dan kawan kawannya.

Hari ini mereka kembali ke desa Polpeeron.

Tangis kebahagiaan pecah menyambut kedatangan mereka, selama bertahun tahun tidak ada kabarnya akhirnya mereka dapat berkumpul kembali.

Bianca yang ikut menyaksikan kejadian itupun ikut terharu.

Melihat bagaimana ibu Simon menangis sesegukan memeluk anak pertamanya setelah beberapa tahun tak bertemu.

Didesa ini para wanita setiap malamnya selalu berdoa agar anaknya selamat dan dapat kembali lagi,walau tidak tau dimana anak anaknya berada tapi doa mereka selalu menyertai.

"Terimakasih". Simon menundukan badannya 90°.

"Apa maksudmu aku bahkan tidak melakukan apa apa". Bianca mengusap lembut kepala Simon.

"Tidak,berkat anda dan tuan kusir kakak dan juga yang lainnya bisa kembali, terimakasih nona".

Ada jejak air mata dipipi anak kecil itu, membuat Bianca tak kuasa menahan diri untuk memeluknya.

**

"Ada apa bi, kau habis menangis?,matamu sembab".

Edgar mengelus pipi Bianca.

"Aku baru saja kembali dari rumah Simon,mereka sangat bahagia".

"Benarkah,sayang sekali aku tidak ikut kesana".

"Mereka menitipkan salam untuk tuan kusir,kalau bukan karena tuan kusir mereka tidak akan bisa kembali berkumpul".

Ucap Bianca penuh senyuman tulus.

"Ini juga berkat kenekatanmu,kalau kau tidak menyusup kesana kita tidak akan tau apa yang terjadi".

Kedua orang itu tersenyum bersamaan, menyalurkan rasa bahagia dan bersyukur semuanya dapat berjalan dengan baik.

"Jadi mau makan siang bersama?". Ajak Edgar.

"Makan siang?, Tidak, aku tidak akan keluar dengan wajah seperti ini".

Bianca menggeleng gelengkan kepalanya menolak.

"Kalau begitu bagaimana dengan makan siang dirumahku?, Tidak akan ada yang memperhatikan wajah lucumu itu". Ejek Edgar.

"Dasar, wajahku tidak lucu!".

"Iya..iya... Wajahmu cantik,sungguh cantik hingga membuatku tergila gila". Gumam Edgar.

"Apa?, Bilang apa barusan?".

"Tidak aku tidak mengatakan apa apa". Elak Edgar.

"Dasar buaya". Ejek Bianca.

"Buaya?".

"Iya buaya, laki laki yang suka menggoda wanita itu namanya buaya".

"Aku tidak pernah  menggoda...". Edgar menyadarinya ia baru saja menggoda Bianca,pipinya merona malu.

"Dasar,ayo cepat aku sudah lapar".

Bianca melangkah pergi meninggalkan Edgar yang masih terdiam.

Makan siang mereka lewati penuh dengan canda tawa.
Edgar yang biasanya irit bicara jadi lebih ceria jika bersama Bianca.

"Apa kau mempunyai seseorang yang kau sukai?".

"Hmm?". Bianca mengerutkan keningnya.

"Usiamu sudah memasuki usia menikah bukan,jadi apa ada seseorang ?". Tanya Edgar ragu,ia tidak siap jika ternyata Bianca menyukai seseorang selain dirinya.

"Tidak, aku tidak berniat menikah". Ucapnya cepat.

"Tidak berniat menikah? Kau serius?".

"Benar,lebih baik hidup seperti ini aku sudah bahagia, tidak ada beban tidak akan ada yang menyakitiku".

'Pria dijaman modern memang mengerikan tapi pria dijaman ini lebih dari kata mengerikan, bagaimana bisa memiliki banyak selingkuhan adalah hal yang wajar,dan pihak wanita tidak dapat berbuat apapun selain pasrah,tidak.. aku tidak akan pernah mau menjadi wanita menyedihkan seperti itu'. Batin Bianca.

"Apa menikah sebegitu buruknya untukmu?". Edgar tidak mengerti jalan fikiran Bianca.

"Lihatlah semua pria disekelilingmu mana ada seorang pria yang hanya setia pada seorang wanita saja?, Bahkan ayah dan kakakku juga sering keluar masuk penginapan". Gerutu Bianca.

"Ehmm". Edgar berdehem salah tingkah.

"Bukankah benar?, Aku tidak sudi berbagi seorang pria bersama wanita lain". Ucap Bianca tegas.

"Kalau ada yang mau setia hanya padamu bagaimana?".

"Tidak, aku tidak percaya mungkin awal pernikahan memang seperti itu tapi 5tahun atau 10tahun berikutnya siapa yang tau, begitu bosan maka akan mencari selingan lain".

Edgar menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal, bingung bagaimana meyakinkan gadis didepannya ini.

"Apa kau tidak ingin memiliki keluarga? Anak?".

"Semua pelayan mansion dan restoran adalah keluargaku, Edgar bagiku keluarga tidak harus selalu berhubungan dengan darah yang sama, aku akan mengadopsi banyak anak jika merasa kesepian".

Bianca terus mengoceh tanpa memperhatikan perubahan raut wajah Edgar yang gelap.

"Bukankah kau sudah melewati usia menikah? Kita sama bukan tidak ingin terikat dalam hubungan pernikahan".

"Tidak, aku ingin menikah hanya saja masih menunggu orang yang tepat". Edgar menatap tajam Bianca.

"Oo...Benarkah, kalau begitu selamat menunggu".

Canggung

Obrolan mereka sekarang terasa canggung.

"Sebaiknya aku pulang,hari sudah mulai sore".

"Akan kuantar,tunggu sebentar akan kupanggilkan kereta"

Edgar meninggalkan Bianca duduk sendirian diruang tamunya.

"Sial,kukira Edgar pria yang menganut faham kebebasan, apa aku yang akan menjadi pelopor wanita pertama dikerajaan yang tidak menikah ". Gumam Bianca pada dirinya sendiri.

Hari sudah mulai malam ketika Bianca memasuki kamar dimansionnya.

Ia mengingat bagaimana kehidupannya dulu.

"Ayo kita menikah setelah 2 tahun, kita harus mengumpulkan banyak uang bukan jika ingin menikah".

Sekelebat suara melintas dalam ingatan Bianca.

"Dulu pria itu juga mengajakku menikah, tapi setelah kuberikan semuanya dia pergi meninggalkanku".

Bianca menatap bulan dilangit,tatapannya sendu.

"Aku tidak akan tertipu lagi".

Aku ingin bahagia✔️ (28/02/2022)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang