Tamu dari istana

591 71 0
                                    

Terhitung sudah lebih dari seminggu  Edgar selalu mendatangi restoran Bianca, kadang hanya sebatas mengobrol sering kali ia menemani gadis itu berbelanja.

"Kemana hari ini?". Tanya Edgar yang tengah mempersiapkan kudanya.

"Aku berencana mengunjungi panti sosial diujung kota".

"Panti sosial?".

"Ya,disana Marquess membangun sebuah tempat pelatihan untuk rakyat jelata,mereka mengajarkan berbagai hal, membaca menulis lalu banyak juga ketrampilan tangan".

"Banarkah?,seperti sekolahan?".

"Mirip,tapi semua muridnya sudah dewasa bahkan ada orang tua".

Perjalanan tidak terlalu jauh,hanya memakan waktu setengah jam dengan berkuda.

Dengan dua kuda mereka beriringan. 
Ralat 3 kuda,satu lagi milik Alex yang berboncengan dengan Jenya.

"Uhh..aku benci harus selalu naik kuda". Gerutu Jenya.

"Kenapa,bukankah ini menyenangkan?".

"Tuan ksatria,saya belum pernah melihat seorang lady berkuda selain nona saya".

Alex mengerutkan dahi.

"Jadi,sebenarnya kalian ini siapa?,pedagang atau seorang bangsawan?".

"Oh...mm itu nonaku hanya seorang bangsawan berpangkat rendah,tidak akan sebanding dengan lady lady lain diibu kota".

'gara gara nona aku harus berbohong'.

Sebenarnya selama ini Edgar dan Alex merasa aneh, mereka pikir Bianca berasal dari keluarga pedagang biasa.

Akan tetapi sering mereka mendengar orang orang memanggil Bianca dengan sebutan lady dengan penuh rasa hormat,tapi bianca tidak pernah menjelaskan siapa nama keluarganya.

"Selamat datang nona". Sambut beberapa wanita didepan gedung.

"Aku hanya mengecek proyek  kita".

"Tentu nona,silahkan lewat sini, untuk saat ini hampir 80% selesai saya yakin dalam waktu satu bulan akan selesai 100%".
Jelasnya.

"Apa kalian sedang mengerjakan sesuatu?".

Edgar penasaran begitu banyak tumpukan kain digedung ini.

"Kami sedang menyiapkan 3000 selimut untuk dikirim ke ibu kota,sebentar lagi musim dingin tiba dan Marquess akan menyumbangkannya pada istana dan kami diberi kepercayaan untuk membuat selimutnya".

"Aku pernah mendengar wacana tersebut,aku tidak menyangka marquess akan menyumbang begitu banyak".

"Apa diibu kota juga para bangsawan ikut menyumbang".tanya Bianca.

"Ya,kukira mereka hanya menyumbang karena kewajiban".

"Mungkin saja,tapi sejak dulu kami selalu melakukannya".

"Kenapa?". Edgar penasaran.

"Karena diluar sana masih banyak yang membutuhkan".

"Aku tidak mengerti dengan jalan fikiran Marquess".

"Hahahaha kau akan tau betapa menyenangkan melihat orang orang yang tersenyum bahagia ketika mendapat pemberian dari kita,lagi pula aku juga tidak akan tega melihat banyak orang kedinginan ketika salju mulai turun".

Edgar jarang bertemu seorang bangsawan yang benar benar tulus mau membantu rakyat biasa.

Biasanya mereka mau membantu hanya untuk mendapat wajah didepan raja atau hanya digunakan untuk ajang pamer sesama bangsawan.

***

"Bianca,ayah baru saja menerima surat dari kakakmu".

"Apa kakak akan pulang?".

"Iya,dia sedang dalam perjalanan tapi.. dia tidak sendiri,putra mahkota ikut  bersamanya".

Bianca menjatuhkan garpunya.

"Pu..putra mahkota?, Ayah bercandakan?".

"Aku juga berharap kakakmu hanya bercanda". Wajah Marquess muram.

"Hah...orang menyebalkan itu". Dengus Bianca.

"Tenang saja,ayah akan membuatnya sibuk jadi dia tidak akan mengganggumu".

Nafsu makan Bianca menghilang entah kemana,ia pamit duluan pergi kekamarnya.

Flash back

"Aku akan menunggumu hingga kau memasuki usia debutmu". Suara pria berambut hitam.

"Yang mulia sudah kukatakan berulang kali saya tidak mau menjadi istri anda".  Bianca meninggalkan pria itu sendirian.

Pria yang dipanggil putra mahkota itu mengejarnya.

"Bi...jangan seperti itu,aku sudah menyukaimu sejak lama".

"Anda fikir saya bodoh,walau saya masih kecil tapi saya tahu kalau yang mulia hanya ingin memanfaatkan kekayaan keluarga kami saja,mana ada seorang pria dewasa bisa jatuh cinta pada anak umur 13th,bahkan kita hanya bertemu beberapa kali". Bianca berbalik terus berjalan tanpa menoleh kebelakang.

Flash back end

"Hah....setelah sekian lama kenapa dia muncul lagi sih".

Bianca menatap langit langit kamarnya menerawang jauh.

Banyak hal harus ia kerjakan ditambah masalah ini membuat kepalanya berdenyut.

"Aku harus segera tidur".

Gadis itu menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.

Hari berikutnya.

"Nona saya mendengar rombongan tuan muda sudah sampai digerbang kota".

Bianca yang sedang membaca hanya terdiam tak mengucapkan sepatah kata pun.

"Anda harus segera bersiap nona".

"Untuk apa?".

"Menyambut tuan muda tentu saja". Jenya menekuk wajahnya.

"Ahh...sial".

"Nona...!!".

"Apa?!". Teriak Bianca.

"Tolong perhatikan ucapan anda,kita akan kedatangan tamu istimewa".

'Tuhan salah apa hambamu ini kenapa majikan saya seperti ini'. Tangis hati kecilnya.

Bianca terpaksa menurut,kini ia tengah berdiri dibelakang sang ayah memandangi rombongan kakak serta  putra mahkota memasuki gerbang mansion.

"Saya Marquess of Winchester  menyambut matahari kedua kerajaan,semoga semakin berjaya".

Bianca mengikuti Marquess membungkukkan badan memberi hormat.

"Sudahlah Marquess kita bukan diistana anggap saja aku seperti anakmu sendiri,sudah lama kita tidak bertemu bagaimana kabarmu?".

"Saya sudah semakin tua yang mulia".

Putra mahkota mengalihkan perhatiannya pada gadis yang bersembunyi dibalik punggung Marquess.

"Lady?".

'sial'. Batin Bianca.

"Yang mulia putra mahkota".

Pria itu maju beberapa langkah, menekuk satu kakinya lalu mengulurkan tangannya.

Terpaksa Bianca menyambut uluran tangannya membiarkan putra mahkota kerajaan ini mencium punggung tangannya.

"Sudah lama tidak bertemu my lady".

"Saya tak menyangka yang mulia masih mengingat hamba yang rendah ini".

"Bagaimana aku bisa lupa pada gadis yang sudah merebut hatiku".

Wajah Bianca kaku.

"Yang mulia mari masuk,saya sudah menyiapkan kamar untuk anda beristirahat". Sela Marquess.

Bianca segera menarik tangannya kemudian mundur kebelakang.

Edmund yang melihat adegan itu merasa bingung,ada apa antara adiknya dan putra mahkota mereka seperti kucing dan tikus, yang satu terus mengejar sedang yang satu selalu berusaha melarikan diri.

Aku ingin bahagia✔️ (28/02/2022)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang