Daun daun sudah bersemi menghijau dan bunga bunga juga mulai bermekaran.
Cuaca pagi ini sangat indah dan hangat, matahari bersinar begitu terangnya.
"Jenya,cepatlah nanti kita terlambat".
Bianca berjalan cepat menuju kereta sederhana yang ia sewa, membawa banyak barang dikedua tangannya.
"Nona, anda harus lebih berhati hati bagaimana jika terjatuh".
"Cafeku tidak bisa menunggu lagi".
"Nona,mereka tidak akan membuka cafenya tanpa anda!". Seru Jenya.
"Makanya cepatlah".
Kereta kuda segera meluncur begitu dua wanita itu sudah masuk kedalam.
Hari ini hari pertama pembukaan cafe baru Bianca, semua sudah terkendali.
Tidak ada lagi kasus pencurian didaerah itu, sejak anak anak desa Polpeeron kembali.
Kini mereka sudah hidup lebih baik, para remaja dapat bekerja membantu ibu mereka, pihak istana juga mengurus uang ganti rugi atas meninggalnya kepala rumah tangga mereka yang digelapkan seorang bendahara.
Bahkan para pegawai cafe Bianca adalah gadis gadis dari desa itu, mereka sudah tidak lagi bekerja sebagai pelayan diperkebunan para bangsawan,kini mereka mengikuti Bianca.
Walau awalnya warga sedikit sanksi kepada Bianca yang notabene seorang bangsawan juga,tapi Simon dan keluarganya meyakinkan mereka bahwa Bianca berbeda.
"Selamat pagi nona Bianca".
Sepuluh orang gadis muda berbaris rapi didepan cafe menyambut kedatangan Bianca dan Jenya.
"Selamat pagi, hari ini hari yang indah semoga pembukaan Cafe berjalan sukses".
Setelah meresmikan cafenya, Bianca beserta para karyawannya begitu sibuk melayani pelanggan.
Ada yang mengagumi interior cafe yang unik adapula yang penasaran dengan menu yang mereka miliki.
"Tolong kue coklat ini dan salah satu ruang vip".
"Edgar".
Bianca yang sedang mengisi ulang kue kue yang ada didalam etalase kaget dengan kedatangan Edgar,padahal dia tidak memberitahukan pembukaan cafe miliknya.
"Bisakah sekalian kupesan pemiliknya saat makan siang".
"Mmm... Aku akan mengantarmu keruangan vip yang tersisa, kau datang tanpa pemberitahuan".
"Kau bahkan tidak mengundangku Bi".
"Hahh...maaf aku begitu sibuk hingga lupa mengabarimu".
"Baiklah lady banyak alasan,makan siangmu milikku". Tegas Edgar.
"Siap tuan, ayo kuantar keruangan diatas, nanti ketika sudah agak sepi aku akan menemanimu makan siang".
Bianca mengantar Edgar menuju sebuah ruangan kosong.
Terdapat sofa panjang empuk membentuk setengah lingkaran dengan meja cukup besar didepannya.
Lukisan dan aneka coretan indah memenuhi dindingnya.
Dipojokan juga terdapat meja yang diisi vas bunga lengkap dengan bunga segar.
Edgar merebahkan tubuhnya diatas sofa, ia sungguh lelah baru subuh tadi pulang setelah melakukan menyelidikan tentang kasus penjualan budak.
Makan siang masih tersisa dua jam lagi, pria itu memutuskan menutup matanya membiarkan alam sadar mengambil alih tubuhnya.
Bianca memasuki ruangan Edgar bermaksud mengantarkan teh dan brownies yang ia pesan tadi.
"Tidur?, Dia tertidur".
Bianca meletakkan makanan dimeja, lalu duduk dilantai memperhatikan pria bertopeng yang tengah terlelap.
"Sepertinya kau sangat lelah". Bianca mengelus rambut berantakan Edgar.
"Akan ku bangunkan nanti saat makan siang".
Gadis itu menyelimuti Edgar sebelum meninggalkannya.
Bianca kembali berkutat dengan kesibukannya melayani para pembeli.
"Lady Winchester?,".
"Oh...selamat datang Putri Mahkota ada yang bisa saya bantu?".
Pelanggan yang tidak pernah Bianca kira muncul membuat moodnya turun drastis.
'sepertinya hari bahagiaku akan berakhir'.
"Hohoho tidak kukira Lady adalah pemilik restoran ini".
"Nama tempat ini Cafe,Tuan Putri"
"Kenapa lady sekelas anda bisa melayani langsung seperti ini apa anda kekurangan pegawai?".
"Tidak, saya memang senang terlibat langsung dalam setiap bisnis yang saya jalankan, jika turun langsung akan langsung saya ketahui dimana letak kekurangannya".
"Begitukah?, Saya baru bertemu seorang bangsawan seperti anda,oh mungkin karena darah pedagang memang mengalir dinadi anda,bukan darah murni seperti kami". Ejek Putri Mahkota.
"Benar, dalam tubuh saya memang mengalir darah pedagang, dan taukah anda Putri para bangsawan tidak akan bisa menikmati semua yang mereka miliki sekarang jika tidak ada kami para pedagang bukan!?". Balas Bianca berbisik.
Putri Mahkota merasa dihina sebagai seorang murni bangsawan.
"Kalau begitu tolong layani saya dengan baik".ucapnya sombong.
Putri Mahkota berjalan dengan angkuh menuju meja kosong dipojok ruangan diikuti dua orang pelayannya.
Bianca membiarkan gadis itu bertingkah sesukanya asal tidak mengganggu pekerjaannya.
Yang membuatnya menahan tawa adalah ia membiarkan calon ratu berikutnya duduk dikursi biasa bersama pelanggan lain, padahal dilantai atas ada ruang vip.
"Nona,apa tidak seharusnya...". Ucapan Jenya terpotong.
"Biarkan saja, aku ingin melihat wajah kesalnya".
Setelah menyerahkan pesanan Putri Mahkota, Bianca kembali kebelakang etalase melayani pelanggan lain.
"Oh...Putri Mahkota anda disini?".
"Lady Margaret dan lady sisilya?, Kalian juga datang kesini?".
"Benar, kami mendengar ada Cafe baru dibuka dan makanannya sangat enak, tapi kenapa anda duduk disini tidak memesan ruangan VIP?".
"VIP?".
"Benar diatas banyak ruangan Khusus, kami baru selesai menggunakannya dan ruangan itu benar benar nyaman kita bisa mengobrol tanpa takut diganggu siapapun dan tentu saja sangat indah".
"Sial". Gumam Putri Mahkota,dia melirik Bianca yang tersenyum mengejek.
"Tidak,aku terburu buru kalian taukan aku sangat sibuk, aku hanya memesan untuk dibawa keistana, Putra Mahkota sedang menungguku". Elak Putri Mahkota menutupi rasa malunya.
"Kalau begitu aku permisi lebih dulu". Lanjutnya.
Putri Mahkota meninggalkan para lady yang masih sibuk berkutat dengan pesanan yang akan mereka bawa pulang.
"Berani beraninya dia memperlakukanku seperti ini,awas kau Bianca aku tidak akan melupakan kejadian ini".
Putri Mahkota bergumam marah ketika memasuki kereta kudanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku ingin bahagia✔️ (28/02/2022)
RomanceKehidupan pertamanya,bisa dikatakan kurang beruntung, hidup sebagai anak pertama ia dituntut harus hidup mandiri,dewasa sebelum waktunya. Lahir dalam keluarga broken home tidaklah mudah. Lalu ia lahir kembali. Sebagai Bianca Camilla Winchester. Pu...