"Aku ingin makan mie ayam bakso, sudah 18th lidahku tidak menikmati lezatnya makanan sejuta umat itu".
Seperti orang gila,mungkin orang yang melihat akan mengataiku seperti itu.
Mana ada seorang lady berbaring diatas hamparan rumput.
Hari ini sungguh indah,cuaca cerah,bunga bunga bermekaran dan hembusan angin membuatku mengantuk.
Tapi perut lapar ini tak membiarkanku terlelap.
"Kenapa tidak buat sendiri?".
Aku beranjak dari rebahan santaiku, membersihkan sisa daun dan rerumputan yang menempel pada gaun berwarna hijau pupus.
Dengan semangat 45 kulangkahkan kaki memasuki dapur mansion.
"Nona,ada yang ingin anda nikmati disiang yang cerah ini?". Seorang koki bertubuh tambun menyambutku.
"Aku membutuhkan daging sapi". Senyum menghiasi wajah cantikku.
Oh tuhan itu benar, wajahku ini begitu cantik membuat siapa saja yang melihatnya pasti iri, wajah kecil dengan hidung mancung, bibir penuh berwarna pink dengan dagu lancip.
Tubuh ramping yang belum terkontaminasi dengan gorengan.
Jangan lupakan rambut pirang bergelombang dan kulit seputih susu,bola mata berwarna biru seindah lautan.
Mungkin aku bisa jadi artis jika hidup diera modern.
Koki yang kebingungan menerima catatan yang kubuat,mulai mempersiapkan bahan bahan yang akan kugunakan untuk membuat bakso.
Bakso..bakso..
"Tolong hidangkan bersama menu makan siang yang lain".
"Baik nona".
Pergi meninggalkan dapur masih kudengar bisikan koki pada anak buahnya.
'apa ini sup daging?'.
'nona tadi menggiling daging dengan beberapa rempah rempah lalu membentuknya seperti bola'
'apa ini bisa dimakan'.
'mana kutau?'
'nona sering membuat makanan yang aneh'.
'sudah lebih baik segera persiapkan makan siang,tuan akan segera pulang'.
***
"Coba ini ayah".
Kusodorkan semangkuk bakso komplit dengan mie dan sawi hijau.
"Kau memasak lagi?".
"Tentu saja".
Ayah mulai memakan bakso yang masih mengepulkan asap,bau khas memenuhi ruang makan.
"Ini enak".
"Tentu apa yang ku masak selalu enak ayah". Senyum merekah menghiasi wajah cantikku.
" Kau sangat berbakat dalam memasak, ibumu akan marah jika melihatmu didapur".
"Hahaha benar,mungkin ibu sedang kesal disurga sana,bukannya menjadi lady yang anggun anak perempuannya ini malah berjibaku dengan tepung".
Kami sudah tidak merasa sedih lagi ketika menyebut nama ibu,mungkin karena kami yakin beliau selalu bersama kami didalam hati.
"Jadi bagaimana dengan debutmu?".
"Apa harus?".
"Usiamu hampir menginjak 18thn, bahkan gadis lain sudah ada yang memulai debut ketika menginjak usia 16th."
"Aku tidak yakin ayah,mungkin mereka tidak akan mudah menerimaku".
"Omong kosong,siapa yang berani menyepelekan putriku".
"Ayah aku belum pernah mengikuti acara apapun,entah itu pesta ataupun sekedar minum teh sejak ibu meninggal".
"Maaf,karena kesibukan ayah jadi tidak ada yang membimbingmu dalam lingkungan bangsawan".
Ayahku pria yang baik,walau sering pergi untuk bisnis tapi ia selalu perhatian pada putra putrinya.
"Tidak ayah,aku tidak masalah dengan itu, aku bisa menjadi diriku sendiri tanpa takut akan pandangan orang lain".
Disini berada diwilayah Winchester kami tidak perlu mengikuti semua tata krama dan etiket khas bangsawan.
Aku bebas melakukan apa yang aku inginkan,memanah,berkuda bahkan pergi kemanapun yang aku inginkan.
"Nona anda ingin pergi kemana hari ini?".
"Melihat beberapa kios yang kemarin aku beli".
Membuat restoran milikku sendiri,bukankah itu hebat.
Darah pedagang ayah memang mengalir padaku.
Sayangnya aku tidak bisa menemukan beras disini,tidak ada sama sekali.
Bahkan ketika aku meminta pada ayah untuk mencarikanku beras dari benua lain tetap nihil.
Mimpiku memakan nasi goreng terkubur.
Mau bagaimana lagi aku hanya bisa menjual bakso dan aneka mie direstoranku.
Hanya terigu yang bisa kutemukan.
Olahan yang paling mudah adalah mie tentu saja.
Dunia ini sungguh tidak beruntung mereka melewatkan nikmatnya nasi dan aneka olahannya.
"Jadi mulai hari ini secara pribadi akan kuajarkan cara membuat semua makanan yang kelak akan kita jual".
Wanita wanita yang berkumpul disini merupakan pegawai yang kupilih sendiri.
Mereka berasal dari desa pedalaman yang mencoba mencari peruntungan.
Bagi rakyat jelata wanita maupun anak anak adalah hal biasa melakukan aneka pekerjaan kasar.
Jika beruntung mereka akan mendapat tuan yang baik,tapi nasib siapa yang tahu.
Kebanyakan mereka akan tertangkap oleh penjual budak.
Hidup sabagai budak lebih mengerikan dibanding menjadi buruh pabrik kawan.
Pukulan dan makian adalah makanan sehari hari.
Budak biasanya berasal dari orang yang terlilit hutang,dengan tega para rentenir akan mengambil salah seorang anggota keluarga yang kira kira bisa menghasilkan uang.
Kadang juga budak berasal dari rampasan perang.
Sudahlah itu bukan urusanku.
Ayahku membangun daerah ini menjadikannya tempat yang layak ditinggali.
Dulu merupakan hutan belantara,tapi lihat sekarang tempat ini seperti kota kecil yang makmur.
Sepanjang jalan bisa kita temukan berbagai kios yang menjual aneka kebutuhan.
Banyak pula penginapan,dari yang sederhana sampai bisa dikatakan berbintang.
Daerah perbatasan yang jauh dari pusat ibu kota pun jika berada ditangan yang tepat bisa berkembang dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku ingin bahagia✔️ (28/02/2022)
RomanceKehidupan pertamanya,bisa dikatakan kurang beruntung, hidup sebagai anak pertama ia dituntut harus hidup mandiri,dewasa sebelum waktunya. Lahir dalam keluarga broken home tidaklah mudah. Lalu ia lahir kembali. Sebagai Bianca Camilla Winchester. Pu...