Edgar dan Bianca dengan wajah syok dan diliputi berbagai pertanyaan.
Berita wafatnya sang Raja Richard Benjamin Frederick II yang mendadak menggemparkan seluruh kerajaan.
Segera setelah mendengar berita tersebut Edgar bergegas memacu kudanya kembali ke ibu kota.
Sedang Bianca menyusul dengan kereta kuda bersama beberapa ksatria yang menjaganya, membawa seorang anak berusia 3 tahun dan perut yang membuncit.
Sayangnya secepat apapun mereka berusaha mengejar waktu jarak kedua tempat itu terlalu jauh.
Edgar sampai di istana tepat hari ke 7 setelah Richard dimakamkan.
Sedang Bianca sampai pada hari ke 11 , mengingat kondisinya yang tengah berbadan dua kereta kuda tidak bisa melaju dengan kencang, itu akan sangat berbahaya karena jalanan yang tidak rata.
Ketika sampai di istana pertama kali yang Edgar cari adalah keberadaan William, bocah itu kini berusia 8 tahun masih begitu kecil untuk melihat orang terdekatnya pergi.
"Paman?, Kenapa paman bisa berada di istana?". Sapa William dengan wajah terkejut, wajah itu telihat lebih kurus dari terakhir kali mereka bertemu.
"Hei, Will, bagaimana keadaanmu, maaf paman baru mendengar berita kepergian ayahmu".
Edgar dapat melihat kesedihan terpancar pada sorot mata anaknya itu, yang anak itu tau adalah ia kini sendiri, tidak tau dimana ibunya berada sedang orang yang dipanggilnya ayah juga meninggal.
"Kenapa paman bisa masuk ke kamar Willi?". Tanya William polos.
Ingin sekali Edgar mengatakan bahwa ia ayah kandungnya,tapi hal itu akan membuat anak itu semakin bingung.
"Karena paman adalah adik ayahmu, jadi paman bisa datang menemani William disini". Ucap Edgar seraya memeluk putra pertamanya itu.
Beberapa hari Edgar habiskan untuk menghibur hati kecil putranya, walau masih ada kesedihan disana tapi raut wajah William sudah mulai membaik.
"Kau mirip sekali dengan ibumu ketika sedang sedih". Gumam Edgar.
"Paman mengenal ibuku?".
"Ya, begitulah".
"Dimana ibuku sekarang, ayah bilang ia terpaksa menyuruh ibuku pergi demi keselamatannya".
Edgar tidak dapat berkata kata, entah apa yang sebenarnya dilakukan oleh kakaknya itu.
"Ahh... Lihatlah itu kereta yang membawa bibi Bi, sudah datang bukankah kau sudah rindu padanya".
"Tentu, apa bibi membawa Goerge juga?". Tanyanya semangat.
"Tentu saja, bahkan bibi juga membawa satu lagi didalam perutnya".
"Membawa diperutnya?, Apa ada bayi diperut bibi?".
"Iya Will, kau akan mendapatkan seorang adik lagi, apa kau senang?".
"Benarkah, apa sekarang aku akan memiliki dua adik? hebat!".
Serunya senang.Kedua ayah dan anak itu berdiri menunggu kereta kuda yang semakin lama semakin mendekat.
Senyum keduanya begitu merekah tatkala melihat siapa yang turun dari kereta.
"Hati hati Bi". Edgar menyambut tangan sang istri,membantunya turun dari kereta.
Seorang wanita cantik dengan perut yang sedikit membuncit dan anak kecil berdiri di hadapan William.
Tak kuasa menahan tangis Bianca memeluk tubuh kecil William, perasaan rindunya meluap, beberapa bulan tak dapat menemuinya karena kehamilannya masih rentan untuk bepergian jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku ingin bahagia✔️ (28/02/2022)
RomantizmKehidupan pertamanya,bisa dikatakan kurang beruntung, hidup sebagai anak pertama ia dituntut harus hidup mandiri,dewasa sebelum waktunya. Lahir dalam keluarga broken home tidaklah mudah. Lalu ia lahir kembali. Sebagai Bianca Camilla Winchester. Pu...