Pernikahan Politik

328 32 0
                                    

"Aku kecewa padamu". Ucap Richard dingin pada istrinya.

"Putra Mahkota aku tidak mengerti maksudmu,apa aku melakukan kesalahan".

Raut wajah lilyan mulai terlihat khawatir.

"Insiden yang menimpa lady Winchester semalam,walau pelayanmu bersikeras ia yang bertanggung jawab dibalik kejadian itu tapi aku bukan orang bodoh,!". Richard berusaha tenang walau menahan amarahnya.

"Richard, ini hanya masalah sepele aku tidak bermaksud menyakitinya,aku hanya menggertak saja ,lady Winchester telah menghinaku, sudah sewajarnya ia mendapat hukuman".

Membela diri sendiri hanya itu yang bisa ia lakukan, sabagai calon ratu bukankah hal wajar ia menghukum lady yang tidak memiliki sopan santun.

"Kau bisa melakukannya pada lady lain ,tapi tidak dengan Bianca!".

Liy mengerutkan kening,mendengar nama itu keluar dari mulut suaminya, selama ini suaminya tidak pernah memanggil seorang wanita dengan namanya secara langsung,tidak dirinya maupun selir selirnya.

"Bianca?,kau memanggil namanya?, Apa kau memiliki hubungan dengannya?".
Lilyan merasa tidak nyaman suaminya memanggil nama wanita lain.

"Hubungan?,apa maksudmu?".

"Selama ini bahkan kau belum pernah memanggil namaku". Ucapnya lesu.

"Apa itu penting sekarang?".
"Hah...kumohon padamu tolong jangan pernah menyentuh lady Winchester barang sedikitpun".

"Apa dia orang yang begitu penting untukmu?".

"Putri Mahkota kau dan aku mempunyai tugas kita masing masing, jadi tolong jangan menggangu urusanku".

"Baiklah, aku tidak akan mengulanginya lagi". Lilyan tertunduk menahan air matanya, bagaimana bisa ia diancam oleh suaminya sendiri dan itu karena wanita lain.

"Aku akan pergi,selamat beristirahat".

Richard  berbalik bersiap melangkahkan  kakinya.

"Apa kau tidak akan menginap?".

"..."

"Ibu ratu menanyakan kabar baik dari kita". Bujuknya.

"Tidak,kurasa tidak bisa malam ini pekerjaanku masih banyak".

"Tapi ini sudah malam, pekerjaan itu bisa diundur besok".

"Putri Mahkota, aku sedang tidak ingin".

Richard terus melangkahkan kakinya hingga benar benar keluar dari kamar pribadi istrinya.

"Sedang tidak ingin? Begitu tidak menariknya kah diriku?". Air mata akhirnya mengalir dari sudut mata wanita itu.

Brug...

Lily jatuh terduduk dilantai.

"10th...10th ini aku selalu menunggu, tidak adakah sedikitpun ruang dihatinya untukku?".

"Hiks ..hiks...".

Lilyan menangis,air matanya tumpah tak terbendung lagi perasaan kecewa melingkupi hatinya.

Malam itu hanya sinar bulan yang menemani tangisannya.

Tok...tok....

Beberapa pelayan memasuki kamar yang  masih tertutup rapat.

Salah seorang membuka horden membiarkan sinar mentari memasuki ruangan.

Beberapa mempersiapkan gaun dan peralatan mandi wanita yang kini masih menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimut hangat.

"Yang Mulia Putri Mahkota,sudah waktunya anda bangun".

Tidak ada sahutan.

"Yang Mulia".

Wanita itu menggeliat mulai keluar dari kepompongnya.

"Astaga,Yang mulia apa yang terjadi kenapa mata anda bengkak,apa anda menangis semalaman".  Tanya barones Lidya khawatir.

"Ambilkan kain dan es". Perintahnya pada seorang pelayan.

"Tenang yang mulia,setelah dikompres bengkak itu akan menghilang".

"Barones... Panggil pelayan yang kita susupkan diistana putra mahkota".

"Ba..baiklah". Barones ingin bertanya tapi melihat keadaan tuannya ia mengurungkan niatnya.

Pagi itu barones membatalkan semua jadwal putri mahkota agar wanita itu bisa beristirahat hingga siang menjelang.

"Katakan apa yang dilakukan putra mahkota belakangan ini,?".

Lilyan duduk dengan angkuh dikursinya sedang seorang pelayan tengah terduduk dilantai.

"Yang mulia putra mahkota seperti biasa hanya melakukan pekerjaan diruangannya tuan putri,terkadang beliau akan pergi keluar".

"Keluar kemana?".

"Kediaman Duke Edgar".

"Seberapa sering?".

"Tidak terlalu sering putri".

"Ada lagi?".

"Mmmm....pernah beberapa kali saya mendengar Putra mahkota mengunjungi mansion marquess Winchester". Ucapnya ragu.

"Mansion Winchester?".

"Benar,yang mulia bilang ia memiliki urusan dengan Marquess.

"Ada lagi?".

"Dua hari yang lalu... ".

"Apa?". Tanya lily tidak sabar.

"Putra Mahkota memesan 20buket bunga mawar".

"20 buket bunga mawar?, Untuk siapa?". Suara lily terdengar lirih.

"Untuk restoran bernama Cafe blue moon".

"Blue moon cafe?". Lilyan mencengkeram gaunnya.

"Ada lagi?".

"Tidak ada yang mulia".

"Baiklah kau boleh pergi,jika ada informasi mengenai putra mahkota segera hubungi aku".

"Baik". Pelayan itu undur diri.

"Blue moon cafe!,itu milik Bianca!".

"Mereka memiliki hubungan!".

Pyar....

Lilyan melempar cangkir ditangannya.

"Ingat perkataanku, jika putra mahkota memiliki ketertarikan pada seorang wanita, kau harus mendukungnya mungkin dari wanita itu akan terlahir seorang pewaris yang kita tunggu tunggu".

" buang perasaan iri dan cemburumu kita tidak berhak untuk itu. Ingatlah kekuasaan ada ditanganmu kau akan menjadi wanita nomor 1,gunakan itu untuk keuntunganmu sendiri".

Kata kata ibu ratu masih jelas terngiang ditelinganya.

Ia adalah istri tapi ia tak berhak atas suaminya,ia adalah wanita yang menemaninya selama ini,ia adalah wanita yang harus menerima setiap wanita yang datang pada suaminya tapi ia juga wanita yang tak berhak atas cintanya bahkan ia tak berhak untuk melahirkan penerusnya.

Mata lilyan menatap pecahan cangkir dilantai dengan tajam tersirat kesedihan dan kekecewaan disana tetapi ada kilatan kebencian yang terlihat jelas.

Barones yang melihat kejadian ini hanya bisa menghela nafas.

'perasaan cemburu akan menghancurkan semuanya putri' batin barones.

Aku ingin bahagia✔️ (28/02/2022)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang