Menunggu

274 29 0
                                    

Edgar POV

Saat itu aku hanya bisa merasakan dadaku terasa sakit, nyeri dan berat, badanku lemas tak bertenaga, untuk membuka mata saja terasa sulit, lalu ketika ku buka mata ternyata aku sudah berada di dalam sebuah kereta kuda yang bergerak perlahan.

Didepanku orang yang sangat ku kenal dia rekan ku dulu saat masih di medan  peperangan, orang yang menempati posisiku ketika kuputuskan pensiun, Jendral perang Robert Knight.

"Sialan". Umpatku ketika mengingat dua orang brengsek yang menyerangku.

"Simpan tenagamu, perjalanan kita masih panjang". Peringatnya padaku.

"Kemana kalian membawaku?".
Mengatakan kalimat yang tak begitu panjang saja rasanya sangat melelahkan.

"Jauh dari ibu kota".

"Apa rencana kalian?".

Pria itu menatapku jengkel, mungkin dia menganggapku cerewet.

"Putra Mahkota akan membawa lady Bianca kembali ke istana dan kau harus menyerah Ed, itu nasehatku dia sudah melepaskanmu kali ini entah lain kali".

"Ha..haha... Bodoh itu tidak akan berhasil, semua sudah terlambat". Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Richard ketika mengetahui Bianca sudah ku tandai.

'aku hanya berharap dia tidak melakukan hal buruk pada gadis itu'.

Aku kehilangan tenagaku, akhirnya aku kembali pingsan.

Jatuh kedalam kegelapan lagi.

Ketika bangun aku sudah berada didesa ini, desa di sebuah lembah tempat terpencil yang dikelilingi pegunungan dan hutan belantara.

Luka didadaku cukup parah membuatku tidak dapat beraktifitas selama satu bulan penuh, walau tidak mengenai organ vital tapi aku yakin Robert melakukannya dengan sengaja.

Ia ingin aku terluka parah tapi tidak sampai membunuhku, itu terbukti ketika ia mengatakan Richard melepaskanku kali ini.

Beberapa bulan berlalu aku berkali kali mencoba untuk kabur,sayangnya mereka meninggalkan 8 orang ksatria disini, mereka mengikutiku tidak membiarkanku keluar dari desa.

Memastikan keberadaan ku tetap tersembunyi.

Lalu suatu ketika, Alex muncul di desa ini.

Bocah itu terlihat berantakan ketika sampai ditempat ini, rambut berantakan dengan wajah kusam dan bau keringat menyengat.

Entah berapa hari bocah itu tidak mandi.

Katanya dia datang kesini setelah lama mencari informasi kesana kemari.

Dengan bantuannya mengelabui para ksatria kami bisa sampai ke ibu kota, tidak mungkin jika kembali ke mansion Norfolk atau Winchester mata mata Richard pasti berjaga sekitar sana , kami memutuskan menunggu mencari kesempatan untuk bisa memasuki istana.

Lalu ketika sedang berada didekat cafe Bianca kami melihat ada nona Jenya disana.

Gadis itu sedang berbicara dengan temannya, yang menyiapkan sekotak kue coklat.

Ahh itu kue coklat yang pernah ku makan bersama Bianca dulu.

Cafe milik Bianca bagian depannya full kaca jadi bisa kami lihat jelas apa yang sedang nona Jenya lakukan.

Aku menyuruh Alex memasukkan catatan kecil kedalam kue yang dipesan nona Jenya.

Aku hanya berharap Bianca menemukan pesanku.

Sehari setelahnya Richard sudah berada didepan pintu kamar penginapan tempat kami bersembunyi.

"Aku sudah melepaskanmu sekali dan kau dengan bodohnya masih kembali Ed!".

"Kau brengsek, apa yang kau lakukan pada Bianca". Teriakku kesal aku ingin sekali memukul wajahnya.

"Dia sekarang milikku, jangan coba coba mendekatinya".

"Hahahahaha jangan bermimpi, kau sudah tau kalau dia telah ku tandai Richard, dia tidak akan pernah bisa menjadi milikmu".

Bug...

Tinju Richard mengenai rahangku.

"Hah... Kau memang adik sialan, aku sudah bilang dia milikku tapi kau mencurinya dariku". Ucapnya kesal tapi telihat di tidak se emosional dulu.

Aku tidak mengerti dia marah atau kecewa atau apa?.

"Dengar, aku sudah membersihkan semua tikus busuk itu jadi Bianca akan aman dan aku sedang berusaha membuat kerajaan kita bangkit setelah lama terpuruk".

"Lebih baik kau mencari wanita lain".

"Dia hamil". Katanya singkat dengan wajah tersenyum.

Apa dia gila.

"Hamil?".

"Iya dia hamil, sudah memasuki bulan ke 5"

"Hamil?, Itu anakku!". Tegasku.

"Benar, secara biologis tapi sekarang ini dia adalah anakku dan Bianca". Ucapnya dengan senyum mengejek.

"Dasar sialan, berani beraninya kau".

Aku meraih kerahnya, kupukul wajahnya beberapa kali hingga sudut bibirnya berdarah dan terdapat luka lebam dipipinya.

"Sudah puas?, Pergi dari sini kalau kau tidak ingin melihat anakmu terluka ditanganku adik tersayang".

"Kau!". Aku berusaha memukulnya lagi tapi beberapa pengawal menahanku.

"Dia akan menjadi kaisar berikutnya setelah diriku, anggap saja aku ayah baptisnya, tunggu di pegunungan Arsen  bersabarlah setelah beberapa tahun kalian bisa berkumpul lagi".

Dia mengatakan hal yang tak ku mengerti, dan dengan santainya pergi meninggalkanku yang kebingungan.

Akhirnya aku dikirim kembali ke sini, dia terus memperingatkanku untuk tidak kembali ke ibu kota dan menyuruhku menunggu.

Entah apa maksudnya.

Aku menghabiskan waktuku menjaga benteng tua di atas gunung bersama 9 orang lainnya termasuk Alex, kami yang mengurus setiap imigran gelap yang tertangkap kemudian mengembalikan mereka ke negara asalnya.

Setiap hari aku selalu berdoa semoga Bianca dapat bertahan dan anakku tumbuh dengan sehat.

Entah itu anak laki laki atau perempuan, semoga mereka bisa memaafkan ku yang tidak berguna ini.

Aku ingin bahagia✔️ (28/02/2022)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang