Berita duka

291 34 0
                                    

Sebulan berlalu, Edgar  sudah mengirim Marylin ke kota paling ujung kerajaan agar ia tidak ditemukan oleh keluarganya, butuh 1 minggu untuk sampai kesana.

Matahari baru saja akan terbit ketika suara desahan terdengar dari dalam kamar Edgar.

"Cukup Edgar, matahari sebentar lagi terbit".

"Iya, sebentar lagi selesai".

Tak lama Edgar sudah limbung kesamping,ia menarik Bianca dalam pelukannya .

"Harusnya aku masih tidur sekarang ,hampir setiap hari kau menggangguku". Gerutu gadis itu.

Keringat mengalir dari pelipis Bianca dan rambut panjangnya juga terlihat basah.

"Kau membuatku gila Bi, rem yang selama ini ku jaga sudah terlepas entah kemana ". Edgar memejamkan matanya masih menikmati sisa kenikmatan yang baru ia alami.

"Tidurlah,aku akan membangunkan mu beberapa jam lagi". Lanjutnya.

Bianca yang kelelahan akhirnya kembali tertidur,menyelami alam mimpi tanpa tau hal mengerikan apa yang akan dia alami.

"Apa!?".

"Tuan, kami baru saja mendapat kabarnya dari kediaman Marquess, tuan muda Edmund baru saja sampai dimansion semalam".

Edgar terduduk lemas dikursinya, selembar amplop baru saja sampai ditangannya pagi ini.

"Bagaimana dengan Lady". Tanya Jonathan khawatir.

"Dia masih tidur, kapan jasadnya akan sampai?".

"Mungkin dalam waktu 3 hari".

"Aku akan menemuinya".

Edgar berjalan lunglai menuju kamarnya, entah apa yang akan terjadi pada Bianca begitu mendengar kabar  ayahnya meninggal.

Seminggu yang lalu kapal milik Marquess diserang perompak, ketika akan kembali ke kerajaan setelah berlayar dari benua timur.

Barang berharga mereka dirampas dan Marquess menjadi korban jiwa atas penyerangan itu, kini jasadnya sedang dibawa oleh kapal bantuan untuk di pulangkan.

Bianca sudah selesai berganti baju ketika Edgar memasuki kamar.

"Tinggalkan kami sendiri". Perintah Edgar.

"Hmmm?". Bianca berbalik memandang heran pada pria yang baru memasuki kamar.

Semua pelayan yang tadi membantu Bianca undur diri,kini tinggal mereka berdua dalam kamar.

"Ed,ada apa kau terlihat pucat, kau sakit?".

Bianca mendekati Edgar yang diam terpaku memandanginya.

"Ada apa?". Tanya Bianca lagi.

"Bi... Dengar, aku akan selalu bersamamu apapun yang terjadi jadi jangan pikirkan hal lain, kita akan hidup bahagia bersama, tidak masalah kalau kau tidak mau menikah denganku,maka aku juga tidak akan menikah seumur hidupku dan selalu bersamamu".

"Ada apa Ed,kau membuatku takut".

"Bi...( Ucapnya ragu ) Marquess, kapal mereka diserang perompak".

"Apa!?, Bagaimana dengan ayahku?". Bianca sedikit berteriak, khawatir dan kecemasan memenuhi wajahnya.

"Marquess, tidak selamat". Ucapnya pelan.

"A pa..?". Bianca mundur beberapa langkah, matanya memerah.

"Bohong...bohong".

"Bi...". Edgar mendekati Bianca  merengkuhnya dalam pelukan.

"Katakan padaku kalau kau bohong Ed,katakan itu tidak benar,ayahku masih hidup dia sedang berlayar seperti biasa, dia akan kembali,dia berjanji akan kembali!!".

Bianca memukul dada bidang Edgar berulang kali.

"Bi..". Edgar hanya terdiam, kehilangan orang tua begitu menyakitkan, sama sepertinya kini Bianca juga kehilangan kedua orang tuanya.

Tiba tiba tangan Bianca berhenti memukul dan ia lemas.

"Bi...bi...".

Edgar memanggil Bianca berulang kali,ia meraih rambut berantakan gadis itu,menyibakkannya.

"Jonathan panggil dokter, Bianca pingsan".

Edgar segera membawa Bianca keatas ranjang,meletakkannya senyaman mungkin.

"Bi...sadarlah".

Bianca POV

Dimana ini?.

Ibu?

Ibu?

Itu ibuku dari kehidupanku dulu.

Ibu,kau mau kemana tunggu aku.

Ibuku menghilang kedalam sinar putih yang membuat mataku sakit.

Aku berusaha mengejar sinar itu tapi semakin kukejar sinar itu semakin menjauh.

Ayah Marquess,ibu Clara?

Mereka juga disini?

Hei kalian mau kemana?

Aku melihat ibuku Marchioness Clara memeluk ayahku Marquess, lalu perlahan mereka juga menghilang masuk kedalam sinar.

Mereka meninggalkanku sendirian.

Air mataku tak terasa mengalir, sakit, dadaku terasa perih.

Hah...hah... Aku tidak bisa bernafas.

Tubuhku roboh.

Ku pukul dadaku berkali kali agar dapat bernafas.

Sesak.

Air mataku juga tidak mau berhenti.

Tolong...tolong...

Ayah..ibu....

Tolong Bianca...kembali... Kembali...

Jangan tinggalkan Bianca sendirian

Jangan...

Jangan lagi...kumohon

"Bi...bi...".

Flash back end

Bianca menangis dalam tidurnya, semalam gadis itu tidak sadarkan diri ia demam.

"Dia masih demam". Ucap Edgar ketika dokter memeriksa tubuh yang tengah terbaring itu.

"Lady pasti sangat syok hingga psikisnya terguncang, untuk saat ini kita harus terus memberinya dukungan agar ia bisa bertahan atau kondisinya akan kembali menurun". Jelas dokter sebelum undur diri.

"Bi...bi... Bangun".

Edgar sejak kemarin belum beranjak dari sisi Bianca, ia menggenggam erat tangan yang terasa panas itu sepanjang malam.

"Ayah...ibu....".

Bianca mulai membuka matanya, air mata masih mengalir dari sudut matanya.

"Aku disini bi".

Bianca memalingkan wajahnya yang pucat pada Edgar.

"Ed.. dimana ayahku?".

"Bi... Besok ya, besok kita temui Marquess sekarang kau harus minum obat lalu istirahat lagi".

Bianca menggelengkan kepalanya.

"Aku ingin bertemu ayah Ed".

"Iya,kita akan menemuinya". Edgar tak kuasa menahan kesedihan melihat betapa hancurnya gadis yang ia cintai.

Hanya sebentar Bianca sadar, kemudian ia tertidur lagi.

'Lebih baik seperti ini dari pada melihatnya terus menangis,itu membuatku sedih'.


Aku ingin bahagia✔️ (28/02/2022)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang