Membantu

276 37 0
                                    

" Kau akan pergi kemana dengan semua barang itu?". Tanya Edgar yang heran melihat kuda menarik sebuah gerobak yang membawa banyak barang.

"Aku akan mengadakan oprasi mengambil hati seseorang maksudku banyak orang". Jawab Bianca ceria.

"Maksudmu?". Edgar tidak mengerti.

"Aku akan pergi ke desa Polpeeron".

"Desa Polpeeron?".

"Desa yang kau sebut kampung pencuri, beberapa hari yang lalu aku dari sana dan kau tau disana tidak semengerikan yang kau ceritakan".

"Mereka tidak mengusirmu?".

"Hei..aku ini Bianca, gadis terpintar yang pernah kau kenal bukan,aku hanya memainkan sedikit peran dan mereka langsung menerimaku".

"Kalau begitu aku akan ikut".

"Kau yakin?, Karena kita harus menyamar dan kau tau topengmu itu akan langsung membongkar penyamaran kita".

Edgar diam sesaat, lalu ia membuka topeng yang selama ini menutupi bagian matanya.

''Sial, wajahnya tampan". Gumam Bianca.

"Kenapa,kau terpesona?". Tanya Edgar.

"Ya tuan Edgar kau membuatku terpesona, kenapa kau menutupi wajah tampanmu itu?". Tanya Bianca menggoda.

"Bukankah terlihat jelas luka dari kening hingga alis ini". Edgar menunjukan bekas luka didahinya.

Itu bekas luka tebasan pedang, mungkin sudah sangat lama tapi masih jelas itu adalah luka benda tajam.

"Jadi kau menutupi wajahmu karena luka itu?".

"Ini luka yang kudapat ketika turun kemedan perang pertama kali,saat itu usiaku hampir 17tahun dan hal itu menjadi aib bagiku".

Bianca mendekati Edgar yang terlihat murung.

Kamudian dia menangkup wajah Edgar dengan kedua tangannya, mengusap bekas luka didahinya.

"Tidak perlu mengingat masa lalu kau hidup disini dimasa ini bukan dimasa lalu".

Bianca menarik kepala Edgar agar menunduk lalu gadis itu mengecup bekas luka miliknya.

Telinga Edgar memerah menahan malu.

"Baiklah kalau kau mau ikut,kau harus mengendalikan kuda itu,aku akan duduk dibelakang bersama barang barang".
Perintah Bianca.

"Dan untuk anda tuan Alex,sayang sekali karena mereka sudah mengenali wajah anda sebaiknya kau tinggal dimansion saja mengawasi Jenya hahahaha".

Alex dan Jenya yang disebut jadi tersipu malu.

"Nona saya ingin ikut". Rengek Jenya.

"Jenya gerobak ini tidak akan muat untuk kita berdua".

"Kenapa tidak ganti saja yang lebih besar".

"Dan penyamaranku akan terbongkar, begitu maumu?".

"Ti tidak nona".

"Baiklah kalau sudah mengerti aku akan berangkat bersama Edgar".

Berangkatlah Edgar dan Bianca bersama gerobak yang berisi banyak bahan makanan.

Edgar memakai pakaian sederhana khas petani dan juga topi untuk menutupi wajah tampannya sedang Bianca juga menggunakan topi dan mantel tebal yang menutupi seluruh tubuhnya, orang orang tidak akan mengenali mereka.

"Simon!". Teriak Bianca ketika melihat anak kecil yang menabraknya beberapa hari yang lalu.

Simon dan beberapa anak lain berlari menghampiri Bianca.

"Kau kembali atau tersesat lagi?". Ejek simon.

"Hei..aku kesini atas perintah ibu panti".

Bianca melompat turun dari gerobak lalu Edgar menyusul dibelakang.

"Siapa dia?". Selidik simon.

"Oh...ini pak kusir dari panti dia yang selalu mengantar kami kemanapun, lihat apa yang kubawa ayo kita temui ibumu".

Bianca menunjukan gerobak yang ia bawa.

Edgar dibuat terkejut oleh Bianca dia begitu akrab dengan anak anak yang mengusir dan melemparinya dengan batu dulu.

Sepanjang jalan Bianca bercerita panjang lebar dengan bocah yang dipanggil Simon itu, membuat Edgar cemburu waktu berharganya bersama Bianca jadi terganggu.

"Nyonya, saya kembali". Sapa Bianca pada ibu simon.

"Nona Bianca ada apa, apa anda tersesat lagi?". Tanya wanita yang berusia 40tahun itu.

"Tidak nyonya, kemarin saya bercerita pada ibu panti tentang desa ini dan ibu panti ikut prihatin atas kejadian yang menimpa kalian jadi beliau mengirim ini untuk kalian".

Bianca menunjukan gerobak yang ia bawa disana ada bebarapa karung gandum dan buah buahan kering.

"Bagaimana bisa milik anak anak panti dibawa kesini". Tanyanya khawatir.

"Nyonya kami memiliki banyak persediaan banyak donatur yang menyumbang jadi nyonya tidak perlu khawatir". Bianca menenangkan ibu simon.

"Oh.. Terima kasih sekali, ini sangat berharga untuk kami semua, anak anak tidak akan kelaparan selama sisa musim dingin ini".

Edgar dan Bianca mulai membagikan bawaan mereka, terlihat anak anak dan para wanita senang menerima pemberian mereka.

"Panggil saja aku ibu simon nona, tidak perlu memanggilku nyonya".

Ucap ibu simon disela kegiatan mereka.

"Baiklah ibu, ibu juga bisa memanggilku Bi,semua orang terdekatku memanggilku begitu".

"Benarkah, kalau begitu aku akan memanggilmu Bi".

Mereka tertawa bahagia sungguh hal yang belum Edgar lihat dari orang orang yang selama ini menjadi kaum terasingkan dikota.

"Tuan kusir apa kau tidak punya nama?". Tanya simon polos.

"Tidak, orang orang memanggilku kusir".
Jawab Edgar dingin,ia bingung bersikap bagaimana dengan mereka yang selama ini memusuhinya.

"Kau tinggal dimana tuan?".

" Dipanti asuhan bersama Bianca".

"Apa disana menyenangkan?".

"Kenapa menanyakan itu?,apa disini tidak menyenangkan?".

"Tidak, kami harus mencuri agar bisa makan dan ibu kami hanya dirumah ketika malam karena harus bekerja sedangkan nenek sering sakit sakitan".

Edgar mengintip sebuah kamar tanpa pintu,disana memang ada seorang wanita tua yang tengah berbaring.

"Apa kalian tidak membawanya kedokter?".

"Dokter? Tuan kami ini miskin untuk makan saja susah apalagi harus kedokter".

"Berapa umurmu?".

"Kenapa kau menanyakan itu?".

"Kata katamu tidak sepantasnya diucapkan anak kecil".

"Hei tuan tubuhku memang kecil tapi umurku sudah 12tahun".

"Tetap saja kau masih anak kecil". Ejek Edgar.

Simon mendengus kesal lalu pergi meninggalkan Edgar sendirian.

Aku ingin bahagia✔️ (28/02/2022)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang