Mencari musuh

378 44 0
                                    

Seminggu penuh Bianca berkeliling ibu kota membagikan semua selimut dan bahan makanan yang terkumpul kepada masyarakat yang membutuhkan, mulai dari panti asuhan hingga rumah rumah warga.

Ia tak menyangka begitu banyak rakyat yang kekurangan dipusat kerajaan ini.

Awalnya banyak bangsawan lain yang ikut sayangnya hal itu hanya bertahan sampai hari ke 2.

Terlihat jelas keengganan diwajah mereka, jangankan untuk berinteraksi bersentuhan saja para bangsawan itu tak sudi.

"Nona apa hari ini anda akan berkeliling bersama perwakilan istana lagi?".

"Tidak Jenya, semua sudah selesai kemarin, hari ini aku ingin berbelanja beberapa mantel,kau tau cuacanya sangat dingin dan karena terburu buru kita hanya membawa beberapa baju hangat saja".

"Benar,anda akan ditertawakan jika terlihat memakai baju yang sama beberapa kali".

"Bukan seperti itu maksudku Jenya, hah.. sudahlah lebih baik sekarang panggil kusir suruh menyiapkan kereta".

Salju sudah mulai turun lebat semalam  benda dingin berwarna putih itu telah menutupi semuanya.

Dulu sewaktu kecil Bianca sangat senang bisa melihat salju,dikehidupannya dulu  itu adalah hal mustahil, kita semua tau negara tropis tidak memiliki musim salju.

Sayangnya salju tidak seindah itu, Bianca bisa melihat bagaimana susahnya ketika musim dingin tiba, bagaimana orang orang kedinginan dan kelaparan.

Sayuran tidak tumbuh dan hewan yang biasa diburu juga berhibernasi, orang kaya masih bisa menyimpan cadangan makanan sebanyak mungkin tapi lain halnya dengan orang orang yang untuk tidur saja harus saling  berpelukan untuk menghangatkan diri.

Umurnya sekitar 4thn ketika pertama kali Bianca melihat orang yang meninggal dipinggir jalan membeku dan itu membuat Bianca menyadari seberapa mengerikannya musim dingin.

Sejak saat itu Bianca meminta ayahnya untuk membagikan selimut dan bahan makanan untuk orang yang membutuhkan beberapa minggu sebelum musim dingin tiba.

Tuhan pasti memberikannya kehidupan lagi agar ia bisa membantu orang yang  juga merasakan berada diposisinya dulu.

Sebuah butik besar terlihat tak begitu ramai,yang ia tau ini butik terbesar di ibu kota.

Hanya bangsawan dan orang kaya yang mampu membeli pakaian disini,sudah jelas harganya selangit.

Bianca dan Jenya melihat beberapa mantel dengan bulu bulu hangat dibagian lehernya.

"Ini mengerikan bagaimana bisa mereka memakai bulu binatang asli untuk baju mereka".

"Nona,ini hal yang wajar bukan  bulu bulu ini sangat lembut dan hangat".

"Aku lebih suka memakai wol". Tegas Bianca.

Ketika sampai dipojokan dapat Bianca lihat beberapa lady sedang duduk bersama, mereka hanya terpisah oleh pakaian yang digantung,mungkin para lady itu sedang menunggu pesanan.

"Putri Mahkota anda tidak perlu khawatir, Yang Mulia putra mahkota tidak akan tertarik pada putri Marquess itu walau ia berusaha menarik perhatiannya dengan sibuk berkeliling membagikan bahan makanan dan selimut nyatanya Yang Mulia sama sekali tidak menemani atau menemuinya". Seorang gadis berbaju kuning menepuk nepuk tangan seorang wanita yang dipanggil Putri Mahkota.

"Benar Putri, mana mungkin Putra Mahkota akan tertarik dengan lady sombong sepertinya,bahkan sudah lebih dari seminggu berada diibu kota tapi tidak sekalipun ia memberi salam pada anda calon ratu selanjutnya". Yang lain menimpali.

Bianca mendengar semua percakapan ketiga orang itu, rasanya ingin sekali ia melabrak mereka sayangnya yang akan ia hadapi adalah Putri Mahkota.

"Nona, sebaiknya kita pergi". Ajak Jenya yang wajahnya terlihat khawatir.

"Jenya kita belum selesai berbelanja, sebaiknya kita selesaikan dengan cepat".

"Baiklah saya akan meminta pegawai toko untuk segera membungkus pesanan nona".

"Tidak perlu,biar aku sendiri yang mengurusnya".

Bianca melangkah pergi menemui seorang pegawai toko.

"Panggilkan orang yang bertanggung jawab disini". Suruhnya tenang.

Seorang pegawai toko yang merasa bingung undur diri mencari orang yang dimaksud.

Tak menunggu lama seorang wanita cantik datang menemui mereka.

"Maaf lady ada yang bisa saya bantu". Ucapnya ramah.

"Tolong bungkus semua mantel hangat berbahan woll ditoko ini dan kirim semuanya ke mansion Marquess Winchester".

Wanita itu terkejut, ia membuka mulutnya tergagap.

"Se semuanya?".

"Tidak,tinggalkan mantel yang berbahan bulu binatang aku tidak menyukainya".

"Nona". Tegur Jenya.

"Aku punya banyak uang membuang sedikit saja tak masalah bagiku".
Ucap Bianca sombong.

"Ada apa ini?".

Tanya seorang wanita yang baru saja datang diikuti Putri Mahkota dan kedua dayangnya tadi.

"Nyonya, lady ini ingin membeli semua mantel yang ada ditoko". Lapornya.

Wanita bersanggul tinggi dengan parfum menyengat menatap heran Bianca.

"Oh maafkan saya lady,perkenalkan saya Odelia pemilik butik ini, jadi kepada siapa saya harus menyapa?".

"Maaf membuat keributan, perkenalkan saya Bianca Camilla Winchester".

"Lady Winchester !". Seru Odelia.

Putri Mahkota dan dua lady yang bersamanya juga kaget mengetahui lady yang mereka bicarakan ternyata ada disini.

"Benar,saya lady Winchester, jadi bisakah saya mendapat kwitansi pesanan saya?".

"Tentu,tentu akan saya siapkan segera sesuai kemauan anda".

Wanita bernama Odelia itu segera bergegas mengambil buku diatas mejanya.

"Nyonya Odelia anda sungguh tidak menghormati Yang Mulia Putri Mahkota,berani beraninya meninggalkan kami bahkan sebelum menyelesaikan pesanan kami". Tegur wanita berbaju kuning tadi.

"Oh maafkan saya tuan Putri,biarkan pegawai terbaik saya yang menyelesaikan pesanan anda". Wajah Odelia menunjukan penyesalan, ia pasti bingung memilih antara Putri Mahkota atau lady terkaya dikerajaan.

"Lady Winchester anda juga tidak sopan tidak memberi salam kepada Putri Mahkota". Tatapan marah terlihat jelas dimata para lady itu, mungkin mereka merasa terhina.

"Oh,maafkan kesalahan saya Tuan Putri saya bodoh karena tidak menyadari kehadiran anda, hamba lady Winchester memberi hormat kepada calon ratu berikutnya".

Bianca menundukan tubuhnya sedikit.

"Lady Bianca,senang sekali dapat bertemu anda disini,saya dengar anda ingin membeli semua baju ditoko ini,apakah pakaian disini membuat anda jadi lupa diri". Sindirnya.

"Maaf Yang Mulia,saya membeli mantel bukan untuk saya pribadi tapi untuk  pelayan dimansion, kemarin kami berangkat terburu buru jadi para pelayan tidak sempat membawa banyak mantel padahal cuaca begitu dingin, saya khawatir mereka akan jatuh sakit". Ucap Bianca polos.

Terlihat jelas wajah Putri Mahkota memerah menahan malu dan marah, bagaimana bisa pakaian yang hanya bisa dikenakan oleh kalangan atas sepertinya diberikan kepada pelayan rendahan secara cuma cuma.

"Bukankah anda terlalu berlebihan lady". Ucap lady berbaju hitam.

"Belum pernah ada yang mengatakan hal  seperti itu kepada saya,bahkan jika saya meminta dibangunkan sebuah istana ayah saya pasti memakluminya, saya tidak perlu meminta hal apapun kepada orang lain lady apalagi perhatian suami orang lain,karena Winchester bisa mendapatkan apapun dengan tangannya sendiri". Walau memasang wajah polos tapi jelas Bianca menunjukan kekuatannya.

"Tolong barang dan tagihannya kirim ke Mansion" ucapnya pada nyonya Odelia.

"saya masih banyak urusan jadi tolong maafkan kekurang ajaran saya Yang Mulia Putri Mahkota karena harus undur diri terlebih dulu".

Bianca melangkah keluar dari toko dengan angkuhnya meninggalkan para lady yang terlihat syok.

Aku ingin bahagia✔️ (28/02/2022)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang