Sebelumnya mau tanya nih,
Susahnya klik bintang itu apa sih?Ayolah, jangan jadi sider kakak;)
~~~
Cinta. Satu kata yang menghadirkan seribu luka
~~~
Love, cinta. Mereka semua merasakannya, tapi tidak denganku. Mungkin ada beberapa orang yang sama denganku,
Tidak pernah merasakan apa itu kasih sayang keluarga, yang katanya amat sangat berharga.Hingga, seseorang datang dan memberi warna hidupku yang masih kelabu. Tetapi, entah kenapa, aku meragukan cinta seseorang itu.
Dan dengan bodohnya, aku mencintainya terlalu dalam. Ibarat labirin. Semakin aku berjalan, semakin pula aku tersesat dalam pesonanya.Pesona seseorang yang mengenalkanku apa itu cinta, apa itu kasih sayang, dan apa itu prioritas.
Tunggu, prioritas? Ah, aku salah. Dia bahkan tidak pernah menjadikan ku prioritasnya.Huhh. Rumit memang. Semua yang berkaitan dengan cinta, semua yang berawal dari what is love, pasti akan sangat merepotkan pikiran dan hati kita.
"Lessa"
Gadis itu menghentikan kegiatan menulisnya saat samar-samar mendengar seseorang memanggil namanya.
Alessa beranjak dari tempat duduknya dan membuka pintu kamarnyaAlessa menatap datar seseorang yang tengah berdiri di depannya,
"Ngapain kamu?" Tanya seseorang itu
"Apa urusannya sama Papa?" Tanya Alessa datar dengan mengangkat sebelah alisnya
"Kamu itu kalau ditanya jawab yang benar! Jadi anak gak ada sopan santunnya sama orang tua!" Sentak Daren
Alessa mengerutkan dahinya mendengar bentakan Daren,
"Emang kalian pernah ngajarin sopan santun?" Tanya Alessa sinis"Lessa!"
"Apa? Mau tampar Alessa lagi? Tampar aja tampar, ini yang satunya lagi kan belum. Kasihan nanti iri" ucap Alessa memotong ucapan Daren
"Jadi anak gak tahu diuntung!"
Plak
Alesa tersenyum miring kala tamparan itu mendarat mulus di pipinya
"Bisa mu apa?! Malu-maluin keluarga?! Kayak Kakakmu coba! Pinter, bisa ngatur perusahaan! Lah kamu?! Malu sama mereka yang diluar sana Lessa! Dasar gak berguna!" Bentak Daren habis-habisan dan berlalu pergi meninggalkan Alessa yang masih berdiri di depan pintu kamarnya
Alessa masuk ke dalam kamarnya dan membating pintunya
Cairan bening mulai menetes dari mata indahnya, mengalir di pipi mulusnya. Sakit. Hatinya sakit mendengar makian Papanya sendiri. Rasa sakit di pipinya tidak sebanding dengan rasa sakit di hatinya.
Katanya, keluarga adalah tempat ternyaman saat pulang, saat ada masalah. Tetapi, kenapa Alessa merasakan yang sebaliknya? Ia bahkan sangat tersiksa batinnya saat di rumah. Tidak merasakan kenyamanan yang orang-orang bilang. Jadi, haruskah Alessa percaya dengan kata-kata itu?
"Lemah banget sih jadi cewek" ucap Alessa seraya mengusap air matanya
"Cengeng banget! Baru gini aja udah nangis" kesal Alessa pada dirinya
Ia samar-samar mendengar suara yang memanggil namanya, Alessa tahu siapa orang yang ada di depan kamarnya.
Alessa berdiri dari posisi sebelumnya yang duduk di belakang pintu kamar dan mengunci pintunya. Ia malas berdebat dengan orang rumah, maka dari itu Alessa tidak membuka pintunya dan lebih memilih menguncinya

KAMU SEDANG MEMBACA
ALEZA (END)
Teen FictionEND (cerita lengkap) ~~~ "Mau minta tol-" "Gak bisa gue sibuk" "Bentar aja gak bisa ya?" "Gue lagi nemenin Fia. Lo pergi sendiri bisa kan?!" "Ohh Fia lebih penting dari gue ya" ~~~ "Ibarat hukum atom" "Hukum atom?" "Ada saatnya memiliki, dan ada saa...