Happy reading!!
Typo bertebaran!!
~~~
Seorang remaja tengah duduk di karpet berbulu yang ada di kamarnya. Pikirannya berkecamuk. Bagaimana bisa musuhnya tahu jika dia bertunangan dengan Fia? Hei, tentu ini aneh, yang mengetahui tentang pertunangannya hanya kerabat dekat dan rekan bisnis Arsen saja. Jujur saja, dia belum siap untuk menceritakan tentang pertunangannya ini dengan teman-temannya. Padahal beberapa minggu lagi, dirinya dan Fia melangsungkan prosesi pernikahan.
Belum lagi Intan yang tidak merestui pertunangannya dengan Fia. Tetapi, mau sekeras apapun Intan menentang hubungan keduanya, Arsen tidak mempedulikannya. Keputusan pria paruh baya itu sudah bulat, sebab itu, sangat susah untuk menentangnya.
Satu lagi masalah penting.
Alessa. Nama itu senantiasa memenuhi hati dan pikirannya, jujur saja, dia sangat tidak ikhlas melepas gadis itu begitu saja. Hatinya selalu menginginkan gadis itu senantiasa berada di sisinya.
Remaja itu terkekeh kecil saat mengingat tingkah konyol gadis yang menjabat sebagai mantan kekasihnya. Namun, kekehan itu terhenti ketika mendengar pintu kamarnya diketuk.
"Masuk" ucapnya dengan tangan meraih buku yang ada di sebelahnya.
"Kamu sibuk?" Tanya seorang wanita paruh baya yang baru saja duduk di depan remaja itu.
Remaja itu mengalihkan pandangannya dari buku, menatap wanita paruh baya di depannya itu. Menggeleng pelan sebagai jawaban.
Wanita itu, Intan
Tersenyum tipis, sebelum kembali membuka suaranya."Hubungan kamu sama Fia gimana?" Tanya Intan menatap lurus anak semata wayangnya itu.
"Ya.. gitu" jawabnya pelan.
"Kalau sama Alessa?" Pertanyaan Intan kali ini sontak membuatnya langsung mengingat gadis yang sampai saat ini berhasil memporak porandakan hati dan pikirannya.
Tanpa sadar senyuman tipis terbit di bibirnya saat mengingat segala tingkah Alessa yang menurutnya menggemaskan.
Intan yang menyadari senyuman tipis anak tunggalnya itu pun ikut tersenyum. Sepertinya anak kesayangannya ini gagal move on.
Namun, senyum tipis itu tak berlangsung lama. Senyum tipis itu berubah menjadi senyuman masam, matanya berubah sendu, saat mengingat gadis itu seolah menghindarinya sekarang.
Intan menghela nafas pelan melihat perubahan raut wajah Eza.
"Sayang.. , boleh mama minta sesuatu sama kamu?"
Eza terdiam menatap Intan lekat sebelum akhirnya mengangguk.
"Tentu"
"Mama minta, kalau suatu hari Alessa mengatakan sesuatu sama kamu, mama mohon kamu percaya sama dia. Tolong jangan terpaku dengan Fia"
Eza diam tidak menanggapi. Pikirannya berkecamuk sekarang. Entah mengapa, dia merasa ucapan Intan kali ini mengandung arti yang— ah, mungkin hanya pikirannya saja.
"Bagaimana?" Tanya Intan karena tidak mendapat jawaban dari Eza.
Eza mengangguk setelah sadar dari lamunannya, hal itu membuat Intan tersenyum hangat.
"Tolong jangan mengecewakan mama"
~~~
"Bagaimana?" Tanya seseorang yang tengah duduk di salah satu kursi cafe.
"Tiga hari lagi, kita jalankan rencana itu" jawab seseorang yang baru saja tiba.
Tanpa disadari, keduanya tersenyum licik dibalik maskernya. Bayangan rencananya akan berjalan mulus terputar di otak masing-masing.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALEZA (END)
Teen FictionEND (cerita lengkap) ~~~ "Mau minta tol-" "Gak bisa gue sibuk" "Bentar aja gak bisa ya?" "Gue lagi nemenin Fia. Lo pergi sendiri bisa kan?!" "Ohh Fia lebih penting dari gue ya" ~~~ "Ibarat hukum atom" "Hukum atom?" "Ada saatnya memiliki, dan ada saa...