Vote dulu kak sebagai uang parkir💅🏻
~~~
Entah sudah ke berapa kalinya gadis itu menghela nafasnya, tatapan mata kosongnya menerawang gelapnya langit malam. Rumit.
Pikirannya kacau, hidup dalam bayang-bayang kematian itu sangat tidak nyaman. Kadang dia berpikir, lebih baik hidup menjadi orang biasa yang sederhana daripada menjadi orang kaya tetapi nyawa incarannya.
"Masalah akan selesai kalau akar masalah itu hilang, bukan?" Gumamnya pelan.
"Lessa?"
Gadis itu mengerjap, mengembalikan kesadarannya saat mendengar seseorang memanggil namanya.
"Kenapa di sini? Sudah malam, angin malam tidak baik untuk kesehatanmu" ucap seseorang yang tadi memanggilnya.
Alessa menoleh, menatap orang yang baru saja tiba di sebelahnya.
"Ah.. kakek. Lessa kira siapa" ucap Alessa dengan senyumnya.
"Kamu ngapain malam-malam di balkon?" Tanya Fernand.
"Lessa bosen di kamar, yaudah ke balkon aja cari angin" sahutnya seraya memandang langit yang dipenuhi bintang.
"Masuklah, udaranya semakin dingin" ucap Fernand, khawatir.
"Iya, nanti Lessa masuk kok" ucapnya yang membuat Fernand menghela nafasnya pelan.
"Kek.."
"Ya, sayang?"
"Kita gak boleh iri ya sama orang?" Tanya gadis itu menyorot teduh manik hitam legam milik Fernand.
Fernand mengernyit bingung dengan pertanyaan random cucu kesayangannya itu.
"Ya.. begitu" jawabnya pelan.
Alessa mengangguk pelan lalu kembali menatap langit di atas sana.
"Tapi sayangnya Lessa iri sama orang" gumamnya pelan yang masih terdengar oleh Fernand.
"Lessa" panggilnya tenang.
"Lessa iri sama teman-teman Lessa. Mereka punya keluarga yang harmonis, penuh kasih sayang, gak permasalahin angka di kertas ujian mereka, bisa menikmati masa-masa remaja yang katanya indah" gadis itu menghela nafasnya panjang.
"Lessa.."
"Kenapa mereka benci sama Lessa? Kenapa mereka selalu nuntut Lessa? Selalu bandingin Lessa? Seakan-akan Lessa adalah aib keluarga itu, dan malah dia yang selalu disayangi seperti anak sendiri" ucapnya lagi, dadanya mulai sesak, matanya mulai berkaca-kaca siap meluruhkan buliran bening ketika gadis itu mengedipkan mata.
"Lessa.. dengar sayang, masih ada kakek yang selalu ada di samping kamu. Jangan sedih, kakek akan membalas semua perbuatan mereka untukmu. Sekarang, hiduplah sesuka hati mu, hiraukan mereka dan hiduplah dengan bahagia. Kakek ingin kamu hidup bahagia seperti dulu, jangan pikirkan orang lain karena kebahagiaanmu sendiri lebih penting. Tertawalah dengan tulus seperti dulu tanpa penuh kebohongan seperti sekarang, lakukan semua yang membuatmu bahagia sayang" kata Fernand seraya menangkup wajah Alessa, mengelusnya lembut.
"Walaupun membuatmu kesal, kakek?" Tanya Alessa dengan senyum jahilnya.
"Ya.. meski itu membuat kakek sangat kesal pun tidak apa-apa, lakukanlah. Sudah cukup kamu menekan diri kamu, sekarang lakukan semua yang membuatmu bahagia seperti dulu" ucapnya dengan senyum lebarnya dan memeluk erat cucu kesayangannya itu.
"Bagaimana dengan dia?" Tanya Alessa sedikit mendongak guna melihat Fernand yang lebih tinggi darinya.
"Entahlah, sepertinya kakek harus memastikan sesuatu dulu. Ah.. dan juga, kakek sepertinya membutuhkan bantuan mu" ucap Fernand setelah melepaskan pelukannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALEZA (END)
Teen FictionEND (cerita lengkap) ~~~ "Mau minta tol-" "Gak bisa gue sibuk" "Bentar aja gak bisa ya?" "Gue lagi nemenin Fia. Lo pergi sendiri bisa kan?!" "Ohh Fia lebih penting dari gue ya" ~~~ "Ibarat hukum atom" "Hukum atom?" "Ada saatnya memiliki, dan ada saa...