Alessa or Fia

519 31 7
                                        

~~~

Entah mengapa tiba-tiba Alessa menjauhinya setelah hari penerimaan raport berlangsung.

Remaja itu sedang berada di balkon kamarnya, memandang langit malam yang di penuhi bintang. Terselip benda nikotin di jari tangannya. Malam hari ini cerah, berbanding terbalik dengan suasana hatinya. Pikirannya kacau akibat Alessa yang semakin hari semakin menjaga jarak dengannya.

Tiba-tiba ingatannya melayang pada saat dirinya menerima pertunangannya dengan sahabatnya sendiri, Fia. Sebenarnya dia terpaksa menerima pertunangan itu, di satu sisi dia juga merasa iba akan Fia. Melihat kondisi gadis itu yang drop, membuatnya tak tega untuk menolak pertunangannya. Ya, sebut saja dia menerima pertunangan itu karena kasihan. Brengsek? Memang.

Seketika pikirannya berkecamuk saat mengingat tentang pertunangannya itu. Tidak, tidak mungkin Alessa tahu jika dirinya sudah bertunangan dengan Fia, karena hanya keluarganya dan keluarga Fia saja yang mengetahui pertunangannya. Lagi pula Fia sudah berjanji tidak mengatakannya pada Alessa, jadi sangat kecil kemungkinan Alessa tahu tentang pertunangannya.

"Fuck!" Erangnya kesal seraya membanting sekotak rokok di tangannya.

Pikirannya semakin ruwet saat mengingat jika sebulan lagi dia akan melakukan ijab kabul sungguhan dan akan berubah status menjadi suami orang. Bagaimana cara dia menjelaskan semuanya dengan Alessa? Melepaskan gadis itu? Tidak! Dia tidak akan pernah melepaskan gadisnya itu! Tetapi membatalkan pernikahannya pun tidak mungkin.

Brengsek? Ya. Egois? Ya. Gila? Ya! Sebut saja seburuk apa Eza ini asalkan dia tidak kehilangan Alessa dan tidak mengecewakan sahabatnya.

Deringan ponsel di sebelahnya membuyarkan lamunan remaja itu, setelah melihat siapa yang menelpon, remaja itu langsung mengangkat panggilan tersebut.

"Bos, Lo dimana?"

"Rumah"

"Karl's"

"Gue ke sana"

Setelah mengatakan itu, Eza langsung memutuskan panggilannya. Semakin runyam rasanya, satu masalah belum selesai dan kini ditambah masalah baru lagi.

Eza langsung menyambar jaket kebesarannya serta kunci mobil miliknya. Remaja itu menuruni tangga dengan tergesa, saat melewati ruang keluarga dia berhenti karena pertanyaan yang dilontarkan Intan.

"Mau kemana?" Tanya Intan.

"Markas" jawabnya singkat.

"Fia masuk rumah sakit, kemarin dia drop lagi. Papa harap kamu segera menyelesaikan hubungan kamu dengan gadis itu dan fokus sama pernikahan kamu bulan depan" Arsen, ayah Eza, kali ini mulai membuka suaranya.

"Eza gak mau" ucapnya dingin dan berlalu meninggalkan keduanya, mengabaikan suara Arsen yang terus memanggilnya.

Mobil ferrari California turbo itu melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalanan kota yang sudah terlihat lengang, saat ini waktu menunjukkan pukul 22.15, karena itulah jalanan sudah terlihat sepi.

Tak membutuhkan waktu lama, mobil itu sudah terparkir apik di halaman depan markas Demonic Gang. Eza keluar dari mobilnya dan segera memasuki markas.

"Bang bos" ucap salah satu anggotanya yang masih kelas sepuluh.

Mereka salaman ala cowok menyambut kedatangan ketuanya itu. Setelahnya, Eza memasuki ruangan khusus yang hanya bisa dimasuki oleh anggota inti saja. Karena hanya inti Demonic Gang yang memiliki akses ruangan itu.

"Gimana?" Tanya Eza to the point.

"Posisi Karl's terlacak. Tadi gue lihat mereka berada di daerah blok sakura dekat hutan selatan" jelas Ari dengan serius.

ALEZA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang