Sebuah Pilihan

383 21 2
                                    

Vote dulu yuk<3



Kalau ada typo dsb tolong tandain ya<3

Happy reading;)

~~~

Seminggu berlalu, kini tiba saatnya siswa siswi mempertaruhkan hidupnya pada nilai akhir yang akan didapatnya nanti. Seminggu juga berita putusnya hubungan Alessa dan Eza sudah menyebar, membuat para pendukung kapal Aleza kecewa. Kapal mereka berhenti berlayar.

Selama itu pula Alessa seolah menjaga jarak dengannya, seolah-olah tidak terjadi apa-apa pada keduanya. Tapi, meski begitu sikap gadis itu tetap sama pada teman-temannya.

"Pacar kalau udah jadi mantan makin cakep ya bos" ucap Ari menarik turunkan alisnya menggoda Eza saat melihat tatapan remaja itu terfokus pada gadis yang baru saja memasuki area sekolah.

Anggota D'Gangs sangat terkejut saat mendengar hubungan ketuanya kandas begitu saja setelah terjalin empat tahun lamanya. Bahkan, Ari dan Ali menangis bombay saat mendengar bahwa kabar itu benar adanya. Ya, si kembar beda orang tua itu menangis karena tidak rela kapal mereka berhenti berlayar begitu saja. D'Gangs kehilangan sosok buketu yang sangat mereka sayangi dan segani itu.

"Gue berani bertaruh, istirahat nanti pasti masih banyak yang nembak buketu" ucap Kevan.

Memang benar adanya, sehari setelah mereka putus, banyak siswa yang langsung menyatakan cintanya pada Alessa. Bahkan sampai tujuh orang dalam seharinya.

"Woiya jelas lah! Berlian gitu siapa sih yang gak mau" sahut Geo sengaja membuat ketuanya kesal.

"Cantik" celetuk Zio saat melihat Alessa yang tertawa dengan teman sekelasnya.

Eza yang mendengar ucapan Zio pun langsung menatap tajam remaja itu.

"Mata Lo kenapa?" Tanya Zio mengerjap polos saat melihat tatapan mematikan dari Eza.

Eza hanya berdecak kesal mendengar pertanyaan Zio. Ah, dia tidak terima jika Alessa menjadi pusat perhatian teman-temannya dan murid laki-laki di sekolahnya!

"Kiw, bu bos makin cantik aja nih" ucap Ari saat Alessa melewati mereka berenam.

Alessa menghentikan langkahnya mendengar ucapan Ari, tersenyum menanggapi.

"Eh Le, gue duluan ya" ucap seorang gadis yang berjalan bersamanya dari arah gerbang.

"Iya, Mel" balas Alessa dengan melambaikan tangannya saat gadis yang dipanggil 'Mel' itu berjalan menjauh darinya.

Alessa melangkahkan kakinya menghampiri keenam remaja itu. Eza yang melihat Alessa mendekat pun membuang pandangannya.

"Kalian gak masuk kelas?" Tanya Alessa ramah.

"Nanti Le, nunggu bel bunyi" jawab Kevan yang diangguki keempat remaja itu. Ya, keempat remaja, karena Eza sedari tadi terus memalingkan wajahnya menghindari bersitatap dengan gadis itu.

"Tumben baru berangkat?" Tanya Sean.

"Nunggu mang ojolnya dulu tadi" ucap Alessa yang diangguki Sean.

"Lima menit lagi bel, gue duluan ya, pengawasnya killer soalnya" ucap Alessa.

"Okedeh.. Bu bos ati-ati ya" ucap Ari yang dibalas acungan jempol oleh Alessa disertai kekehan kecilnya.

Alessa segera melangkahkan kakinya seraya melambaikan tangannya ke arah mereka. Kelima remaja itu membalas lambaian tangan Alessa sebelum pergi ke kelasnya masing-masing.

~~~

Alessa baru saja memasuki apartemennya, gadis itu langsung merebahkan dirinya di sofa ruang tamu. Hari ini sungguh melelahkan, belum lagi harus menolak secara halus pernyataan cinta dari laki-laki yang satu sekolah dengannya.

ALEZA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang