Keesokannya, seperti biasa, Allcia berangkat kerja pukul 06.30. Tapi, bedanya kini dia tidak naik taksi. Melainkan mobil kedua temannya, Elias dan Cisca. Memang jarang Allcia berangkat bersama kedua temannya itu, tapi pagi ini ia dipaksa Cisca untuk ikut bersama mereka setelah semalam mereka berbincang di telepon mengenai banyak hal, seperti tentang ibunya, Gavin, dan Kin yang aneh.
"Jadi, menurutmu Gavin adalah laki-laki yang ramah dan sopan. Sementara Kin adalah si iblisnya, begitu?" Setelah Allcia berbincang panjang lebar tadi, kini Cisca mengambil kesimpulannya dengan bahasanya sendiri.
"Ya!" seru Allcia dengan semangat. "Si Kin itu benar-benar membuatku seperti aku sudah melakukan dosa padanya! Itu tidak seperti aku berbincang kecil dengan Gavin dan membuatnya merasa seperti aku mencuri sahabatnya, kan?"
"Apa mereka gay?"
"ELIAS!" Seketika, Allcia dan Cisca langsung berteriak kencang pada Elias yang terkejut di tengah-tengah dirinya yang sedang menyetir.
"Astaga, kalian para perempuan mengejutkanku! Bagaimana kalau kita bisa kecelakaan hanya karena kalian?!" seru Elias kesal.
"Bagaimana bisa kau berkata seperti itu?" tanya Allcia heran.
"Apanya?" tanya Elias tidak mengerti.
"Kau tidak bisa mengatakan mereka itu gay, Elias!" seru Cisca yang jadi kesal sendiri entah kenapa. "Mereka itu laki-laki tampan kelas atas! Kau tidak bisa berkata seperti itu pada mereka!" seru Cisca, sementara Elias masih tidak mengerti.
"Aku tidak bilang mereka tampan," ujar Allcia aneh.
"Katamu Gavin itu ramah dan sopan? Honey, laki-laki yang ramah dan sopan itu adalah laki-laki yang tampan. Percayalah padaku," ujar Cisca dengan pemikirannya yang aneh.
"Kau bahkan belum melihat mereka! Bagaimana bisa kau juga bilang kalau Kin tampan?!" seru Allcia kesal karena Kin diberi pujian.
"Kau pernah mengatakan pada kami, Al," sahut Elias, sementara Cisca menggelengkan kepalanya.
Bertepatan dengan mereka yang masih menggosipkan Gavin dan Kin, mobil sudah sampai di pelataran parkir perusahaan. Bahkan, ketika sudah keluar dari mobil saja mereka masih membicarakan kedua laki-laki itu sampai tak terasa mereka sudah sampai lobi.
"Lihat! Bos Felix!" seru Elias berbisik pada Cisca dan Allcia membuat mereka berhenti berjalan dan melihat ke arah pandang Elias.
"Astaga, cuci mata di pagi hari," ujar Allcia menatap Felix dengan takjub. Bentuk tubuh yang begitu atletis, rambut hitam yang disisir rapi ke belakang, rahang yang kuat, dan kaki yang panjang milik Felix itu benar-benar menakjubkan.
"Bukankah dia itu mengagumkan? Dia adalah hal terseksi yang pernah kulihat." Allcia masih saja menatap Felix dengan penuh kekaguman sampai laki-laki itu menghilang dari pandangannya.
"Ya, dia adalah yang paling tampan disini, aku mengakuinya," ujar Cisca.
Allcia menghela napasnya. "Akan lebih bagus kalau yang menjadi tetanggaku itu Bos Felix, bukan si Kin itu," keluhnya tiba-tiba dengan wajah tertekuk. "Baru pertama kali ini aku mengungkapkan kebencianku pada makhluk laki-laki."
"Benci bisa jadi cinta, Allcia," sahut Elias tiba-tiba yang membuat Allcia langsung memelototinya. Karena kesal, ia pun langsung pergi meninggalkan Elias dan Cisca yang hanya saling pandang dengan aneh.
***
Hari ini jam kerja di perusahaan tidak sampai sore dikarenakan ada persiapan untuk acara pesta besok. Jadi, Allcia dan Cisca langsung menyeret Elias untuk menjadi supir mereka siang ini. Setelah menjemput Sofia untuk pergi bersama mereka, mereka langsung melesat ke mall untuk spa dan membeli gaun untuk besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Woman Next Door - HBS #1
Любовные романы(COMPLETED) 🔞 First series of Handsome Brotherhood Setelah cukup lama tinggal di Australia bersama ayahnya, Kin Aleic Xalfador memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya, Madrid. Pertemuan pertamanya dengan tetangga satu lantai apartemennya, Al...