20. Crazy and Annoying

206 16 0
                                    

Pukul delapan malam, Gavin sudah lebih dulu di apartemennya sendiri, kemudian Allcia baru menuju lantai teratas. Namun, saat Allcia sampai di lantai teratas, ia melihat sebuah tas besar di depan pintu apartemennya yang isinya ternyata adalah berbagai macam wadah berisi makanan. Allcia langsung tahu kalau itu dari ibunya. Bahkan, juga ada surat di atasnya.

Tolong berikan ini pada Kin. Jangan mencuri makanan ini!

Dalam hati, Allcia terkejut setengah mati dengan isi suratnya, terlebih di kalimat terakhirnya. Ia kini hanya bisa menertawainya sendiri.

Allcia pun langsung membawa tas itu menuju pintu apartemen Kin. Ia menekan bel pintunya beberapa kali sebelum pintu akhirnya terbuka menunjukkan Kin dengan pakaian santainya tengah menatap Allcia tanpa arti yang jelas.

Allcia hendak berbicara, tapi tiba-tiba saja Kin sudah lebih dulu berkata, "Masuklah." Ia juga menyingkir sedikit untuk mempersilakan Allcia masuk. Karena tidak ingin banyak protes dan berdebat, Allcia berjalan masuk.

"Hoho, setelah berkencan dengan teman atasanmu sendiri, sekarang masih peduli pada atasanmu, ya? Kenapa? Ingin minta maaf?" Kin membuka mulutnya tepat saat Allcia sudah berada di ruang tengah.

Allcia menghela napasnya sedikit kasar karena lelah. Tepatnya lelah untuk berdebat lagi. Rasanya tidak ada seharipun tanpa berdebat dengan atasannya ini.

"Aku kesini bukan untuk minta maaf," ujar Allcia sambil menatap Kin lurus-lurus. "Ini karena ibuku yang selalu memaksaku untuk mengantarkan bekal untukmu yang sebelumnya saja dia tidak pernah membuatkan bekal untukku!" seru Allcia dengan kesal sambil mengangkat tas besar tadi.

Kin yang mendengarnya cukup terkejut karena Allcia yang tampaknya kesal sekali hanya karena masalah itu. Dan ini cukup membuatnya penasaran juga.

"Aku serius bertanya... kenapa ibumu melakukannya?" tanya Kin dengan nada serius.

Allcia terdiam menatap Kin. Ia terlihat seperti tengah berpikir untuk beberapa saat, sebelum akhirnya ia menghela napasnya sedikit kasar dan menunduk sedikit.

"Ini mungkin adalah aib keluarga kami, tapi aku akan jujur padamu," ucapnya dan kemudian mendongak kembali menatap Kin lurus-lurus. "Mungkin perlakuan ibuku padamu bisa membuatmu menilainya baik. Tapi, tolong jangan berpikiran seperti itu, karena pada kenyataannya tidak."

Allcia kembali terdiam selama beberapa detik, sementara Kin masih bersedia menunggu. Hingga akhirnya, Allcia buka suara lagi. "Ibuku sangat suka dengan laki-laki yang tampan dan kaya. Itu juga alasan orang tuaku bercerai," ucapnya dan Kin berani bersumpah ia dapat mendengar suara kepedihan dari Allcia. "Sekarang target ibuku adalah ayahmu."

"Apa?!" Kin tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

"Karena ayahmu itu tampan dan kaya di mata ibuku," ujar Allcia yang sebenarnya malu mengucapkannya.

"Sulit dipercaya," gumam Kin tak percaya dan Allcia mendengarnya.

"Kau harus percaya padaku. Dan sekarang aku benar-benar berharap ibuku berhenti melakukannya," ujar Allcia bersungguh-sungguh.

Keduanya pun saling terdiam dengan pikiran mereka masing-masing. Tidak ada yang bergerak atau bersuara, kecuali jarum jam yang berukuran besar di tengah ruangan.

Kin menatap Allcia yang kini tampak kesal bercampur lelah. Dan tiba-tiba saja sebuah ide gila terbersit di otaknya.

"Ayo kita pacaran."

Kedua mata Allcia melebar sempurna menatap Kin. "Apa?! Kau gila, ya?!" seru Allcia masih terkejut. Jujur, ia berharap ia tidak mendengarnya, tapi tadi ia benar-benar mendengarnya dengan jelas.

The Woman Next Door - HBS #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang