74. Hard Enough

135 8 0
                                    

Menjelang siang, Allcia dan Kin baru berangkat ke kantor bersama setelah mereka menghabiskan waktu bersama di paginya selama beberapa saat. Keduanya berjalan beriringan menuju lift dan saat di lift, barulah mereka bergandengan selama beberapa saat sambil terkekeh geli. Namun, setelah lift terbuka, mereka kembali menjadi professional dan berjalan bersama seperti halnya CEO dan sekretarisnya.

"Kau mau makan apa nanti malam? Biar kupesankan restoran untuk kita nanti," ujar Kin berhenti sebentar dan menoleh pada Allcia.

"Masakan Jepang?" Allcia mengusulkan idenya dengan girang.

Kin tersenyum lebar. "Siap, Sayang. Aku tahu restoran Jepang yang berkualitas dan kupastikan kau tidak akan menyesalinya," ujarnya dengan mantap membuat Allcia terkekeh.

"Kin."

Sontak, Kin dan Allcia menoleh bersama ke sumber suara yang baru saja memanggil Kin dengan lembut. Achraf terlihat berdiri dengan wajah seriusnya, namun tetap tersenyum kecil.

Ah, rasanya sudah lama sekali Achraf tidak datang kesini dan Kin tidak bohong kalau sebenarnya ia merindukan ayahnya. Hanya saja, ia memiliki gengsi yang cukup besar.

Kin tersenyum lebar dan berjalan menghampiri Achraf. "Dad, kapan kau kembali? Aku benar-benar—" Langkah Kin terhenti dan senyum lebarnya memudar saat tiba-tiba saja seorang perempuan muncul dari belakang Achraf.

"Kin," ucap perempuan paruh baya itu dengan lembut. Tentu saja Kin dan Allcia sama-sama terkejut saat melihat Allysya-lah yang muncul setelah kemarin seharian mereka tidak bisa menghubunginya.

Namun, bukannya tersenyum lebar, Kin justru memasang raut dinginnya dan tersenyum sinis. "Ini sangat lucu. Setelah kemarin memutuskan kontrak sepihak, menuntut ganti rugi, dan menghilang, sekarang kau tiba-tiba muncul di hadapan kami sambil membawa ayahku?"

Mungkin kalimat Kin tidak kejam. Tapi, Kin yang mengatakannya dengan begitu dingin pada Allysya, membuat hati Allysya sakit mendengarnya.

"Kin, kita harus bicara," ujar Achraf dengan serius.

Sementara itu, Allcia yang ada di samping Kin dapat melihat Kin yang mengepalkan kedua telapak tangannya dan raut wajah Kin yang sangat dingin. Ia tak bisa memprediksikan apa yang akan terjadi setelah ini.

***

Hening. Bahkan, terlalu hening, karena di lantai ruang kerja Kin sekarang hanya ada dirinya sendiri, Allysya, dan Achraf yang semuanya ada di dalam ruangan Kin.

Sementara Allcia sendiri juga tidak ingin mengganggu mereka. Jadi ia, Albert dan lainnya tidak akan masuk ke lantai teratas selama Kin, Allysya, dan Achraf keluar dari ruangan.

Ini adalah pertama kalinya Kin berada di posisi yang tidak mengenakkan seperti ini. Bertemu perempuan yang mengaku sebagai ibunya? Mengejutkan, iya. Aneh juga iya. Ia masih cukup kesulitan menerima kenyataan bahwa ibunya yang sudah lama pergi meninggalkannya tiba-tiba saja datang.

Sudah empat jam Kin, Allysya, dan Achraf berada di ruangan Kin dengan perasaan yang tidak menyenangkan. Achraf dan Allysya sama-sama menceritakan posisi mereka dulu saat Allysya terpaksa harus meninggalkan keluarga kecilnya. Sementara Kin masih kesulitan menerima cerita itu.

Dulu, saat Kin berusia lima tahun, Kin adalah anak laki-laki periang dan memiliki banyak teman dimana-mana. Tapi, tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-6, semuanya berubah ketika tiba-tiba saja ibunya pergi meninggalkannya di malam harinya. Saat itu, Kin yang masih kecil tak tahu menahu apapun dan hanya mengerti kalau ibunya sedang pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan dan akan kembali.

Hitungan hari berganti menjadi hitungan minggu dengan cepat. Begitu pula saat tak terasa berbulan-bulan sudah berganti hingga tahunan. Setiap hari, di setiap musim berganti, Kin kecil menunggu ibunya pulang. Tapi, yang ditunggu justru tak menunjukkan batang hidungnya.

Hingga akhirnya Kin menangkap pengertian bahwa ibunya pergi meninggalkannya. Pasalnya, ia juga beberapa kali melihat ayahnya menangis sedih di setiap malam sambil menatap foto ibunya.

Hari-hari kosong itu dijalani Kin dan Achraf bersama. Sebelum akhirnya, beberapa minggu yang lalu ibunya, Allysya, datang dengan kedok untuk kerja sama. Ditambah lagi, Kin melihat sendiri hasil tes DNA antara dia dengan Allysya tadi malam dan pagi ini Allysya sendiri yang datang menjelaskan semuanya.

Allysya bercerita kalau ia sangat tidak ingin meninggalkan Achraf dan Kin. Tapi, saat itu ia terpaksa harus kembali ke Greece karena ayahnya, Kakek Pelagios, mengancamnya akan melukai keluarga kecilnya. Allysya pun tidak punya pilihan lain selain menuruti Kakek Pelagios.

Kakek Pelagios sendiri belum merestui pernikahan Achraf dengan Allysya. Beliau menginginkan anak perempuan sulungnya menikah dengan keluarga bangsawan, bukan laki-laki pebisnis seperti Achraf. Tapi, saat itu Allysya bersikeras untuk menikahi Achraf. Ia menikah dengan atau tanpa restu dari Kakek Pelagios dan hidup selama bertahun-tahun di Sydney bersama keluarga kecil barunya.

Tapi, bagaimana bisa Kin memproses semua cerita itu di otaknya? Kin kecil dulu tak mengerti apapun. Tapi, sekarang saat ia mendengarkan semua ceritanya, ia sulit percaya. Rasanya sangat sulit untuk menerima semuanya dengan mudah.

***

Matahari berganti dengan bulan dan bintang-bintang dengan begitu cepat. Hari sudah malam dan sudah tiga jam yang lalu Achraf pergi bersama Allysya dengan mood yang tidak bisa dikatakan sedang bersenang hati.

Sementara Kin juga sudah pergi entah kemana. Ia sempat berkata pada Allcia kalau ia ingin pergi menyendiri untuk menjernihkan pikirannya. Namun sampai sekarang, pukul sembilan malam, ia belum juga pulang dan membuat Allcia khawatir di apartemen.

"Bisa-bisa aku mati karena khawatir berlebihan," gumam Allcia sambil beranjak dari sofa dan menghela napasnya dengan kasar. Tak banyak pikir lagi, ia langsung mengambil tas selempangnya dan keluar dari apartemen untuk mencari Kin.

Masuk ke taksi, Allcia langsung mencari Kin menggunakan GPS. Kemudian, ia menunjukkannya pada supir taksi. Tak lupa, ia juga meminta tolong pada supir taksi untuk mengikuti arah GPS itu dengan sedikit cepat. Allcia benar-benar tak bisa tenang sebelum ia bertemu Kin sekarang.

***

Jam tangan Allcia hampir menunjukkan pukul 10 malam. Mobil taksi yang ia tumpangi sampai di sebuah makam yang tak asing untuknya.

"Di antara semua tempat di Madrid, kenapa kau harus ke La Almudena Cemetery sampai malam-malam begini, Kin?" gumam Allcia mengeluh ketakutan setelah mobil taksi yang ia tumpangi pergi meninggalkannya. Kini, ia harus berjalan sendiri mencari Kin dengan bantuan GPS di ponselnya.

Arah GPS di ponsel Allcia menunjukkan kalau posisi Kin berada di tengah-tengah makam. Ia berusaha menguatkan dirinya untuk tetap masuk ke makam menggunakan senter tanpa memikirkan apapun kecuali keadaan Kin. Ia harus menemuinya dan membawanya pulang sekarang juga. Hingga tanpa sadar, langkah kakinya semakin cepat dikala ia sudah memasuki pemakaman.

Allcia mengarahkan senternya ke semua sisi yang ia lewati. Tapi, ia masih belum menemukan Kin. Dan kemudian, ia teringat oleh makam kakek dan nenek Kin yang ada di sekitar sini. Ia mencoba untuk melangkah lebar sesuai dengan ingatan yang ia punya tentang lokasi makam kakek dan nenek Kin.

Samar-samar, sepasang mata Allcia melihat seseorang yang tengah duduk dan menundukkan kepalanya. Dengan jantung yang berdegup kencang, ia melangkah perlahan menghampirinya. Dan ketika ia mengenal orang itu hanya dengan melihat punggungnya saja, langkahnya berhenti dan ia memanggil namanya lirih.

"Kin."

Pelan-pelan, Allcia melangkah mendekati Kin. Dan ketika ia sudah berdiri di sampingnya, ia benar-benar terkejut melihat Kin yang memprihatinkan. Laki-laki itu benar-benar terlihat berantakan dengan kemeja lusuh dan tatapan kosongnya. Dia seperti bukan Kin.

Allcia berjongkok dengan pelan dan menyentuh pundak Kin dengan lembut. "Kin," panggilnya lembut sambil tersenyum kecil.

Setelah laki-laki itu hanya diam selama beberapa detik, akhirnya ia menoleh kecil. Wajahnya masih murung. Tidak ada senyum ataupun tatapan yang berarti.

Allcia memahami itu, tapi yang utama sekarang adalah mereka harus pulang dulu. "Waktunya pulang, Kin. Let's go home, shall we?"
——————————————————————————
Tbc.
Monday, 7 November 2022

The Woman Next Door - HBS #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang