10. For the First Time

374 16 0
                                    

"Itu Felix! Itu Felix!" Allcia berseru saat melihat Felix yang tengah berbincang dengan Reed. "Astaga, kakakku berbincang dengan calon adik iparnya!"

"Hoeekkk!"

Elias dan Cisca bersamaan berlagak seperti mereka hendak muntah setelah mendengar Allcia yang berimajinasi kalau Felix adalah calon suaminya nanti. Tentu saja itu menggelikan. Namun, Allcia tak menggubrisnya dan masih saja memandang Felix dengan tatapan memuja, seolah-olah laki-laki itu adalah laki-laki yang paling bersinar di antara yang lainnya.

"Hmmm... bandingkan saja Felix dengan si Kin itu." Tiba-tiba wujud Kin terbersit di pikiran Allcia dan membuatnya memutar kepalanya sedikit untuk menatap Kin yang ternyata juga tengah menatapnya dengan tatapan yang masih sama dengan tadi.

Allcia balas menatap Kin dengan tatapan tajam khasnya sambil berdecak kecil dan kedua tangannya dilipat ke depan dada. "Dia sok sekali, menatapku seperti itu. Aku akui dia memang misterius dan tatapannya yang intens itu seakan-akan bisa mengintimidasiku, tapi tentu saja itu tidak berpengaruh padaku."

Sementara itu, Elias dan Cisca yang ada di samping Allcia kini saling tatap dengan aneh. "Allcia, jujur, aku heran. Tidak biasanya kau membicarakan orang asing lebih dari sekali, karena biasanya kau tidak mempedulikannya. Tapi, ini pertama kalinya kau selalu membicarakan Kin sudah lebih dari sekali."

Allcia menoleh menatap Cisca, kemudian ia menyentuh kedua pundak Cisca dan menepuknya beberapa kali. "Cisca, Sayang. Kau tahu sendiri ada dua kemungkinan kenapa aku membicarakan orang lain selama lebih dari sekali. Pertama, karena aku menyukainya dan itu hanya berlaku bagi Felix. Kedua, karena aku membencinya dan itu bisa berlaku bagi Kin. Mengerti?"

"Benci juga bisa jadi─"

"Sssstttt." Allcia langsung menutup mulut Elias. "Elias, jangan membicarakan ketidakmungkinan, oke?"

***

Allcia yang kini tengah berada di toilet tengah menatap dirinya di pantulan cermin besar di depannya. Kemudian, ia merapikan lipstik dan bedaknya yang terlihat memudar karena dia yang sedari tadi makan terus. Setelah selesai, ia memasukkan kembali make upnya dan merapikan rambutnya.

"Benci juga bisa jadi cinta." Tiba-tiba perkataan Elias itu terngiang di kepala Allcia. Ia ingat betul Elias mengatakannya dua kali padanya dan itu tentang Kin.

Allcia berdecak. "Asalkan aku bisa menjaga perasaanku sendiri, aku tidak akan punya perasaan itu pada Kin. Lagipula, perasaanku hanya untuk Felix seorang," ujarnya menatap pantulan dirinya sendiri. Kemudian, ia tersenyum lebar dan berjalan keluar kembali ke ballroom.

"Allcia, kemana saja kau? Aku daritadi mencarimu," ujar Reed tiba-tiba menghampiri Allcia.

"Barusan dari toilet. Kenapa?" sahut Allcia.

"Sekarang waktunya berdansa. Kau tahu? Ini dansa bergilir, siapa tahu nanti kau bisa bertemu laki-laki tampan!" seru Reed sambil mengulurkan tangannya sambil tersenyum tanda mengajak Allcia ikut dengannya dansa di tengah ruangan bersama pasangan yang lainnya.

Allcia terkekeh sambil menerima uluran tangan Reed, berjalan menuju tengah ruangan dan pikirannya bergumam, "Yah, semoga saja aku bisa berdansa dengan Felix."

Reed dan Allcia sudah berada di posisi mereka dan berhadapan. Satu tangan mereka sudah saling bertautan dan tangan Reed yang satunya meraih pinggang Allcia.

Sementara satu tangan lainnya milik Allcia berada di pundak Reed. Ketika lagu mulai diputar, saat itulah semua pasangan yang ada di tengah ruangan saling berdansa bersama dengan formasi berbentuk lingkaran tiga lapis.

"Allcia, kau sudah 25 tahun, apa kau tidak berkencan?" tanya Reed tiba-tiba.

Allcia terkekeh kecil mendengarnya. "Aku masih ingin sendirian, Kak."

The Woman Next Door - HBS #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang