31. The Rules Breaker

185 11 0
                                    

Rapat yang hampir memakan waktu 3 jam akhirnya selesai. Setelah mengantar Pelagios keluar, semua kembali ke pekerjaan mereka masing-masing. Namun, tidak untuk Allcia yang justru langsung masuk ke ruangan Kin dengan kesal.

"Daritadi aku sudah menahannya, sekarang aku benar-benar kesal!" seru Allcia pada Kin, sementara Kin belum mengerti kenapa Allcia tiba-tiba masuk dan menyerukan kekesalannya tanpa alasan.

"Kenapa kau masuk dan tiba-tiba─"

"Kin, kenapa kau selalu melanggar peraturan kita, ha?!" seru Allcia menyela Kin. "Sudah kubilang, kita tidak diperbolehkan untuk mengatakan pada siapapun tentang hubungan kita kecuali ada hal yang mendesak yang sudah kita setujui sebelumnya! Tapi, kau selalu saja berbuat seenaknya! Bahkan, aku saja tidak memberitahu teman-temanku tentang perjanjian kita. Apa maksudmu tadi memberitahu mereka hubungan kita?!"

"Oh, jadi kau kesal karena hal itu." Kin hanya berucap dengan tenang sambil duduk di kursinya dengan santai tanpa merasa bersalah sedikit pun.

"Apa?" Allcia menatap Kin dengan tatapan tak percaya, ia benar-benar tak menyangka Kin masih bisa sesantai ini. "Kau masih bisa sesantai itu setelah perbuatanmu tadi?"

"Kenapa? Aku tidak salah." Kin mengendikkan bahunya.

Tentu saja Allcia dibuat semakin kesal oleh Kin. Rasanya ia benar-benar ingin membelah kepala Kin dan ingin tahu bagaimana cara berpikirnya. Karena apapun yang Kin lakukan atau katakan, Allcia benar-benar sulit memahaminya dan itu yang selalu membuatnya kesal.

"FINE!" Tiba-tiba Allcia berseru keras sambil menghela napasnya dengan kasar.

Kin menatap Allcia dengan dahi berkerut. "Apanya yang fine?"

"Kau berbuat apapun seenak jidatmu, jadi kenapa aku tidak bisa?" Allcia tersenyum sinis dan penuh percaya diri. "Kalau begitu, akan kusebarkan hubungan kita ke semua orang di perusahaanmu. Jadi, mereka akan punya pikiran negatif tentangmu!"

Mendengarnya, Kin justru terkekeh geli membuat Allcia menatapnya dengan aneh. "Apanya yang lucu?" tanyanya.

"Kau," sahut Kin di tengah kekehannya, sementara Allcia mengerutkan dahinya karena merasa aneh.

"Apa katamu? Kau mau menyebarkan hubungan kita ke semua orang di perusahaan agar semua orang berpikiran negatif tentangku? Apa kau tidak salah?" Kin masih terkekeh yang kini mengejek Allcia.

"Tentu saja tidak. Aku tahu apa yang aku lakukan," sahut Allcia penuh percaya diri.

Kekehan Kin terhenti dan dia tersenyum lebar sambil mengangguk kecil. "Baiklah. Silakan kau sebarkan saja semuanya. Dan ketika sudah tersebar semua, aku jamin semua orang akan semakin merendahkanmu dan memberimu label yang lebih buruk daripada label perempuan matre," ujarnya sambil tersenyum bak iblis.

Allcia yang tadinya penuh percaya diri, kini terdiam bisu tak bisa menjawab Kin. Sementara Kin tersenyum penuh kemenangan setelah berhasil membuat Allcia bungkam.

Di tengah-tengah kebungkaman Allcia, tiba-tiba saja ponselnya berdering dengan keras. Allcia pun menggunakan alasan ponselnya untuk keluar dari ruangan Kin sambil menerima teleponnya yang ternyata dari Gavin.

"Halo, Gavin. Ada apa?" sapa Allcia sambil membuka pintu kantor Kin dan keluar dari sana untuk berbincang dengan Gavin.

Sementara itu, Kin yang sempat mendengar Allcia menyebut nama Gavin, kini ia penasaran sendiri. "Gavin? Kenapa dia menelepon Allcia?"

***

Allcia tengah berada di lift yang menuju lantai lobi. Ia melihat jam tangannya sekilas dan ternyata sudah menunjukkan pukul 12 bertepatan dengan pintu lift yang terbuka. Ia keluar dengan senyum lebarnya dan memperhatikan sekitar lobi untuk mencari seseorang yang sudah menunggunya.

The Woman Next Door - HBS #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang