Kynan terlihat keluar dari ruang kantor Kin sambil bersiul setelah banyak bercerita dengan Kin dan Keanu. Saat itu juga, Albert dan Allcia beranjak dari kursi mereka untuk menyapa dengan ramah dan sopan.
Kynan yang tadinya berjalan sambil menatap ke depan, pandangannya teralihkan pada Allcia. Ia pun menghampiri Allcia.
"Allcia," bisik Kynan sambil mendekatkan kepalanya pada Allcia.
Sontak, Allcia pun mendekatkan telinganya juga untuk mendengarkan bisikan Kynan. "Kudengar, kau sekarang sedang mengandung bayinya Kin."
Setelah mendengarnya, Allcia langsung menarik diri dan menatap Kynan dengan kesal sekaligus malu. Ini sudah pasti kalau Kin tadi memberitahunya yang tidak-tidak.
"Aku tahu kau adalah teman Kin, tapi sebaiknya kau tidak perlu percaya omong kosongnya," ujar Allcia memaksakan senyum manisnya.
"Aku tahu." Kynan tersenyum.
"Sepertinya kau sudah selesai berbincang dengan Kin, ya," ujar Allcia berbasa-basi.
"Ya, sepertinya." Kynan mengangguk. "Tapi, Keanu belum. Aku perlu pulang untuk mengemasi barangku dari apartemen Kin."
"Ah, begitu." Allcia mengangguk mengerti.
"Allcia," panggil Kynan lagi. "Maukah kau membantuku mengemasi barang-barangku? Gavin sedang pergi bersama ibunya, sementara Keanu dan Kin masih sibuk disini, dan barang-barangku ada banyak. Bisakah?"
Tidak biasanya untuk Allcia langsung menerima permintaan dari orang yang tak begitu dekat dengannya. Tapi, rasa kemanusiaannya seolah-olah memberitahunya untuk membantu orang yang sedang membutuhkannya. Contonya seperti sekarang.
"Tentu." Tidak ada salahnya untuk membantu, bukan?
***
Sesampainya Allcia dan Kynan di apartemen Kin, mereka berdua langsung mengepak barang-barang Kynan. Mulai dari pakaian, sepatu, dan barang-barang lainnya. Namun, di sela-sela mereka berdua yang tengah mengepak-ngepak barang, tiba-tiba saja ponsel Kynan berdering keras.
"Allcia, tunggu sebentar, ya. Keanu meneleponku," ujar Kynan pada Allcia.
"Oke," sahut Allcia mengangguk mengerti. Tepat setelah itu, Kynan langsung pergi ke luar apartemen untuk mengangkat telepon Keanu, meninggalkan Allcia di kamar Kynan.
Sembari menunggu Kynan, Allcia berjalan keluar dan duduk di sofa yang ada di ruang tengah. Tatapannya menyusuri ruangan apartemen hingga berhenti pada sebuah pintu yang terbuka lebar. Karena penasaran tingkat dewa, Allcia pun beranjak memasuki ruangan itu.
Memasuki ruangan yang membuat Allcia penasaran, seketika kedua matanya dan mulutnya melebar saat melihat berbagai jenis pakaian, sepatu, dasi, jam tangan, jas, dan semacamnya yang ditata rapi memenuhi ruangan itu. Hanya melihat semuanya saja, ia sudah langsung tahu kalau ruangan ini adalah walk-in-closet milik Kin.
"Astaga, laki-laki itu benar-benar punya selera yang tinggi," gumam Allcia tanpa sadar sambil menatap semua barang-barang milik Kin.
Allcia benar-benar meneliti semua barang milik Kin dari ujung sampai ujung. Semua pakaian Kin ditata berdasarkan jenisnya.
Pakaian untuk bekerja berada di bagian yang paling ujung. Kemudian di bagian sampingnya adalah pakaian-pakaian santai, di sampingnya lagi adalah berbagai jaket dan mantel, dan di sampingnya lagi yang terakhir adalah pakaian-pakaian formal untuk acara penting.
Begitu pula dengan sepatu-sepatu yang ada di rak bawah. Sepatu formal, sepatu olahraga, dan sandal, semuanya dipisahkan.
Di tengah ruangan, terdapat meja kaca yang di dalamnya terdapat berbagai macam dasi dan jam tangan dari berbagai merek terkenal. Bahkan, juga ada beberapa cincin, gelang, dan perhiasan pakaian lainnya.
Di ujung ruangan, terdapat lemari besar berbahan kayu. Saat Allcia membukanya, ternyata isinya adalah baju-baju santai yang kebanyakan adalah sweaters.
"Wah, wah, wah. Semua ini─"
"Kynan!"
Seketika, tubuh Allcia langsung membeku saat ia mendengar suara Kin yang berteriak memanggil nama Kynan. Bahkan, tidak hanya sekali.
Kin terus berteriak dan suara langkah kakinya semakin mendekati ruangan walk-in-closet. Tanpa bisa berpikir lebih panjang lagi, Allcia langsung melompat masuk ke lemari besar yang baru saja ia buka dan menutupnya rapat-rapat sambil menahannya agar tidak terbuka.
"Kynan!" Suara Kin terdengar di dekat almari tempat Allcia sembunyi.
Allcia, kenapa kau harus bersembunyi? Kau bahkan tidak melakukan kesalahan apapun! Batin Allcia berteriak mengutuk kebodohannya sendiri.
"Astaga, kemana anak itu," ujar Kin yang Allcia yakini kalau laki-laki itu berdiri tepat di depan almari tempatnya sembunyi sekarang.
"Sudah kubilang untuk mengambilkan suratnya, tapi lama sekali. Tidak tahunya dia malah menghilang." Kin menghela napasnya dan terlihat sedang menarik sebuah almari kecil, kemudian ia mengambil sepucuk kertas dari dalamnya.
Dari dalam almari, Allcia melihat sosok Kin dari celah yang sempit. Surat? Surat apa itu? Ia bertanya-tanya dalam hatinya.
Kin terdengar menghela napasnya sedikit kasar. "Astaga, kenapa sekarang aku gugup?" tanyanya pada dirinya sendiri sambil menatap kertas yang ada di genggamannya. "Oke, mungkin aku akan latihan sekali lagi disini untuk nanti malam."
Nanti malam? Memangnya ada apa? Latihan untuk apa? Allcia benar-benar penasaran setengah mati sekarang ini. Dan sialnya, ia tidak bisa melihat dengan jelas apa yang sedang laki-laki itu lakukan.
Kin terdengar berdeham beberapa kali sambil berjalan mondar-mandir dengan pelan. "Allcia."
Seketika, Allcia langsung membeku saat ia mendengar namanya disebut oleh Kin. Ia sempat mengira kalau ia ketahuan bersembunyi di lemari itu. Tapi, ternyata tidak seperti yang ia kira, karena Kin masih berjalan mondar-mandir di depannya.
Kenapa ia menyebut namaku? Allcia bertanya-tanya penasaran.
"Aku tahu mungkin kau tidak akan mengira hal ini. Baguslah kalau begitu. Karena aku ingin membuat ini sebagai kejutan untukmu," ujar Kin dengan pelan. "Aku... tidak tahu harus menjelaskan ini semua dari mana. Aku juga bingung bagaimana perasaan aneh ini muncul di diriku yang dingin ini."
Di dalam almari, Allcia masih terdiam mendengarkan semua yang Kin katakan. Atau lebih tepatnya apa yang Kin baca dari surat itu.
"Awalnya, aku kira aku sudah mulai tidak waras. Tapi, lama kelamaan aku tahu sebutan untuk perasaan ini." Kin berhenti sejenak dan mengambil napasnya dalam-dalam. "Allcia, aku mencintaimu dan─"
"Haaak!"
Allcia langsung menutup mulutnya yang baru saja mengeluarkan suara karena saking terkejutnya mendengar perkataan Kin. Jantungnya berdegup kencang sekarang ini. Tapi, bukan karena pengakuan Kin tadi, melainkan karena ia takut kalau Kin akan menemukannya disini. Pasalnya, sekarang Kin justru berhenti membaca dan Allcia dapat melihat dari celah almari kalau laki-laki itu menatap ke arah lemari, kemudian mendekatinya perlahan.
Astaga, Allcia. Kau bodoh sekali! Ya Tuhan, tolong selamatkan aku!
Benar saja. Kin hendak membuka pintu almari. Tapi, Allcia dengan sigap langsung menahan pintu almari itu dengan kedua tangannya. Sambil menahan suaranya agar tidak keluar, ia juga menahan pintu almari itu untuk terbuka.
Tapi, sayang seribu sayang. Kekuatan Allcia tak sebanding dengan kekuatan Kin. Karena pada detik berikutnya, pintu almari terbuka dengan keras, membuat Allcia ikut tertarik ke depan sampai jatuh ke lantai.
"Allcia?"
Tubuh Allcia yang sudah jatuh di lantai membeku dan otaknya terasa kosong, tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Perlahan, ia menoleh ke atas untuk menatap Kin yang berdiri di depannya.
Sangat jelas sekali tampak keterkejutan dan keheranan di wajah Kin. Sementara Allcia tak bisa berkata apapun selain cengingisan dengan canggung.
Matilah diriku!
——————————————————————————
Tbc.
Monday, 25 July 2022Sengaja upload langsung 2, karena part ini seharusnya satu part gabung sama part 47 sebelumnya😗 silakan yukkkk dibaca, jangan lupa dari part sebelumnya yakk😘
KAMU SEDANG MEMBACA
The Woman Next Door - HBS #1
Romance(COMPLETED) 🔞 First series of Handsome Brotherhood Setelah cukup lama tinggal di Australia bersama ayahnya, Kin Aleic Xalfador memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya, Madrid. Pertemuan pertamanya dengan tetangga satu lantai apartemennya, Al...