Di malam hari, Kin tengah berdiri di depan gedung apartemennya dengan kedua tangan yang dimasukkan ke kedua saku di samping celana training hitam panjangnya. Pandangannya mengitari ke sekelilingnya yang masih tampak sepi. Tangan kanannya pun terangkat untuk melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 9 malam.
"Kenapa Allcia belum datang juga? Tadi dia bilang sedang perjalanan pulang, tapi rasanya lama sekali," gumam Kin yang gelisah di malam hari sambil masih memperhatikan jalanan sekitarnya.
Hari ini Kin benar-benar memberikan Allcia hari bebas untuk pergi bersama Allysya dari pagi sampai malam. Walaupun begitu, Kin tetap berkirim pesan dengan Allcia, memintanya untuk tetap selalu mengabarinya.
Sebenarnya, tadi Kin sudah akan menjemput Allcia pulang. Tapi, Allcia menolak karena ia dan Allysya masih pergi jalan-jalan bersama. Kin pun mengalah dan meminta pihak Allysya untuk memulangkan Allcia maksimal pukul 9 malam.
Tepat 10 menit setelah Kin hanya berdiri menunggu, sepasang lampu yang terang memancar tanda sebuah mobil mewah memasuki pekarangan bangunan apartemen. Kin menoleh dan memperhatikan mobil itu lurus-lurus sampai mobil hitam itu berhenti tepat di depannya.
Tak lama kemudian, pintu mobil yang tepat ada di hadapan Kin pun terbuka. Turunlah Allcia sembari berpamitan dengan Allysya.
"Halo, Kin!" sapa Allysya dengan senyum lebarnya dan Kin membalasnya dengan senyum lebar, sementara Allcia berdiri di samping Kin.
"Terima kasih karena sudah mengizinkan Allcia untuk pergi bersamaku seharian, ya," ujar Allysya lagi dengan tulus.
"Bukan masalah besar," sahut Kin sambil masih tersenyum. "Aku juga berterima kasih, karena sudah mengantar Allcia pulang."
"Jangan bilang kau berdiri menunggu di situ semalaman karena khawatir aku tidak mengembalikan Allcia tepat waktu?" goda Allysya. Kin hanya tersenyum sambil diam, sementara Allcia hanya menatap Kin dari sampingnya dengan penuh tanya dan perasaan aneh.
"Jangan khawatir, Kin. Aku selalu menepati janjiku," ujar Allysya sambil tersenyum manis, kemudian menatap Allcia dengan lembut.
"Allcia, terima kasih untuk hari ini. Kita bertemu di lain waktu dan di lain tempat lagi, semuanya. Aku pergi dulu. Selamat malam!" Allysya berpamitan dengan senyum lebar di wajahnya.
"Selamat malam!" seru Allcia balik dengan girang.
Pintu mobil pun tertutup. Setelah itu, mobil Pelagios berjalan meninggalkan pekarangan apartemen elit itu. Sementara itu, Allysya masih saja melihat Kin dan Allcia dari kaca spion mobilnya sambil tersenyum. Dalam hati, ia merasa gemas menatap Kin dan Allcia.
"Kau benar-benar sudah tumbuh besar," gumam Allysya lirih tanpa mengalihkan pandangannya dari kaca spion mobilnya. "Aku selalu berusaha untuk menepati janjiku, jangan khawatir."
Sementara itu, Allcia dan Kin memasuki gedung apartemen bersama-sama. "Apa kau menikmati hari ini?" tanya Kin sembari masuk ke lift bersama Allcia.
Allcia menoleh sekilas dan tersenyum lebar sambil mengangguk. "Kalau kau tidak mengizinkanku tadi, mungkin aku tidak akan bisa liburan sehari dengan senang bersama Mrs. Allysya. Kami benar-benar menikmati waktu kami bersama!" serunya girang.
"Aku senang melihatmu senang," ujar Kin sambil menatap Allcia dengan senyum manisnya.
Mendengarnya, Allcia justru jadi terdiam, terlebih ketika tatapan mereka berpapasan. Ini hanya perasaan Allcia saja, atau Kin memang baru saja berkata manis padanya? Astaga, bahkan tatapannya terasa sangat hangat malam ini. Allcia tidak bisa memungkiri kalau hatinya meleleh karena itu.
Tanpa Allcia sadari, waktu di lift seakan-akan berjalan sangat cepat saat terdengar dentingan lift dan pintu lift pun terbuka. Dengan gentle, Kin pun mempersilakan Allcia untuk keluar dari lift terlebih dahulu. Setelah itu, barulah dirinya keluar menyusul Allcia.
Namun, bukannya langsung masuk ke apartemen mereka, mereka justru masih berada di tempat mereka. Allcia berdiri sedikit membelakangi Kin dan entah kenapa ini terasa canggung untuknya. Sementara Kin hanya berdiri menatapnya sambil diam.
"Ini sudah malam," ujar Kin membuat Allcia menoleh sekilas. "Tidurlah yang nyenyak. Selamat malam," ujarnya lagi sambil tersenyum manis.
"S-Selamat malam." Hampir saja Allcia tidak bisa berkata-kata karena kecanggungannya. Setelah berpamitan, ia pun langsung berlari kecil masuk ke apartemennya.
Melihatnya, Kin terkekeh kecil di tempatnya berdiri. "Ekspresinya sangat lucu setiap kali dia sedang gugup," gumamnya sambil terkekeh kecil. "Benar-benar menggemaskan."
***
Keesokannya, Allcia keluar dari apartemennya pagi-pagi lagi─tentu saja dengan alasan untuk menghindari Kin. Tapi, hari ini tak sepagi kemarin karena Allcia yang tadi pagi bangun terlambat. Sialnya, Allcia justru mendapati Kin tengah berdiri bersandar di tembok depan apartemennya dengan sangat keren.
"Kin? Apa yang kau lakukan disini sepagi ini?" tanya Allcia heran sekaligus terkejut.
Kin membenarkan posisi berdirinya dan tersenyum manis pada Allcia. "Dari kemarin aku jarang melihatmu di pagi hari, jadi kuputuskan untuk bangun dan keluar lebih awal darimu," ujarnya sambil masih tersenyum. "Aku sudah 30 menit di sini, sepertinya kau hari ini bangun lebih siang dari kemarin, ya."
Astaga. Allcia benar-benar dibuat tak berkutik oleh Kin. Apa? Sudah 30 menit Kin berdiri di depan apartemennya untuk menunggunya? Bukankah itu terdengar tak masuk akal? Untuk apa ia melakukannya?
Terlebih lagi, pagi ini Allcia berharap ia dapat berangkat kerja dengan kondisi senormal mungkin, tapi sepertinya tidak bisa, bukan? Bagaimana bisa ia bersikap se-normal mungkin kalau pagi-pagi saja ia sudah diberikan hal manis seperti barusan?
"Allcia?"
Seketika, Allcia tersadar dari lamunannya dan menoleh ke sumber suara. Ia sedikit terkejut saat mendapati Kin yang sudah ada di depan lift dan kini tengah menatapnya.
"Y-Ya?" sahut Allcia gugup dan masih diam di tempatnya.
"Apa kau mau berdiri di situ terus atau ingin aku menggendongmu sampai ke kantor?" ujar Kin sambil terkekeh geli.
Menyadari kebodohannya, Allcia langsung berjalan dengan langkah lebarnya berdiri di samping Kin untuk menunggu pintu lift terbuka. Ia berusaha setengah mati untuk tak menatap Kin sekarang, karena ia tahu kalau Kin tengah menatapnya, terlihat dari bayangan yang terpantul dari pintu lift yang masih terbuka.
"Aku sangat suka harum tubuhmu," ujar Kin tiba-tiba.
Sedetik setelah mendengarnya, Allcia langsung menoleh dan berdiri dengan kaku. Sementara Kin hanya tersenyum lebar seolah-olah tak berdosa setelah mengatakannya.
Sebenarnya ada apa dengan laki-laki ini? Benar-benar menakutkan. Allcia berucap dalam hatinya.
"Mulai hari ini, kau harus berangkat dan pulang kerja bersamaku. Mengerti?" ujar Kin yang terdengar seperti perintah tak terbantahkan.
Allcia ingin sekali berkomentar, tapi entah kenapa kepalanya justru mengangguk bak seekor anjing yang mematuhi pemiliknya. Astaga, aku benar-benar sudah berada di bawah pengaruhnya.
——————————————————————————
Tbc.
Thursday, 30 June 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
The Woman Next Door - HBS #1
Romansa(COMPLETED) 🔞 First series of Handsome Brotherhood Setelah cukup lama tinggal di Australia bersama ayahnya, Kin Aleic Xalfador memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya, Madrid. Pertemuan pertamanya dengan tetangga satu lantai apartemennya, Al...