78. The Right One

106 6 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam setelah Allcia dan Kin makan malam bersama Achraf dan Alonzo. Setelah makan, mereka sempat berbincang satu sama lain sembari menonton tv. Hal yang sudah lama tidak Allcia ataupun Kin alami untuk waktu yang cukup lama, berkumpul bersama keluarga seperti malam ini.

Kini, Allcia sedang ada di kamarnya sudah rapi dengan piyamanya setelah baru saja ia mandi. Ia tengah membaca buku novel sambil duduk bersandar di kepala ranjang.

Tak lama kemudian, pintu berderit terbuka. Kin yang datang dan angsung berlari menjatuhkan tubuhnya di kasur, tepatnya di samping Allcia yang langsung tertawa melihat tingkah Kin.

"Sepertinya ada yang sedang sangat senang malam ini, hm," ujar Allcia sambil menutup novelnya dan meletakkannya di nakas samping.

Kin tersenyum lebar. "Aku tertangkap basah," ujarnya sambil terkekeh. "Bagaimana denganmu? Apa kau senang hari ini?"

"Mmm..." Allcia memainkan kedua bola matanya. "Berada di sini, aku benar-benar merasa ada banyak perbedaan?"

"Contohnya?" tanya Kin sambil setengah berbaring menatap Allcia dan menjadikan satu tangannya sebagai tumpuannya.

"Seperti saat kita sedang makan malam tadi," jawab Allcia. "Baru kali ini aku makan malam bersama dengan suasana yang begitu sunyi."

Kin terkekeh kecil. "Yah, itu adalah peraturan di keluarga kami. Aku juga sebenarnya merasa aneh sejak lama. Apa itu membuatmu tak nyaman?"

"Tidak, bukan itu maksudku," jawab Allcia yang kemudian tatapannya menerawang ke arah depan. "Jujur saja, rasanya sudah lama sekali sejak aku dan keluargaku makan bersama di meja makan dan bahkan sangat sunyi."

"Bahkan, saat orang tuaku masih bersama, kami jarang makan bersama. Ayahku selalu pulang malam, karena pekerjaannya. Sementara ibuku... dia selalu pergi sampai larut malam dan bahkan tidak pulang ke rumah." Allcia mengingat kembali semua kenangan keluarganya dulu, sementara Kin masih diam. "Walaupun aku dan kakakku sangat menyayangi orang tua kami, tapi kami jarang mendapatkan perhatian."

Allcia menoleh dan tersenyum kecil pada Kin di sampingnya. "Jadi, Kin, sepertinya peraturan di keluargamu itu tak sepenuhnya aneh ataupun buruk," ujar Allcia. "I think it was like another way to show your family's love."

Kin terdiam sejenak mendengarnya dan kemudian tersenyum. "Kadang, filosofimu memang unik, Sayang. Kau tahu itu?"

"Tidak, aku tidak tahu." Allcia mengendikkan bahunya dengan santai.

"Jadi, kau suka dengan yang namanya peraturan, begitu?" tanya Kin sedikit menyimpang dari topik.

"Aku tidak berkata kalau aku menyukainya. Hanya saja tidak semua peraturan itu buruk," jawab Allcia.

"Yah, sama saja," sahut Kin sambil beranjak duduk di ranjang. "Kalau begitu, aku punya peraturan bagus untukmu."

"Hm?" tanya Allcia bingung.

Kin tak langsung menjawabnya. Laki-laki itu justru hanya menatapnya selama beberapa saat dengan tatapan miringnya, membuat Allcia merasa aneh. Tiba-tiba saja, kedua tangan Kin langsung menarik kaki Allcia untuk mendekatinya, membuat Allcia memekik keras sambil terkekeh.

"Kin, apa yang kau lakukan?!" seru Allcia sambil terkekeh geli.

"Peraturan dasar yang sederhana," ujar Kin saat Allcia sudah tak berjarak lagi di hadapannya. "Be mine forever."

Allcia terkekeh setelah mendengarnya. "It doesn't sound like a rule for me."

"Memang tidak. Tapi, itu perintah," jawab Kin dengan senyum miringnya.

The Woman Next Door - HBS #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang