87. The Truth

130 10 0
                                    

Sudah cukup. Rasanya sudah cukup bagi Kin untuk menunggu Allcia. Bukannya ia tidak ingin menunggunya, tapi ia benar-benar sudah tidak bisa lebih tenang lagi dengan Allcia yang berada jauh darinya.

Kin tidak bisa hanya menerima kabar dari orang kepercayaannya yang ada di Corfu yang bahkan ia tidak dapat menerima kabar Allcia setiap saatnya. Ia terlalu rindu pada Allcia dan ingin menemuinya sekarang juga. Jadi, tanpa berpikir panjang, sejam yang lalu ia langsung terbang menuju Corfu menggunakan pesawat pribadinya bersama J.

Setelah empat jam perjalanan, J pun langsung mengantarkan Kin ke kediaman Pelagios. Selama perjalanan, tidak ada yang bisa ia pikirkan selain tentang membawa Allcia pulang bersamanya. Ia janji ia tidak akan marah atau memberikan hukuman pada Allcia, yang ia inginkan hanyalah membawa Allcia bersama.

Satu jam kemudian, mobil yang dikendarai Kin pun sampai di pekarangan rumah Pelagios. J turun dan membukakan pintu untuk Kin.

"Kau tunggu disini saja," ujar Kin pada J sebelum ia masuk ke rumah Pelagios dan J pun mengiyakan dengan tetap berada di tempatnya.

Sebelum langkah Kin mendekati pintu rumah Pelagios, pintu utama rumah itu sudah terbuka lebar. Dua orang laki-laki bertubuh kekar terlihat berada di kedua sisi seorang laki-laki yang sudah berusia yang tak lain lagi adalah Abercio.

"Aku mendapat info dari orangku kalau kau sudah sampai di Corfu, cepat sekali perjalanannmu kesini," ujar Abercio menghampiri Kin dengan senyum kecilnya.

"Kebetulan sekali, aku punya hadiah untukmu," ujar Abercio lagi.

Abercio pun bergeser sedikit ke kanan supaya Kin dapat melihat sosok di belakangnya. Tampak Allysya sedang berdiri menatap Kin dengan tatapan penuh bersalahnya dan kemudian menunduk kecil.

Kin terdiam menatap Allysya dengan kedua mata yang bergetar dan rahang yang mengeras. Tapi, kemudian ia mengalihkan pandangannya dan menatap Abercio dengan sedikit tajam.

"Dimana Allcia? Aku kesini untuk membawanya pulang," tegas Kin.

Abercio tersenyum miring menatap Kin. "Sayang sekali kau sedikit terlambat," ujarnya ringan. "Dua jam yang lalu orang kepercayaanku sudah membawanya ke bandara. Kurasa sekarang Allcia sedang dalam perjalanan ke Madrid."

"Apa?" desis Kin terkejut.

"Masuklah, ada banyak hal yang perlu kita bicarakan," ujar Abercio pada Kin sambil mempersilakan Kin untuk masuk. Namun, Kin terlihat bimbang.

Hingga Abercio petlu mengajaknya lagi. "Masuklah dan akan kuberitahu semua kebenarannya. Bukankah kau juga ingin mengetahuinya?"

***

Di dalam ruangan Abercio, terdapat Kin, Allysya, serta Abercio yang tengah duduk melingkar. Baru saja salah seorang pelayan rumah keluar setelah memberikan minuman pada Kin, Abercio, dan Allysya.

"Apa yang mau dibicarakan?" tanya Kin dengan nada seriusnya.

Abercio tersenyum miring menatap Kin. "Tidak maukah kau mengetahui kenapa dulu ibumu pergi darimu tanpa mengucapkan apapun?" tanyanya sambil melirik pada Allysya yang terdiam.

Kin menatap Allysya selama beberapa detik sebelum akhirnya ia kembali fokus pada Abercio. "Yang lalu sudah berlalu, aku tidak suka membahasnya," ujarnya tegas.

Masih dengan senyum miringnya, Abercio pun mengambil teleponnya. Ia mengetik sesuatu di ponselnya dan kemudian menempelkan ponselnya di telinganya. Setelah itu, ia berkata pada seseorang lewat ponselnya, "Masuklah."

Allysya dan Kin sama-sama terdiam menunggu siapa yang akan masuk setelah ini. Namun, tak begitu mengejutkan saat yang masuk adalah Zandra dengan senyum lebarnya.

The Woman Next Door - HBS #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang