"Aku berkencan dengan Allcia."
Kalimat itu masih terngiang-ngiang di kepala ketiga sahabat Kin yang tak lain tak bukan Keanu, Kynan, dan Gavin. Setelah pernyataan Kin yang mengejutkan itu, Kin dan Allcia keluar sambil bergandengan tangan. Tapi, bukan namanya Keanu kalau ia tak akan menguntit mereka hingga berakhir di kantor Kin sekarang.
"Kalau kau mencari jawaban, tadi sudah kukatakan, bukan?" tanya Kin merasa aneh karena ketiga temannya mengikutinya.
"Aku dan Gavin tidak berniat mengikutimu kalau bukan karena paksaan Keanu," jawab Kynan santai.
"Katakan padaku, sudah sejak kapan?" tanya Keanu yang duduk tepat di hadapan Kin, seolah-olah sedang menginterogasinya. "Saat pertama kali kau ke Madrid, tampaknya kalian belum pernah bertemu satu sama lain dan asing. Bahkan, dia bersikap dingin pada kita. Kau juga bahkan pernah merendahkannya. Tapi, tiba-tiba saja tadi pagi kau mengumumkan hubungan kalian. Aku rasa ada yang aneh."
Kin berdecak. "Aku jujur pada kalian. Kalau kalian tidak percaya, kau boleh bertanya pada Albert juga," ujarnya penuh percaya diri. "Bahkan, kami sudah sering berciuman." Keanu, Kynan, dan Gavin yang mendengarnya langsung memalingkan wajah mereka, karena mereka sendiri yang merasa malu mendengarnya dari Kin yang membanggakan hal itu.
"Hei, kami tidak menanyakan itu! Mau kalian sudah tidur bersama atau bergelut di kasur atau apapun itu, itu terserah kalian! Aku hanya penasaran, sudah sejak kapan kalian berhubungan!" seru Keanu. "Kami ini temanmu dan kami tahu siapa saja yang menjadi pacarmu. Atau lebih tepatnya, menjadi mainanmu. Apa tadi pagi itu kau mengumumkan pada kami kalau Allcia itu adalah mainan barumu?"
"Akan lebih baik kalau kau tidak menjadikannya mainanmu, Kin. Dia berbeda dengan perempuan lainnya yang kau permainkan," ujar Gavin dengan nada seriusnya.
Kin yang mendengar kedua temannya sontak terkekeh geli. "Sekarang coba kutanya, apa sebelumnya aku pernah membuat pengumuman setiap saat aku berkencan? Tidak, kan? Itu karena mereka hanya mainanku dan tidak penting untukku, jadi aku tidak pernah mengenalkan mereka pada kalian."
"Kin benar," ujar Kynan. "Kurasa mereka memang sedang berkencan."
"Kami memang sedang berkencan," ujar Kin meyakinkan ketiga temannya. "Semuanya terjadi begitu saja, kalian tahu? Awal mulanya benci, setelah itu dekat, dan berakhir sebagai pasangan. Sesederhana itu," lanjutnya lagi sambil mengendikkan bahunya santai.
Keanu yang mendengarnya menghela napasnya. "Wah, ini benar-benar sulit dipercaya."
Sementara itu, ketika di dalam ruangan sedang meributkan hubungan Kin dan Allcia, Allcia sendiri tengah menerima telepon dari ayahnya. Mereka berdua memang jarang saling berhubungan, dan ketika ayahnya telepon barusan, Allcia langsung mengangkatnya dengan senang hati.
"Apa kabarmu baik-baik saja disana?" tanya Aldric, ayah Allcia.
"Tentu saja." Allcia tersenyum lebar menjawabnya. "Bagaimana denganmu di Sydney?"
"Hmmm... Lebih dari baik-baik saja," jawab Aldric sambil terkekeh.
"Hoooo... sepertinya moodmu pagi ini sedang sangat baik, ya? Terdengar dari nada bicaramu. Walaupun kau tidak ada di sini, tapi aku seolah-olah bisa melihat wajah ceriamu," ujar Allcia.
Terdengar suara kekehan dari seberang telepon yang membuat Allcia turut terkekeh. "Aku tidak tahu bagaimana harus mengatakan ini padamu," ujar Aldric.
"Ayolah, Dad. Memangnya aku ini siapa? Kita sudah dari dulu saling berbagi rahasia, bukan? Sekarang katakan rahasiamu," sahut Allcia.
Aldric sempat terdiam sejenak dan Allcia masih menunggu. "Allcia," panggil Aldric kemudian dengan nada seriusnya. "Kurasa aku sudah menemukan jalan kehidupanku disini."
"Bukankah itu bagus?" ujar Allcia tanpa mengetahui maksud Aldric yang sebenarnya.
"Allcia, maksudku adalah..." Aldric menggantung kalimatnya sejenak dan menghela napas panjang. "Aku sudah menemukan perempuan yang aku cintai di sini."
Setelah mendengarnya, Allcia sempat terdiam sejenak ketika memahami maksudnya. Ia bingung harus menjawab apa.
"Kami sudah kenal sejak lama, Allcia. Awal pertemuan kami cukup dikatakan dramatis dan bisa dikatakan mengesalkan juga. Tapi, sepertinya takdir mempertemukan kita setelah semua kesulitan yang sama-sama kami alami bersama."
Allcia tersenyum mendengarnya dan entah kenapa kedua matanya berkaca-kaca. "Seperti apa perempuan itu, Dad?" tanyanya.
Aldric terkekeh. "Kau akan langsung menyukainya setelah bertemu dengannya. Anaknya juga sangat ramah padaku. Kuharap kalian bisa bertemu langsung."
"Jadi, dia sudah punya anak juga?" tanya Allcia.
"Iya, laki-laki satu-satunya. Tiga tahun lebih tua darimu," jawab Aldric.
"Oh, begitu."
"Allcia, sebenarnya tadinya aku bingung harus memberitahumu sekarang atau nanti. Tapi, kami sudah berhubungan sejak setahun yang lalu. Aku ingin memberitahumu secara langsung, tapi aku masih terlalu sibuk di sini dan sudah tidak sabar untuk memberitahumu," ujar Aldric. "Aku tahu ini pasti mengejutkan sekali untukmu. Tapi, seperti yang pernah kau harapkan, kau pernah berdoa untukku agar aku menemukan kembali jalan kehidupanku, bukan? Well, aku sudah menemukannya, Allcia."
Tanpa Allcia sadari, setetes air matanya jatuh membasahi pipinya. Tapi, ia tidak bersedih. Justru sebaliknya. Ia tengah berbahagia untuk ayahnya. Ia tidak bohong.
"Tidak apa-apa, Dad. Aku bahagia untukmu, sungguh," ujar Allcia dengan tulus.
"Allcia, aku adalah ayahmu dan kau adalah anak kesayanganku dan kebanggaanku. Aku tidak akan pernah bisa membuatmu terluka lagi, Nak. Aku akan bahagia kalau kau juga bahagia," ujar Aldric yang justru membuat Allcia meneteskan air matanya lagi.
"Aku sudah menemukan kembali jalan kehidupanku dan kuharap hal bahagia yang terjadi padaku ini juga akan terjadi padamu. Kau tahu, Nak? Tanpa kau sadari, hal kecil apapun itu, bisa membuatmu sadar pada akhirnya akan ada hal besar yang menantimu."
Allcia tersenyum sembari menyeka air matanya. Tanpa bisa dilihat Aldric, ia mengangguk menyetujuinya.
Kalau apa yang dikatakan Dad benar, maka aku akan menunggunya dengan senang hati. Aku akan menunggunya dengan lapang dada, sama seperti yang Dad lakukan.
——————————————————————————
Tbc.
Monday, 6 June 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
The Woman Next Door - HBS #1
Romance(COMPLETED) 🔞 First series of Handsome Brotherhood Setelah cukup lama tinggal di Australia bersama ayahnya, Kin Aleic Xalfador memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya, Madrid. Pertemuan pertamanya dengan tetangga satu lantai apartemennya, Al...